Hari berikutnya, masih terasa sama bagi Yeeun. Sekalipun Seokjin kembali mengisi lembar kosong yang terlampau jauh.
Terlihat jelas bahwa apa yang diinginkannya takkan dapat terjadi, anggapan bahwa semua tak lagi sama benar-benar meresap dalam hari-hari mereka. Maka setelah ini Yeeun tidak akan lagi menyepelekan apa yang pernah dikatakan pepatah.
Khusus hari ini, karena sang Ibu telah mengetahui bahwa Yeeun kembali berhubungan dengan Seokjin, maka mereka akan bertemu di mansion keluarga Yeeun untuk melakukan makan malam bersama.
Bahkan disaat waktu yang tepat, yaitu dimana semua orang yang pernah bersumpah akan selalu bersama Yeeun selamanya mendukung dan menginginkan mereka kembali bersatu, pun Yeeun masih bertahan dengan rasa sakitnya.
Yang terjadi terlalu menyakitkan meski rasa yang bertolak belakang lebih besar adanya.
Yeeun tak menampik hanya Seokjin yang selalu ia harapkan saat menutup dan membukakan mata. Tapi, ia terlalu pandai untuk menutupi apa yang ia rasakan agar tak kembali kedalam lubang yang sama.
Ia sadar kesalahan dimasa lalu tak semata-mata Seokjin pelakunya. Namun, tetap saja rasanya masih terasa menyakitkan.
Yeeun mampu bersangsi apapun yang akan ia lakukan berdasarkan arahan hati, menyanggupinya meski ia sudah tak tahan lagi. Jika apa yang diinginkan hati untuk bersatu maka akan ia laksanakan.
Hanya itu yang dapat membuatnya tak kembali menyesali apa yang terlewat dalam waktu-waktu berharga dimasa lampau.
Sekarang, setelah mendapat pesan singkat bahwa seorang telah menunggunya didepan pintu apartment nya, Yeeun sempat menghela nafas singkat, sedikit merapikan penampilan kemudian menghambur keluar kamar untuk membukakan pintu bagi Seokjin.
"Hai, cantik." Sapa hangat Seokjin, Yeeun tak lagi kuasa menahan debarannya, semburat merah pun mencuat begitu saja kala kalimat manis begitu serasi keluar dari nada bariton yang hampir membuatnya gila.
Yeeun membalasnya dengan senyuman. Ia sedikit menyingkir ke samping guna memberi Seokjin ruang untuk masuk ke dalam.
"Kau datang terlalu awal, aku masih bersiap." Ucap Yeeun sesudah memastikan bahwa pintu kembali tertutup rapat.
Seokjin mengitari ruang tamu yang terlalu luas untuk ukuran apartment itu. Senyumnya kembali mengembang saat melihat penataan yang tak berubah bahkan setelah bertahun-tahun lamanya.
Jika mengingat itu, Seokjin berani bersumpah akan membunuh dirinya sendiri atas kesalahannya.
Dan bahkan sekarang tanpa dosa ia justru kembali pada wanita yang pernah ia sakiti namun tak pernah mendapatkan balasan apapun dari sang korban.
Sempat terlintas dipikirannya bahwa Yeeun terlalu sempurna untuk dirinya yang pecundang ini. Setelah mendiamkan Yeeun beberapa menit, Seokjin membalikkan badannya dan berjalan mendekat ke arah Yeeun berada.
Memegangi kedua bahu wanita itu, lalu memeluknya posesif. Teramat erat.
"Terimakasih untuk tetap sehat dan ada Im Yeeun. Terimakasih, sungguh."
"Tiba-tiba?" Yeeun yang mendapatkan perlakuan mendadak pun lantas membulatkan matanya.
Seokjin enggan menjauhkan tubuhnya, dekapan itu terlalu candu. "Aku mencintaimu. Sangat. Aku bersungguh Im Yeeun."
Dan yang menjadi ketakutan terbesar Yeeun secara mendadak terjadi.
Air matanya keluar terlalu deras, menambah sakit dibagian yang sulit untuk disembuhkan.
Maafkan aku Seokjin, batin Yeeun.
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon | ✔
Short Story[Short Story 0;2] Pada akhirnya kita bertemu kembali, namun sepertinya hanya untuk mengusaikan cerita yang belum berakhir. Selebihnya, kita takkan pernah tau. Pergi dan datang membutuhkan seribu purnama. ©️ halaclouds