4. Awal Benang Kusut

2.6K 368 11
                                    

"Ho~shi~chan!" Yoko menepuk bahu Hoshino yang baru keluar dari perpustakaan membawa setumpuk buku, ditangan Yoko terdapat sebungkus melonpan.

"Jangan memanggilku dengan sebutan 'chan'!" Hoshino mendelik kesal, memperingatkan Yoko untuk tidak memanggilnya dengan suffix yang biasa digunakan bagi perempuan atau anak kecil. Yoko terkiki geli, tidak perduli dengan kekesalan Hoshino.

"Aku lelah sekali astaga, otak bebalku tidak bisa mencerna materi tadi." Yoko mengeluh, bergelayut manja dilengan Hoshino. Sementara Hoshino membiarkan, tidak punya niatan sama sekali menyingkirkan Yoko. Toh, meski didorong jauhpun Yoko tidak akan pergi. Gadis yang keras kepala dan seenaknya.

"Kau memang bodoh, aku tidak heran." Ketus Hoshino tepat sasaran, Yoko memekik kesal. Ia sukses mendapat perhatian dark beberapa mahasiswa yang melintas.

"Oit, gantungan tasmu bertambah lagi?" Tanya Yoko, memperhatikan tas hitam Hoshino yang bertambah lagi gantungan berbentuk bintang. Sesuai dengan namanya 'Hoshi' yang berarti bintang, Hoshino menyukai segala sesuatu yang berbau bintang.

"Begitulah, aku membelinya kemarin sepulang dari kedai." Jelas Hoshino, ia dan Yoko mendudukkan diri dibawah pohon rindang. Yoko melahap roti sobanya, disampingnya Hoshino mulai membuka buku dan membacanya. Agak mengherankan juga, gadis berisik macam Yoko bisa berteman baik dengan Hoshino yang selalu kalem. Gosip sempat beredar bahwa Yoko dan Hoshino menjalin hubungan, namun ketika berita itu berusaha dikonfirmasi Yoko malah tertawa terbahak-bahak.

Yoko iseng melihat sekeliling, jika sudah berkencan dengan buku maka Hoshino tidak bisa diganggu sama sekali. Pandangan Yoko terkunci pada gedung kantor, dilantai dua ia melihat Kamei sedang meminum kopi dan memandang lurus kebawah. Mengikuti arah pandang Kamei, Yoko mendapati kenyataan bahwa dosen berambut pirang itu sedang memperhatikan Hoshino. Berusaha memastikan bahwa ia tidak salah lihat, Yoko tiba-tiba merangkul leher Hoshino.

"Buku apa yang sedang kau baca?"

Hoshino yang merasa terganggu mendorong kepala Yoko. "Kau tidak akan paham isinya!"

Yoko melalui sudut matanya kembali melihat kelantai dua, Kamei tampak menghela napas kemudian memasuki ruangannya begitu saja.

"Hei, Hoshi-chan. Sepertinya ada yang menyukaimu." Bisik Yoko, lantas tekikik dengan suara melengking.

Hoshino menggeleng kecil, mengabaikan eksistensi Yoko adalah keputusan yang tepat!

.
.
Haru membuka matanya perlahan ketika cahaya matahari menyapa wajahnya, mengerang kecil. Haru berguling dan mengubah posisinya menjadi duduk, ia meringis pelan ketika pinggangnya terasa nyeri. Haru butuh waktu seharian untuk mengisi ulang energinya setelah kejadian semalam, untung Yoko bersedia untuk berbelanja kebutuhan kedai jadi ia bisa beristirahat lebih lama.

Haru meraih dasi hitam yang jatuh diatas lantai, ini pasti dasi milik Daisuke. Haru mendengus geli, memikirkan kembali hubungannya dengan Daisuke setelah malam tadi. Benar kata Daisuke, mereka sudah tidak bisa kembali ke garis awal. Jikapun ingin memulai pertemanan kembali, hal itu tidak akan banyak membantu. Untuk kedepannya, Haru mengerti bahwa sekslah yang akan membuat mereka tetap terhubung.

Hubungan antar dua laki-laki itu rumit, kisahnya dengan Daisuke saja mungkin bisa disamakan dengan opera sabun kesukaan Yoko. Terlalu banyak drama. Haru meraih ponselnya, ia memotret dasi milik Daisuke dan mengirimkan pesan pada Daisuke bahwa dasi pria itu tertinggal. Baru setelah itu Haru bangkit, dengan tertatih ia melangkah memasuki kamar mandi membasuh dirinya dan mempersiapkan bahan ramen.

.
"Kau lebih banyak memegang ponsel hari ini." Hitomi melahap puddinhnya setelah mengomentari kegiatan Daisuke hari ini. Mereka sedang makan siang bersama, kebetulan saja Hitomi sedang rapat dikantor yang dekat dengan perusahaan Kambe. Tanpa pikir panjang, ia mengajak kekasihnya itu untuk makan siang bersama.

Love Letter [Daiharu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang