'Brak'
Kursi yang belum ditata diatas meja diletakkan dengan kasar oleh Yoko, ia melangkah menghentak menuju meja kasir. Membuka laci penyimpanan uang dan menemukan beberapa koin uang disana, Yoko menatanya dengan berisik hingga menimbulkan suara yang menganggu. Selesai dengan koin, Yoko menutup laci dengan kencang. Wajahnya terlihat kecut, tangannya terkepal kuat siap menghantam wajah siapa saja.
"Yoko! Berisik! Kau membuat tamu kita tidak nyaman!" Haru menegur tingkah sepupunya itu. Ia kembali memandang Sakura yang sedang duduk dihadapannya, wanita itu masih menangis tersedu-sedu. Haru bingung harus bersikap seperti apa.
"Biar saja! Biar dia pergi sekalian!" Yoko berucap lantang, Haru bisa memaklumi kenbencian Yoko pada Sakura sebab Yoko sendiri yang menjadi saksi bagaimana Haru direndahkan kedua orangtua Sakura. Bagi Yoko, hal itu tidak bisa dimaafkan. Ia tidak bisa membiarkan kakak sepupunya dihina begitu saja. "Lebih baik kau pergi saja! Jangan muncul lagi dihadapan aniki!"
Yoko beranjak mendekati Haru dan Sakura. "Berhenti menangis, kau membuatku muak!"
"Yoko!" Haru memperingatkan.
"Tidak apa, Haru-kun apa yang Yoko katakan benar." Sakura menyeka airmatanya, tangisnya sudah mulai mereda. Ia meneguk es lemon yang Haru sediakan untuknya.
"Nah kau sadar kan? Sekarang pergilah."
"Yoko!"
"KUBILANG PERGI! Kau tidak tahu betapa muaknya aku melihat wajahmu ha?! Untuk apa kau kemari lagi? Membuat anikiku dihina? Gunakan otakmu sialan! Kau yang membuat semua ini jadi kacau! Hidup Haru sudah tenang! Untuk apa kau datang lagi?!" Yoko menggebrak meja, es lemon milik Sakura nyaris tumpah. Haru memijit pelipisnya melihat tingkah Yoko, memang Yoko jika sudah sangat emosi tidak memikirkan apapun lagi.
Kedua perempuan berbeda usia saling tatap, Yoko memincing. Sakura menelan ludahnya, ia sudah kalah dalam tekanan yang Yoko berikan padanya.
"Yoko."
"Pergilah." Ucap Yoko pelan, Sakura bangkit. Membereskan sedikit penampilannya. Gadis itu beranjak dan keluar dari kedai ramen milik Haru.
"Tidak seharusnya kau bersikap seperti itu."
Yoko memandang kakak sepupunya dengan sengit. "Haru-nii, sikap terlalu baikmu ini akan membuatmu terjebak suatu saat nanti." Yoko memperingatkan sebelum naik ke lantai dua.
"Yaa! Aku belum selesai bicara!" Teriak Haru, tidak ada sahutan sama sekali. Yoko benar-benar tidak dalam mood baik saat ini.
.
.
Kamei berjalan keluar dari dalam ruang kantornya, wajahnya tampak sangat mengantuk. Semalaman ia tidak tidur dan fokus memeriksa ujian para mahasiswanya, pria berambut pirang itu menguap lebar. Ia butuh sekaleng kopi dari vending machine.Beberapa mahasiswi yang berpapasan menyapanya, dibalas senyum singkat Kamei. Ketika sudah dekat dengan vending machine, senyum miring berkembang dibibir tipisnya. Pasalnya matanya menangkap mahasiswa berambut manggis yang sangat ketus terlihat berdiri didepan vending machine, dari gerakan jemarinya. Pasti Hoshino sedang kebingungan memilih minuman apa yang hendak dibelinya.
"Bingung mau membeli apa?" Hoshino berlonjak kaget ketika napas hangat menyapa tengkuknya, spontan pemuda berusia dua puluh tahun itu membalikkan badan. Ia langsung terjepit diantara vending machine dan dosennya yang memiliki tinggi menjulang.
"B-bisakah anda menyingkir?" Hoshino melirik sekeliling, untungnya tidak ada siapapun namun tetap saja posisinya sangat aneh.
"Tidak ada yang melihat." Jawab Kamei cuek, Hoshino memincingkan mata kemudian mendengus kecil. Dosennya ini memang aneh, ia takkan heran. Selain suka bermain wanita, sepertinya Kamei juga tertarik pada pria.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter [Daiharu]
FanficSebuah surat cinta yang akhirnya membuat pelik segalanya. NB : Daiharu, Daisuke x Haru, BL, Mature content