Lantai Ujian - Perburuan

7 1 1
                                    

Suara desingan terdengar di atas kepala. Sebuah benda berbentuk kubus sempurna berwarna biru mengapung. Setiap pendaki mendapatkan satu buah. Ada yang dapat senjata pedang, tombak, panah, tameng, bahkan sebuah jarum.

Kei menerima satu. Layar monitor menyala otomatis. Benda kubus itu tersedot ke dalamnya. Kei mengotak-atik layar monitor miliknya. Walaupun ia belum pernah bermain game, tak butuh waktu lama untuk memahaminya.

Ia membuka menu 'bagpack' yang di dalamnya terisi benda kubus biru. Kei membuka menu itu, muncul notifikasi di depannya. Sebuah arloji? Apa maksudnya? Tidak seperti pemain lain yang mendapat berbagai macam senjata, ia justru mendapat arloji yang sama sekali tidak berguna dalam pertarungan.

"Kei, kamu dapat apa?" Suara serak terdengar menyapa dari arah belakang. Rupanya Zoan. Ia telah kembali dari persembunyian.

"Arloji."

"Arloji? Itu tidak ada di peraturan. Lihat, aku dapat panah!"

Zoan mendekat, mencoba memamerkan senjata yang didapatkan. Sementara arloji Kei hanya berpendar sesaat, kemudian meredup lagi.

"Sebaiknya kita berpisah, Kei. Sekali lagi kukatakan, semoga beruntung."

Zoan melambai. Kei menghela napas kasar. Ia menatap ke arah gedung tinggi, sebentar lagi permainan akan benar-benar dimulai.

"Tes...tes.. Aa, baiklah sekarang kalian semua sudah dapat berbagai senjata. Ada yang mematikan, ada pula hanya sebuah sampah tak berguna. Tentu, senjata itu kami acak. Jadi apapun yang kamu terima, itulah keberuntungan atau kesialan kalian. Karena di sinilah, di merana inilah takdir kalian dipermainkan. Perburuan akan dimulai satu menit setelah bunyi ledakan terdengar. Tujuan kalian adalah selamat dari buruan para pemburu kami dan masuk ke gedung ini. Ah, ngomong-ngomong, gedung ini bernama Proxius. Silahkan kalian masukan dalam data layar monitor. Selamat menunggu, dan semoga beruntung!"

Kei masih tidak mengerti. Kenapa setiap orang harus berkata semoga beruntung? Sebegitu menegangkannya kah permainan ini? Menilik dari yang diucapkan Zoan, game ini bergenre adventure, alias petualang. Apakah pemburu itu seperti monster, atau badai meteor, mereka akan tau setelah 50 detik berlalu.

Sepuluh detik terakhir. Peluh Kei menetes. Entah kenapa, ia merasa tegang. Kei tak punya senjata untuk membela diri. Tak punya tameng ketika ia diserang diam-diam. Arloji yang dikenakannya bagai kasat mata, tak terlihat.

BUM!
Kepulan asap memenuhi langit. Suasana lengang berubah menjadi riuh. Ratusan pendaki berlari menuju bangunan putih bernama Proxius itu. Beberapa tumbang. Ratusan busur panah melayang, menembus tubuh mereka.

Kei bersembunyi di balik rerumputan, mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia mengaktifkan layar monitor miliknya. Jumlah pendaki berkurang drastis hanya dalam hitungan menit, sementara jumlah yang lolos, nol.

Kei masih sibuk mengamati. Seorang gadis bertubuh mungil berlari sangqt cepat. Gerakannya zig-zag menghindari busur panah dengan sempurna. Ia bergerak seperti assassin. Kini gadis itu tepat berada di depan Proxius. Satu orang dinyatakan lulus ujian.

Gadis assassin itu menjadi orang pertama yang dinyatakan lulus di lantai ujian. Ia tak menggunakan senjata, hanya mengandalkan kecepatan dan ketepatan.

Tiga puluh menit berlalu. Serang busur panah mereda. Beberapa player berlari kencang, berharap bisa masuk ke dalam Proxius sebelum serangan kedua datang.

"Aku juga harus bergegas!"

Para pendaki tiba di pertengahan jalan. Kini, bukan busur panah yang menghalangi mereka. Puluhan 'pemburu' dikerahkan. Ada yang membawa pedang, tombak, bahkan tangan kosong?

Tower of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang