Minghao menatap ruang latihannya dengan tatapan kosong. Suasana ramai dari para penari lain dan juga pelatih tak mampu mengembalikan kesadaran Minghao yang tenggelam dalam pikirannya. Minghao selalu saja begini, ia sering kali melamun di tengah keramaian. Entah apa yang ia pikirkan, Minghao sendiri kadang merasa heran.
"Berhenti melamun, Hao. Fokus pada latihanmu. Ingat, kau penari utama di pertunjukan kali ini." seorang temannya-yang juga seorang ballerina-kembali mengingatkan. Minghao mengangguk kecil. Benar katanya, ia harus lebih fokus, akan sangat memalukan jika penari utama melakukan kesalahan saat perform nanti. Dan Minghao benci terlihat memalukan. Dia harus selalu sempurna bagaimanapun caranya.
"Sebentar lagi waktu istirahat habis. Kau tidak mau makan atau minum, Hao?" Minghao hanya menggeleng. Hari ini ia memang sengaja melewatkan jam makannya, ia harus menurunkan berat badannya 3 kg lagi agar lompatannya sempurna.
"Aku sedang diet, Kwan. Pelatih menyarankanku untuk mengurangi berat badan tiga kilogram." Wanita yang dipanggil Kwan, atau Seungkwan itu mengangguk kecil, menyayangkan keputusan sang pelatih, karena bahkan dari sisi mana pun Minghao sudah terlihat sempurna, persetan dengan lompatan atau apa pun. Kenapa pelatih itu perfeksionis sekali sih, Seungkwan jadi benci.
Diet adalah hal yang lumrah bagi seorang penari. Setiap kali akan melakukan pertunjukkan, maka mereka harus rela jika dipaksa untuk diet. Ia bahkan pernah diminta untuk mengurangi berat badannya sebanyak 7 kg. Katanya, berat badannya sedikit berlebih waktu itu, sehingga lompatannya kurang sempurna.
"Padahal menurutku kau sudah sangat kurus, Hao. Bagaimana bisa pelatih berpikiran untuk menyuruhmu diet? Memikirkanmu yang kehilangan tiga kilogram membuatku sedikit merinding." Seungkwan menggenggam lengan Minghao yang tampak pas di genggamannya. Abaikan Seungkwan dengan segala sikap hiperbolisnya mengenai tubuh Minghao. Minghao tak sekurus itu, tubuhnya tergolong ideal untuk seorang ballerina, ia akan terlihat sangat anggun dengan gaun indahnya yang berhias bulu angsa. Ramping dan indah. Baiklah Seungkwan tarik ucapannya yang berlebihan tadi karena ia rasa Minghao termasuk dalam ballerina dengan bentuk tubuh terbaik.
"Kau sangat berlebihan. Aku tidak sekurus itu." Minghao mendengus kecil dengan cebikan di bibir kecilnya, yang selalu membuat Seungkwan gemas dan tidak tahan untuk tidak mencubit kedua pipi Minghao yang merona semerah buah ceri yang segar.
"Aigoo kau sangat menggemaskan."
"Yak! Berhenti mencubit pipiku! Cubitanmu benar-benar kuat dan tanpa perasaan." Minghao menepis tangan-tangan Seungkwan yang dengan santainya mencubit pipinya. Ia menatap temannya itu tajam, mengancam agar Seungkwan tak mencubitnya lagi.
"Kurangi kebiasaan mencubitmu itu, Kwan. Kau bahkan berani mencubit pipi pria yang baru kau kenal hanya karena gemas." Itu adalah kejadian tiga bulan lalu, dengan bodohnya Seungkwan melayangkan sebuah cubitan karena rasa gemas yang tidak masuk akal, dan sialnya laki-laki yang mendapat cubitan dari Seungkwan itu ternyata adalah sang pelatih baru. Pelatih Choi, putra seniman terkenal korea juga kakak dari Sofia Choi, idola yang tengah naik daun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Lies (SVT GS)
FanfictionLayaknya berada pada dua persimpangan, Junhui tak tahu harus memilih yang mana. Ia tak tahu ke mana hatinya memilih. Ia mencintai Jisoo, kekasihnya selama tiga tahun terakhir, tapi di sisi lain, kehadiran Minghao memberikan rasa penasaran yang menda...