Ichiro-Reminiscence

754 76 6
                                    

Quick notes!
-DH+BAT blom ada di batch ini.
-di batch ini tiap division ada temanya sendiri(BB bakal full of angst, MTC pakai AUs, fps fluff, mtr campuran ketiganya.)
~~~~~
Another quick notes:disarankan baca ini setelah baca chapter "Ichiro-Travelling"
~~~~~

"Nii-chan?"Jiro mengetuk pintu kamar Ichiro, memanggilnya dengan suara pelan. Dia membuka pintu kamar Ichiro dan melihatnya sedang menatap ponselnya. Menyadari tatapan Jiro, dia langsung menaruh kembali ponselnya ke dalam kantung jaketnya.
"Ah, Jiro? Maaf, sudah waktunya berangkat?"Ichiro tersenyum seperti biasa, membuat Jiro sedikit terkejut tetapi ia mengangguk dengan senyuman.
"Nii-chan gimana sih, masa bisa lupa kusuruh jam 9 siap-siap. Kutunggu di bawah sama Saburo ya." Balas Jiro santai kemudian menutup pintunya lagi. Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, dan Ichiro duduk sesaat di kursi, menghela nafasnya.

"Sial, aku terlalu terbiasa berpura-pura."Ucapnya kepada diri sendiri, mengangkat lengan menutupi kedua matanya.
"Aah, aku tidak boleh membuat mereka menunggu lama! Ambil barang, siap-siap~"Ichiro tersenyum kembali setelah beberapa menit termenung.

Dia tidak menyukai hari yang cerah ini.

Dia berjalan ke lantai bawah, bersiap untuk melerai Jiro dan Saburo yang pasti bertengkar. Tetapi anehnya, di lantai bawah sangat sunyi, tidak terdengar suara Saburo yang menghina Jiro dan teriakan Jiro untuk membalasnya. Yang paling dia tidak sukai adalah tidak adanya suaramu di sana.
"Ichi-nii/nii-chan!"Panggil Jiro dan Saburo bersamaan melihat Ichiro yang turun dengan perlahan.
"Kau tidak apa-apa Ichi-nii? Kita bisa menundanya di lain hari kok!"Saburo terdengar khawatir saat Ichiro semakin mendekat ke mereka, tersenyum seperti biasa.
"Bicara apa kau ini, kalian juga sudah siap 'kan, listrik dan air sudah dimatiin?"Tanya Ichiro sambil melihat sekeliling rumahnya. Jiro dan Saburo mengangguk, Ichiro berjalan kearah pintu keluar.

"Tunggu apa kalian? Ayo, kalian 'kan tau dia tidak suka menunggu!"Ichiro melihat ke kedua adiknya yang masih sedikit enggan dan kaku.
"Haah, ayo"Jiro mendorong Saburo keluar, yang tentu saja memancing emosi Saburo dan mereka berdua langsung beradu mulut lagi. Ichiro hanya tertawa, suasana seperti inilah yang ia sukai.

"Panas bangeeeet…"Keluh Jiro yang menggenggam payung sambil berjalan, Saburo berada di sebelahnya memakan es potong. Ichiro hanya berjalan dengan tenang di depan mereka, tangan berada dalam kantung jaket dan hoodie menghalang panas matahari agar tidak mengenai kepalanya.
"Sebentar lagi sampai kok, atau mau istirahat dulu?"Ichiro melihat ke belakang, khawatir dengan kedua adiknya itu.
"Kalau segini doang mah ga panas, Jiro tuh lemah."Hina Saburo dengan seringai di wajahnya.
"Hah? Bacot banget padahal cuman numpang payung sambil makan es krim! Bawa nih payung nih nih!"Jiro menyodorkan payung itu ke Saburo dengan kesal dan Saburo semakin menggodanya.

"Sudah sudah, kita lanjut aja ya."Ichiro melanjutkan perjalanannya, kira-kira 15 menit menempuh panas, mereka bertiga akhirnya sampai ke area pemakaman.
"[Name]-nee, selamat siang!"Sapa Saburo ceria di depan makammu.
"[Name]-chan! Siang~ panas banget loh kesini."Lanjut Jiro dengan ceria.

"Jiro, ambilkan air gih, aku akan siapkan bunganya."Titah Saburo, dan kali ini Jiro tidak banyak memprotes.
"Terima kasih, kalian berdua."Ichiro berjalan mendekat ke makammu, meskipun tadi dialah yang berjalan di depan selama perjalanan, dia berhenti saat memasuki area pemakaman.
"[Name]… Aku kembali."Ichiro berdiri di depan makammu dan menatapnya dengan senyuman yang ia paksakan. Setelah itu dia berjongkok di depannya, menyadari Jiro yang kembali membawa air dengan ember.
Jiro mengambil gayungnya dan menyiram makammu, membuatnya tampak berkilau di hari yang panas ini.
Saburo menaruh buket bunga yang mereka bertiga pilih untukmu, berbagai warna bunga itu menghias makammu sehingga tampak lebih cerah.
Terakhir, Ichiro menaruh persembahan di tengah-tengah, makanan yang paling kau sukai.

Ketiga bersaudara itu berlutut di depanmu, dan memulai berdoa. Tidak terduga, yang paling cepat selesai adalah Ichiro. Meskipun itu adalah ziarah untuk orang yang paling ia cintai. Ia tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan kepadamu, dia terkekeh pelan membayangkan kau akan memprotes dan menyuruhnya untuk mengucapkan apapun yang ia inginkan.

Ichiro hanya dapat menatap nisanmu. Hatinya belumlah sembuh, ia masih dapat membayangkan kau berada di sebelahnya seperti biasanya.
Saburo dan Jiro 'berbicara' denganmu, menceritakan kesehariannya dengan senang dan semangat… Dan juga bagaimana sikap Ichiro belakangan ini.

'[Name]-chan… Nii-chan, saat kami bertemu dengannya hari itu, kami ketakutan. Nii-chan tidak pernah berekspresi seperti itu di hadapan kami. Sekelilingnya gelap, tangannya bergetar hebat, keringat dingin di pelipisnya. Nii-chan tampak sangat sangat khawatir."
'Ichi-nii… Menangis saat mendengar perkataan dokter. Padahal dia sudah mengetahuinya. Tidak ada orang yang bisa selamat saat terjatuh dari tangga dan mengenai kepala terlebih dahulu.'

"[Name]-san meninggal dunia."

'Ichi-nii yang berdiri langsung terduduk, dia bahkan tidak mendengarkan kami. Dia hanya diam. Tidak mengatakan apa-apa. Matanya terbuka lebar, tidak berkedip sama sekali.'
'Aku dan Saburo sudah menangis, tetapi Nii-chan hanya diam. Sampai sekarang dia belum pernah menangis 'loh [Name]-chan…'

Ichiro tidak dapat mendengarkan Saburo dan Jiro saat ini, dan hanya dapat menunggu mereka selesai.

Beberapa menit berlalu dengan sunyi, dan saat mereka telah selesai, mereka memutuskan untuk kembali.
"Bye-bye [Name]-nee…"Saburo melambai pelan.
"[Name]-chan mungkin kau harus mampir untuk menakut-takuti Saburo, pasti bakal lucu!"Jiro tertawa pelan.
"Mengingat sifat [Name], nampaknya kau yang akan dia ganggu, Jiro, haha." Ichiro tertawa, dan menatap makammu lagi.

"………Sampai bertemu lagi. Aku mencintaimu."Ichiro mengelus batu nisanmu perlahan. Jujur saja, dia kagum dengan dirinya sendiri yang masih bisa tersenyum.

"Aaah, ayo berangkat! Keretanya bentar lagi sampai!!"Jiro melihat jam tangannya dan langsung berteriak, Ichiro dan Saburo mengangguk dan setelah melambai kepadamu sekali lagi, mereka berlari menuju ke stasiun, syukur terkejar keretanya.

Mereka menuju ke tempat kau dan Ichiro melihat bintang, ini adalah malam dimana bintang-bintang dapat terlihat dengan jelas. Ichiro menepati janjinya untuk pergi kesana lagi saat bintang bertaburan.
Ichiro melihat tangga-tangga yang kalian lalui dulu, dia tertawa, ternyata tangga ini belum ditutup maupun diubah sama sekali.

Meskipun kau jatuh dan meninggal disana.

Jiro dan Saburo memastikan Ichiro tidak apa-apa. Yang memiliki ide untuk kesini adalah Ichiro, dia memutuskan untuk memenuhi janjinya denganmu, meskipun kau tidak mampu bersamanya lagi.

Ichiro berjalan, dia mengingat kata-kata yang kau ucapkan sambil menuju keatas, meminta gendong dan semacamnya. Jika mengetahui kau akan terjatuh, dia rela menggendongmu naik dan turun, tidak melepasmu selamanya dari genggamannya.

"Ah! Kau baru sampai?!"

Ichiro menatap ke depan dengan kaget, tanpa ia sadari, mereka bertiga telah sampai ke puncak.

"Ichi-nii?!"Saburo bertanya dengan panik saat Ichiro menaruh tangannya di pundak Saburo. Jiro juga langsung menatap dengan sama paniknya.
Di puncak sini tidak ada siapa-siapa, tetapi langitnya indah, bintang-bintang menghias langit.

Ichiro menaruh 1 tangan untuk menutup wajahnya, dan berlutut.
Dia menangis, dia ingin melihat pemandangan ini berempat, dia ingin kau berada di sebelahmu saat ini, memanggilnya hanya untuk memfotonya, duduk bersebelahan di atas sini sekali lagi, mencium keningmu lagi.
Foto terakhirmu berada di ponselnya, foto terakhir yang kalian ambil di tempat ini, foto yang selalu ia lihat.

"Aku merindukanmu… [Name]…"

-the end-
Hemmm, judul awalnya "crying for the deceased other" tapi kepanjangan, yasudah pake reminiscence aja hehe.
Btw panjang jg y… dasar emang gua lebih suka nulis angst www aaah puas.

See you next time! Maaf kalau ada salah, semoga kalian ga kecewa… pengennya kalian nangis sih//woi

-Rizelcchi-

Drop Pop Hypmic! [Hypnosis Mic One-shots]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang