Lantai Ujian - Pengenalan

15 17 6
                                    

Kei membuka mata. Ia melihat hamparan padang rumput dengan bangunan tinggi menjulang di tengahnya. Tak ada siapapun di sana. Apa yang terjadi? Kei bingung, seperti orang linglung.

"Selamat datang di menara, para Pendaki. Selamat datang di lantai ujian pertama. Kalian akan diuji sebelum naik ke puncak menara. Bisakah kalian melihat bangunan tinggi ini? Ya, kami ada di dalam sini. Dan ujian pertama kalian adalah, lari sekencang-kencangnya agar sampai di dalam bangunan. Tentunya, kalian harus selamat dari pemburu yang telah kami siapkan. Ah, dan kami hanya akan menerima sekitar 500 peserta saja, ya. Kalian bisa melihat layar monitor di depan kalian untuk mengecek jumlah peserta yang tersisa dan yang lolos ujian. Dan tentunya, kalian boleh melakukan apapun untuk lolos ujian kali ini. Selamat bersenang-senang."

Kei memperhatikan, tak ada apa pun di depannya. Yang ia lihat hanya hamparan rumput kering. Ia tak tau sama sekali layar monitor yang dimaksud si pemilik suara.

"Kau bisa melihatnya, kan? Maksudku layar monitor. Jumlah yang sangat fantastis hanya untuk sebuah game adventure."

Kei refleks mundur satu langkah. Ia tidak mengenal siapa lelaki yang tiba-tiba mengajaknya bicara.

"Kuda-kuda yang bagus. Kau pasti seorang seni bela diri di dunia nyata, kan? Kau tak perlu khawatir. Aku bukan musuh."

Setelah mengamati, sepertinya orang itu memang bukan musuh seperti ucapannya. Kei membenarkan posisi, berdiri sewajarnya.

"Apa yang dimaksud layar monitor? Aku tidak tau berapa jumlah pemain yang ada di sini."

"Hah? Apa kau seorang newbie?"

"Newbie?"

"Newbie itu sebutan untuk pemain yang baru pertama kali memainkan game sejenis. Apa kau benar-benar belum pernah mencoba game seperti ini?" lelaki berambut merah menyala bertanya menyelidik.

Kei mengangguk. "Bahkan sebelumnya aku belum pernah main game apapun, kecuali game ular keluaran hp jadul."

"Apa aku salah membentuk aliansi?" bisiknya.

"Apa yang kau gumamkan?"

"A-ah, bukan apa-apa. Aku akan membantumu untuk sementara. Walau kita semua di sini adalah rival, aku paling tidak tahan melihat orang lemah."

Kei masih tak mengerti. Sebenarnya, game macam apa 'Tower of Destiny' ini?

"Siapa namamu?"

"Kei."

"Selamat datang, Newbie. Panggil aku Zoan."

Mereka bersalaman. Lelaki berambut merah itu kembali menyelidik. Bagaimana seorang tanpa pengetahuan apapun bisa terpilih?

Kei mengamati layar monitor di depan Zoan. Ada batas waktu, jenis ujian, posisi lantai, level, skill, dan lain-lain. Ada pula beberapa informasi yang sengaja disisipkan penguji ke layar monitor pemain, seperti jumlah pemain tersisa dan pemain lolos seperti di lantai ujian kali ini.

"Zoan, bagaimana cara memunculkan layar monitor sepertimu?"

"Ah, kamu lihat ada sebuah titik di pojok kiri atas, kan? Fokus ke situ, lalu ucapkan 'properti'.

Kei langsung mempraktikkan. Memang benar, di pojok kiri atas, ada sebuah titik hitam yang sangat kecil.

" Properti."

Lagi-lagi Kei tersentak mundur. Ia mengamati dengan saksama. Level 1. Jumlah pemain tersisa, 978. Berarti mereka harus mengeliminasi setengahnya.

"Kau dengar yang dikatakan Guild tadi?"

"Guild?"

"Mereka adalah para pengurus, baik pengurus lantai maupun pengurus ujian. Player memanggilnya Guild. Dan player disini dijuluki dengan istilah pendaki. Mereka yang bertugas mengeliminasi pendaki disebut dengan istilah pemburu. Pemburu adalah pemain kepercayaan yang sudah sampai ke puncak menara."

Kei mengangguk. Tak butuh penjelasan rumit lagi, ia langsung paham dengan sistematika permainan menara.

"Hanya ada 500 yang lolos. Artinya setengahnya lagi harus tereliminasi. Apakah kita termasuk lolos atau tereliminasi, kau harus tentukan nasibmu sendiri."

Belum ada pergerakan dari pendaki yang lain. Suasananya benar-benar lengang. Apakah sistem error?

"Tes..tes.. Baiklah, karena posisi pemburu telah ditentukan, saatnya kita mulai perburuannya. Ah, tentu saja, para pemburu dilarang menggunakan 'nairy' melebihi setengahnya."

Lagi-lagi, istilah yang sama sekali tidak dipahami Kei.

"Kei, senang berkenalan denganmu. Sebentar lagi, senjata yang cocok denganmu akan segera dikirim ke layar monitor. Pastikan kau mengambilnya sesegera mungkin, atau para pemburu lebih cepat menebas lehermu. Semoga beruntung!"

Lelaki berambut merah itu berlari, mencari tempat persembunyian terbaik untuk menganalisis senjata yang akan diberikan padanya. Sementara di sisi lain, Kei masih berdiri terdiam. Ia sama sekali tak mengerti.

Napasnya terasa sesak. Ia ingat dengan kata yang tertera di buku 'Tower of Destiny'. Tempat di mana nyawamu dipertaruhkan.

"Apapun yang terjadi, aku harus menyelamatkan Viole."

Tower of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang