Part 2

29 6 0
                                    

Suga berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan mobil dari sana. Sedangkan Rana menunggu Suga di depan rumah sambil duduk di kursi kayu yang ada di sana.

Beberapa menit kemudian mobil sudah keluar dan Rana masuk ke mobil lalu duduk di kursi samping pengemudi. Perjalanan sudah berkisar sepuluh menit, tak ada suara dari mereka berdua. Suga melirik Rana yang terlihat sedih dan memulai pembicaraan yang sedari tadi sunyi tak ada suara manusia.

"Ran...?" Awal Suga dengan memanggilnya lembut.

"Rana...?" Ulang Suga kedua kalinya masih dengan suara yang lembut.

"Emm..." Jawab Rana tanpa melihat ke arah Suga.

"Kamu kenapa?" Tanya Suga.

"Kamu sedih? Hemm? Apa gara-gara Mama sama Papa belum telfon ngasih kabar kapan pulang?" Tambah Suga.

"...." Tak ada suara yang menyahut dari Rana.

Suga yang masih fokus menyetir mencoba melirik Rana. Ia melihat Rana menunduk, namun ia tak bisa melihat wajah adiknya itu karena tertutup oleh rambut Rana.

Karena merasa bingung dengan sikap adiknya, Suga akhirnya menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mencoba berbicara pada Rana. Pertama, Suga memanggil Rana dengan lembut. Namun tak ada jawaban. Karena tak mendapat jawaban dari adiknya itu, Suga mencoba mendekati adiknya dan menyibakkan rambut Rana yang menutupi wajahnya itu.

Terlihat jelas oleh Suga bahwa mata Rana berkaca-kaca dan pipinya basah oleh air mata. Suga yang tak tega melihat adiknya menangis, ia kemudian memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu kenapa nangis? Heum?" Tanya Suga sambil memeluk Rana.

"Rana... Rana kangen Bang sama Mama Papa hiks." Jawab Rana di dalam pelukan Suga masih dalam keadaan menangis.

"Udah sebulan Mama Papa nggak ngasih kabar hiks hiks. Sesibuk apa sih mereka sampai nggak ngasih kabar ke kita? Hiks hiks."

Suga merasa kasihan pada adik perempuannya itu. Suga mencoba menenangkan Rana dengan mencoba menghibur adiknya. Ia tahu, bahwa ia harus menjaga adiknya dalam keadaan apapun.

"Sudah jangan menangis, nanti coba Abang telfon Mama Papa ya. Tapi Rana berhenti dulu dong nangisnya, Rana kan harus pergi sekolah. Rana kan juga udah gede, harus kuat ya." Hibur Suga pada Rana sambil mengusap lembut rambut Rana.

Rana hanya mengangguk di pelukan Suga. Sedetik kemudian Suga melepaskan pelukannya kemudian mengambil tissue di atas nakas mobil dan memberikannya pada Rana. Setelah itu, Suga kembali menjalankan mobil menuju sekolah Rana.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan sekolah SMA yang bernuansa biru muda. Sebelum keluar dari mobil, Suga berpesan pada adiknya untuk ke kamar mandi dulu untuk membasuh mukanya agar tidak terlihat seperti habis menangis. Rana hanya menganggukkan kepala dan langsung keluar dari mobil. Dua langkah Rana berjalan menjauhi mobil, Suga membuka jendela mobilnya dan memanggil Rana kembali.

"Dek.. Abang mau ke supermarket beli bahan makanan. Mau dibeliin apa? Sekalian Abang beliin." Tanya Suga dari dalam mobil.

"Hemm apa ya?" Rana terlihat berpikir sambil menaruh jari telunjuk di dagunya.

"Beliin cokelat aja deh."

"Cokelat aja?" Tanya Suga menunggu.

"Itu aja sih. Tapi kalo Abang mau beliin makanan lain boleh-boleh aja ehehehe." Jelas Rana pada kakaknya.

"Oke." Suga membalas singkat sambil tersenyum pada adiknya.

Rana berbalik melangkahkan kakinya menuju ke dalam sekolah. Tak lupa ia menuju kamar mandi dan membasuh mukanya seperti perintah kakaknya. Setelah selesai, Rana berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua gedung sekolahnya.

ALL ABOUT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang