Belanja

360 23 12
                                    

Hari minggu biasanya menjadi waktu rebahan paling nyaman bagi orang-orang seumuran Vina. Berbeda dengan Vina, ia sudah bangun dari jam 5 pagi. Setelah sholat subuh, ia mulai  membersihkan rumahnya, sekarang langkahnya menuju dapur untuk membuat sarapan. Minggu pagi ini Vina akan memasak sup ayam dan tumis tempe tahu. 

Dengan telaten Vina menyiapkan bahan-bahan masakannya. Tak menunggu waktu lama makanan yang dimasak Vina sudah tersaji di atas meja makan. 

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, Vina bersiap untuk lari-lari pagi di sekitaran komplek rumahnya.

"Bun, Vina lari-lari pagi sebentar ya, sarapan udah Vina siapin di atas meja." Pamit Vina sebelum hilang dari balik pintu utama rumahnya.

Udara pagi langsung menyambut Vina saat mulai berlari-lari pelan. Banyak orang yang juga berlari-lari atau hanya sekedar duduk di bangku taman.

Vina mampir di salah satu bangku yang ada di taman. 

"Hai…, kamu ngapain?" Sapa Vina pada seorang anak laki-laki yang sedang duduk sendiri di salah satu bangku taman.  

"Aku makan roti ini kak." Jawab anak kecil itu dengan wajah polosnya, sambil menyodorkan rotinya pada Vina. 

"Enak nggak?" Tanya Vina lagi pada anak kecil itu. 

"Enak banget kak, kan mamah aku yang buatin." Jawabnya lagi dengan suara khas anak kecil, tanpa menoleh ke arah Vina. 

"Kakak cantik ngapain kesini?" Tanya anak laki-laki itu menampilkan senyumannya. 

"Ehm… aku nggak cantik." Ujar Vina canggung. 

"Aku tadi olahraga pagi di sekitar sini." Jawab Vina tersenyum hangat lalu menoel pipi chubby milik anak itu. 

"Iya, iya ga cantik cuman manis aja." Ujar seorang pria dari arah belakang Vina. 

"Eh Ger, dari mana?" Kaget Vina, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Gerald. 

"Gue lagi nemenin nyokap olahraga di sekitar sini." Jelas Gerald lalu mengacak lembut rambut Vina. 

"Cieeee…., kakak ganteng sama kakak cantik pacaran ya."

"Cocok, aku suka liatnya." Ujar anak laki-laki yang tersenyum jail ke arah Vina dan Gerald. 

Vina terdiam, setelah mendengar ucapan anak tadi. Jangan tanya lagi dengan pipi Vina, pipinya sudah berubah menjadi merona dari beberapa detik yang lalu. 

"Kamu, ga boleh ngomong gitu masih kecil." Ucap Gerald gemas pada anak itu. 

Gerald merubah posisinya menjadi berjongkok di depan anak laki-laki itu kemudian mengacak acak rambutnya. 

"Makan yang banyak ya." Ujar Gerald sambil menyunggingkan senyumnya. 

Drttt…. Drttt…. 

Handphone Vina bergetar di balik saku bajunya, ternyata Ayudia menyuruhnya pulang karna sekarang sudah hampir jam setengah 8 pagi. 

"Ger, gue luan ya bunda udah nelpon." Pamit Vina pada Gerald dan melambai pada anak laki-laki tadi. 

Gerald hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. 

"Assalamualaikum" ucap Vina dan langsung masuk ke dalam rumahnya. 

"Ganti baju dulu sana." Ucap Ayudia saat melihat putrinya datang dari balik pintu.

Vina mengangguk tanda mengerti dan langsung menuju kamarnya untuk segera mandi, badannya sudah terasa lengket karena keringat. 

Tak sampai 15 menit Vina sudah menyelesaikan ritual mandinya. 

"Sayang bunda boleh masuk?" Tanya Ayudia dari luar kamar Vina. 

"Iya bun, masuk aja Vina ga kunci kok pintunya." Jawab Vina sambil mengeringkan rambutnya.

Sekarang Ayudia dan Vina sudah duduk di ujung kasur milik Vina. 

"Vin bunda mau ngomong." Ucap Ayudia serius dan langsung di balas anggukan oleh Vina. 

"Jadi, ayah sama bunda mau jodohin kamu sama anaknya sahabat baik ayah." Ujar  Ayudia menatap manik mata anaknya itu.

"Bunda sama ayah mau memberikan yang terbaik buat kamu." Lanjut Ayudia. 

Sedangkan Vina masih diam dan menunggu penjelasan dari Ayudia.

Vina bergulat dengan pikirannya sendiri, perjodohan berarti gue bakalan nikah dong? Tanya Vina pada dirinya sendiri. 

"Bunda yakin pilihan bunda dan ayah menjadi pilihan terbaik buat kamu." Lanjut Ayudia lagi untuk meyakinkan putrinya. 

"Tapi bun, Vina kan masih kelas 11 SMA. Apa ga terlalu kecepatan bun?" Tanya Vina membuka suara. 

"Bunda udah mikirin ini semua dan bunda yakin insyaallah ini yang terbaik buat kamu." Ucap Ayudia lalu memeluk tubuh putrinya. 

Vina mengangguk dalam pelukan Ayudia, Vina siap akan perjodohan ini. Jika memang itu bisa membuat kedua orang tuanya bahagia, Vina akan melakukannya. Walaupun menyangkut masa depannya sendiri. 

"Iya aku siap bun." Ucap Vina setelah melepas pelukan Ayudia. 

"Makasih nak, kamu udah nerima perjodohan ini." Ucap Ayudia terharu dengan jawaban Vina. 

"Yaudah sekarang kamu siap-siap gih, kita mau belanja baju buat nanti malam." 

"Nanti malam calon kamu datang, kerumah kita." Lanjut Ayudia lagi sambil tersenyum dan sedetik kemudian Ayudia sudah menghilang dari balik pintu kamar Vina.

🍁🍁🍁

Mereka sudah sampai di salah satu butik langganan Ayudia. Ayudia mulai memilih dress yang cocok untuk Vina. 

"Vin coba kamu pake yang ini." Ucap Vina sambil memberikan dress brokat modern berwarna abu-abu pada Vina. 

"Cantik sis, itu cocok di badannya Vina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cantik sis, itu cocok di badannya Vina." Ucap salah satu pelayan yang ada di butik itu. 

"Bun, ini aja deh aku suka modelnya ga terlalu ribet." Jawab Vina sambil melihat pantulan dirinya di cermin. 

Ayudia membayar dress yang dipilih Vina, padahal Vina tadi sudah mengeluarkan uangnya. Tapi, kata Ayudia ia saja yang membayarkannya. 

Mereka melanjutkan perjalanan, dari butik rencananya mereka akan menuju ke supermarket dekat rumah untuk membeli beberapa makanan yang menjadi hidangan nanti malam saat calon Vina akan berkunjung ke rumahnya. 

Ayudia dan Vina berkutat di dapur mulai dari menyusun belanjaan mereka tadi, dan sekarang Vina sibuk menyiapkan bumbu-bumbu dan bahan-bahan lainnya untuk membuat steak sebagai hidangan malam ini. 

"Bun, jam berapa tamunya datang?" tanya Vina sambil memotong halus bawang merah. 

"Sekitar jam 7, setelah sholat magrib." jawab Ayudia.

Ayudia dan Vina sekarang saling membelakangi. 

NEOPHYTE (Nicholas & Vina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang