Chapter 5

63 6 4
                                    

Beberapa bulan telah berlalu semenjak aku menyatakan perasaanku pada Katakura kala malam itu. Mengingatnya kembali sungguh membuatku malu. Malu sekaligus senang.

Yah. Jika diingat kembali dengan jawaban yang diberikan oleh Katakura, dia tidak menolak tetapi belum menerimaku sepenuhnya. Cukup masuk akal sih, kami berdua juga bertemu secara langsung sewaktu Katakura mengantarkan surat undangan dan saat di ruang perjamuan itu bukan?

Dengan kata lain, kami berdua seharusnya lebih banyak berinteraksi dan bertemu untuk menumbuhkan ketertarikan satu sama lain. Ada pepatah mengatakan, "Cinta itu Bisa Karena Kebiasaan" oleh karenanya aku tidak boleh membuang kesempatan ini sia-sia!

Tunggu, tunggu dulu. Walaupun aku menafsirkannya demikian, beberapa bulan belakangan ini hubunganku dengan Katakura... belum ada kemajuan yang signifikan! Memang sih, terkadang kami saling bertukar surat yang isinya tidak lebih dari menanyakan kabar atau memberikan suatu informasi. Satu sisi membuatku senang, tetapi sisi satunya terasa monoton dan kaku.

Aku merundung. Kenapa terkesan digantungin begini sih? Tidak, tidak, tidak, aku tidak boleh menyerah begitu saja. Terdengar tidak sopan jika aku tidak merasa bersyukur sementara Katakura rela membuka hatinya padaku. Lagipula, Katakura memiliki tanggung jawab yang besar mengingat kedudukannya sebagai Mata Kanan Naga dari Oushuu.

Setidaknya, aku harus bersabar sedikit lagi ya kan?

Aku terbenam dalam pemikiranku sendiri hingga tidak sadar sedang melamun di bengkel Ayah.

"Nak, bisakah kamu kemari? Ayah butuh bantuanmu!" panggilan Ayah dari luar membuyarkan lamunanku.

"Tunggu sebentar, aku segera ke sana!" sahutku lekas menghampiri panggilannya. Setibanya aku di ruang depan toko, kulihat Ayah sedang membopong sebuah wadah berbentuk balok tertutup yang panjangnya hampir dua meter.

Aku bertanya-tanya jenis pedang seperti apakah yang ada di dalam situ? Nodachi kah?

"Ada yang bisa dibantu, Ayah?"

"Oh, ini. Ayah ingin meminta tolong padamu mengantarkan benda ini ke gerbang perbatasan Oushuu sebelah timur, bisa kan?"

"Hm, tumben sekali ada pelanggan yang memesannya di daerah perbatasan? Ayah tidak salah alamat nih?" akupun menerima balok tersebut. Kelihatannya saja besar, tetapi ini tidak seberat yang kubayangkan.

"Sebetulnya, pelanggan kita yang satu ini tidak tinggal di daerah perbatasan Oushuu melainkan dari kediaman Takeda. Karena toko kita tidak membuka jasa pengantaran barang sangat jauh makanya utusan mereka yang akan mengambilnya di gerbang perbatasan saja. Dan bukan jenis pedang samurai yang biasanya dipesan, tetapi sepasang tombak." Jelas Ayah kepadaku.

"Kediaman Takeda, Ayah bilang? Lah, itu kan dari Negara Kai? Mengapa mereka harus jauh-jauh ke Oushuu hanya untuk memesan sepasang tombak?"

"Sudahlah, kita tidak boleh menolak rezeki bukan? Mungkin saja mereka mendengar hasil karya-karya Ayah lewat omongan orang-orang, maka dari itu pihak sana tidak ragu memesannya di toko ini sekalipun sangat jauh." Ayahku menepuk lembut kepalaku.

"Baiklah, jika itu yang Ayah katakan. Aku segera mengantarkannya," jawabku menurut. Aku pun mengatur balok itu agar bisa kugendong dengan mudah dengan sebuah tali. Tak luput lengan pakaianku kusisingkan sekalian.

"Sip. Aku berangkat dulu, Ayah!" pamitku begitu di pintu depan toko.

"Ya, hati-hati di jalan!"

.

Setelah beberapa saat aku meninggalkan toko, aku berjalan melewati alun-alun kota. Perjalanan kali ini cukup jauh untuk sampai di perbatasan Oushuu sebelah timur, karena setelah melewati alun-alun setidaknya aku harus berjalan sekian kilometer lagi untuk mencapainya. Kudengar sebelum Oushuu jatuh ke dalam kekuasaannya Date Masamune, daerah perbatasan timur adalah daerah yang berbahaya karena sarangnya para bandit. Tapi sekarang sudah aman terkendali berkat pasukan Date.

My Love Interested in HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang