Chapter 2

23 2 9
                                    

Buat yang sudah vote, Author ucapin banyak-banyak terimakasih, yay!!

Oh iya, jangan siapin tisu dulu, aku jamin di bab ini kalian nggak akan nangis.
Wkwkwk 😅

*****

# AUTHOR POV

"Malam ini dia menunggumu di Cafe untuk menagih jawabanmu, Nicholaa."

"Maafkan aku, Tuan Megan. Tapi adik perempuanmu ini tidak bisa."

"Apa kau sudah memikirkannya? Seorang adik tidak mungkin tega melihat kakaknya hidup dalam ancaman, bukan?"

"Dan seorang kakak tidak mungkin tega menyaksikan adiknya menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya."

"Cukup!! Kalian berdua sama-sama egois," timpal Alodie, "hentikan semua paksaanmu terhadap Nicholaa, Megan. Biarkan saja dia menolak lamaran itu. Aku siap hidup gelandangan denganmu. Aku berjanji akan menemanimu berkarir dari bawah lagi. Aku juga akan kembali berkerja di Cafe untuk membantu keuanganmu, untuk menanggulangi biaya mamah di rumah sakit."

"Seharusnya kau bersyukur memiliki istri yang baik, Tuan Megan. Bukan memaksa adikmu ini untuk menyelamatkan hidup kalian, permisi!"

Itu kejadian terakhir pagi tadi yang kini membuat Nicholaa memeluk mamahnya yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Menyandarkan kepalanya di dada seorang bunda yang selalu mampu membuat hatinya merasa tenang.

Mengingat kejadian itu, ada sedikit penyesalan di hati Nicholaa. Dia terlihat sangat tidak berperasaan ketika berbicara dengan kedua kakaknya. Bagaimana mungkin dia bisa mementingkan perasaannya sendiri? Nicholaa benar-benar menyesal. Ucapan terakhir kak Alodie membuatnya bergidik ngeri sampai sekarang. Kalau mereka menjadi gelandangan, itu artinya dia akan termasuk juga, bukan? Selama ini megan yang menghidupinya. Tanpa mereka, dia tidak akan bisa menjadi Sarjana seperti sekarang. Lalu, pantaskah dia membalas kebaikan kakaknya itu dengan menjadikan mereka gelandangan? Nicholaa benar-benar tidak percaya dengan sikapnya sendiri.

Tangisnya yang mulai tersedu-sedu membuat wanita lemah itu terbangun.

"Nicholaa, kau ada di sini?"

Nicholaa tergertak sadar dan bergegas menghapus air matanya, "Mamah?"

"Apa yang terjadi? Kau terlihat tidak baik-baik saja."

"I am fine, Mom," ucapnya tersenyum, "aku hanya merindukanmu."

"I miss you to, Honey."

Nicholaa tersenyum.

"Petter apa kabar, Nocholaa? Aku sangat merindukannya."

Nicholaa terdiam. Kabar Petter. Bagaimana mungkin Nicholaa menjawab bahwa kehidupan Petter sebentar lagi akan mengenaskan? Itu akan membuat mamahnya semakin drop.

"Nicholaa?"

"Petter baik-baik saja, Mah."

"Good. Dia harus berkembang dengan baik."

Lagi-lagi Nicholaa terdiam. Dia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana nanti jika mamah tau keadaan keluarga mereka sebenarnya.
****
# NICHOLAA POV

NICHOLAA JOHNSONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang