Chapter 4

67 7 14
                                    

"Masamune-sama... Apakah perkataanku menyakiti perasaannya ya?" aku termenung.

"Padahal niat Ayah itu untuk kebaikanku sendiri, untuk apa aku menolaknya? Sepertinya aku sudah bersikap egois bukan sih?"

"Menyukai seorang pria pada pandangan pertama. Lalu, memendamnya tanpa melakukan pergerakan maju kecuali berharap. Hah, seorang pengecut!"

Aku menggelengkan kepalaku mengusir pemikiran yang membuatku merasa bersalah. Lebih baik aku mengatakan secara jujur jika aku memang menyukai orang lain daripada membohongi perasaan Masamune.

Mungkin saja Masamune pergi sebentar untuk mencari udara segar, ataupun ingin menilik katana-nya bersama Ayah di ruang utama. Bisa saja, ingin mengambil sake lagi bukan?

Kalau itu alasannya, untuk apa juga mengatakannya padaku? Secara aku kan hanya tamu warga sipil bukan seorang pejabat berpangkat tinggi maupun daimyo.

Iya kan? Iya kan?

.

Aku terlalu sibuk berdebat dalam pikiranku. Semakin aku memikirnya, semakin aku gelisah.

"Kurang ajar! Si Tuan Masamune pergi kemana sih emangnya? Aku tidak mengerti pemikirannya itu!? Tidak nyaman tahu, gelisah sendirian disini!?" aku frustasi dalam diam.

Beberapa saat kemudian aku mendengar suara langkah kaki berjalan mendekat. Jantungku tak bisa berdegup dengan tenang, semakin dekat langkah tersebut jantungku rasanya mau copot. Getaran kecil dari suara langkah kaki kanan-kiri bergiliran, aku dapat merasakannya.

"Siapakah itu? Masamune-sama kah? Atau..."

Ayolah jantungku, tetaplah tenang! Jantung yang berdegup cepat tentu membuat napasku ikutan tidak karuan. Aku sudah mencoba sebisaku namun saraf-sarafku tidak mau menuruti perintahku.

Perlahan aku dapat melihat pantulan sosok bayangan seorang pria dari balik kertas pintu geser. Dia sudah dekat!

Dan terjadilah, aku melihat seorang sosok yang tidak bisa kulupakan saat kulihat pertama kalinya kala itu. Seorang pria dengan pandangan lurus, bekas luka di pipi kirinya, dan seragam kulit cokelatnya. Sosok yang memiliki wibawa dan kharisma sebagai Mata Kanan Naga, Katakura Kojurou.

"Se-selamat malam, Katakura-sama." Akupun refleks melontarkan salam padanya.

"Selamat malam, Putri Toriyumi-dono. Saya diminta kemari oleh Masamune-sama untuk menemani Anda." Katakura membalas salamnya padaku.

"Terimakasih, saya dengan senang hati menerimanya."

"Masamune kampret! Jadi ini rencanamu yang tiba-tiba pergi begitu saja lalu memanggil Katakura buat datang kemari begitu hah? Aku benci mengakuinya, tapi rencana dadakanmu ini sukses memainkan perasaanku bertubi-tubi. Aaaghh! Ingin rasanya kucolokkan mata kirinya biar pakai kacamata kuda sekalian,"

"Tidak. Tidak. Tidak. Belum cukup rasanya jika tidak dibarengi dengan menghajarnya juga."

Katakura lalu memposisikan dirinya duduk seiza di dipan depan pintu geser. Dia memandang ke arah langit, "Langit malam hari ini terlihat indah bukan?"

"Be-benar, Katakura-sama."

Katakura lalu melemparkan pandangannya ke arahku, "Putri Toriyumi-dono, kemarilah mendekat agar bisa melihatnya lebih jelas. Melihatnya dari dalam ruangan tentu tidak begitu jelas bukan?" Katakura menepuk lantai kayu di sebelahnya yang kosong.

"Eh, itu...saya..."

"Anda tidak perlu sungkan, apa jangan-jangan Putri Toriyumi-dono tidak berkenan melihatnya bersama saya?" tanyanya dengan nada tenang dan lembut.

My Love Interested in HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang