Jisoo turun dari taksi kemudian masuk ke salah satu resto bergaya eropa yang punya menu super enak, salah satu restoran kesukaannya.
Jisoo tidak pernah meragukan cinta Jun padanya selama ini, omong-omong. Selama tiga tahun keduanya bersama, cintanya juga cinta Jun tidak pernah berubah sedikit pun. Tapi kenapa hanya dalam waktu semalam ia jadi meragukan cinta Jun yang lalu-lalu. Karena wanita mana pun pasti akan merasa khawatir saat kekasihnya bersama dengan wanita lain, apalagi mereka akan dijodohkan.
"Tidak Seok, Jun tidak begitu." Jisoo berujar dengan tegas, menolak ucapan buruk Seokmin tentang Jun.
"Bukan begitu Soo, hanya saja mari lebih realistis. Mereka akan menghabiskan banyak waktu bersama. Bukankah kemungkinan akan suatu rasa tumbuh di antara keduanya sangat besar?" Jisoo hanya diam, karena jika ia mengiyakan ucapan Seokmin berarti ia kalah melawan asumsi hatinya yang belum tentu benar.
"Kita selalu bersama, tapi kita tidak pernah punya rasa itu." Itu adalah apa yang dikemukaan Jisoo.
"Kita berbeda."
"Apanya yang berbeda? Kita bahkan bersama sejak kecil."
Mata indah Jisoo memandang kota Seoul dari atas sini, indah sekali. Ia mengajak Seokmin untuk makan malam bersama juga ia berniat untuk menceritakan hal yang membuatnya gundah akhir-akhir ini. Curhatan yang membuat Seokmin entah kenapa menjadi marah. Ia tidak percaya bahwa hati Jun sekuat itu, ia hanya takut sahabatnya tersakiti pada akhirnya.
"Dia Xu Minghao, ballerina yang terkenal itu." Ujar Jisoo kembali setelah mereka di selimuti keheningan.
"Jun tidak akan berpaling dariku kan Seok?" Seokmin hanya diam, menatap Jisoo yang menggigit bibirnya seraya melempar ekspresi ragu.
Jika Jisoo seragu itu, bagaimana Seokmin bisa mengiyakan pertanyaan wanita di hadapannya ini. Tapi ia tidak ingin Jisoo bersedih jadi Seokmin hanya mengiyakannya saja.
"Ya dia tidak akan pernah berpaling darimu, kujamin." Entah apa yang menjadi jaminan. Yang jelas Jisoo itu baik, cantik dan pintar, tidak ada poin buruk hingga seseorang berniat berpaling darinya.
Wanita bermata indah itu dibuat tersenyum senang setelah Seokmin mengatakannya membuat pria itu tanpa sadar ikut tersenyum. Senyum Hong Jisoo memang menular.
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan OSO? Ku dengar kalian membeli saham milik Star apparel?" Jisoo bertanya lalu menyesap Winenya yang terlampau manis. OSO adalah perusahaan konglomerasi terbesar di Korea, bergerak di berbagai bidang dan kemarin OSO baru saja membeli saham Star Apparel untuk melebarkan sayap di dunia Fashion.
"OSO semakin baik." Pria yang menjabat sebagai wakil direktur di OSO itu menjawab dengan singkat tampak tidak tertarik membicarakannya.
"Bagaimana kabar ibumu?" Jisoo bertanya kembali. Ia sudah lama tidak bertemu ibu Seokmin, omong-omong. Terakhir kali itu saat Ibu Seokmin dirawat di rumah sakit dan itu sudah lama sekali, mungkin satu tahun.
"Ibu juga baik, beliau menghabiskan waktu dengan mengikuti kelas merajut akhir-akhir ini. Katanya ia ingin merajut banyak pakaian untuk cucunya nanti." Ada kekehan di akhir kalimat itu, Seokmin merasa lucu saja. Ia bahkan tidak berpikir untuk menikah tapi ibunya tampaknya ingin segera punya cucu yang lucu.
"Mau kemana setelah ini?" Seokmin bertanya pada Jisoo yang asik memandangi kota Seoul yang gemerlap.
"Aku ingin menonton film ini Seok, tapi Jun tampaknya sangat sibuk jadi aku tidak bisa mengajaknya." Ujar Jisoo sembari mengarahkan layar ponselnya pada Seokmin. Ada poster salah satu film yang sedang tayang sekarang.
Haruskah ia menemani Jisoo? Tapi bukankan mereka tampak seperti sedang selingkuh di belakang Jun?
Tidak tidak! Seokmin menggeleng. Ia dan Jisoo adalah sahabat baik, tidak ada perasaaan lebih di hati mereka hingga pertemuan mereka ini patut disebut sebagai sebuah perselingkuhan.
"Aku tidak suka filmnya." Itu film romansa yang bukan selera Seokmin sekali.
"Kau tidak diberi kesempatan untuk berkomentar. Sekarang ayo temani aku!" Pemilik mata indah itu langsung bangkit dari duduknya, berjalan menjauh mendahului Seokmin yang masih terbengong di mejanya. Huh dasar Hong Jisoo!
"Hiks Seokmin kasian sekali... kenapa pria itu tidak menyatakannya sih? Dasar bodoh!" Jisoo merutuki bagaimana jalan cerita dari film yang ia tonton. Saat ini mereka sudah di dalam mobil Seokmin, bersiap untuk pulang.
"Mereka saling suka tapi mereka tidak menyadarinya ya, itu seperti mereka saling membutuhkam satu sama lain tapi mereka tidak menyadari hal itu."
"Tidak begitu Jisoo, mereka menyadarinya tapi mereka tidak ingin mengatakannya karena takut pertemanan mereka hancur karena perasaan tidak penting semacam itu." Seokmin mengemukakan pendapatnya.
"Bukankah mereka sama-sama egois? Bukankah seharusnya mereka mengatakannya bahkan ketika pertemanan mereka menjadi taruhan." Jisoo mengusap air matanya yang hampir luruh lagi, kilasan film itu masih berputar-putar di kepalanya.
"Itu terdengar lebih egois."
"Tapi akhirnya mereka menyakiti hati mereka sendiri dengan menikah bersama orang lain." Jisoo tidak mengerti mana yang lebih egois, hanya saja akhir dari film itu sangat menjengkelkan hingga ia ingin mengumpat.
"Seokmin mampir mini market dulu ya... aku ingin beli es krim." Es krim itu salah satu yang membuat mood Jisoo menjadi lebih baik, sebenarnya ada yang lebih ampuh dari sebuah es krim dengan lelehan coklat di dalamnya tapi sayangnya obatnya itu tidak ada disini.
•○●♢●○•
Maaf ya atas keterlambatan update 😆
Selamat membaca😚😚😚

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Lies (SVT GS)
FanfictionLayaknya berada pada dua persimpangan, Junhui tak tahu harus memilih yang mana. Ia tak tahu ke mana hatinya memilih. Ia mencintai Jisoo, kekasihnya selama tiga tahun terakhir, tapi di sisi lain, kehadiran Minghao memberikan rasa penasaran yang menda...