Di rooftop yang berisi rumput-rumput yang tertata rapi, ada bagian seperti jalan setapak. Sinus diam di situ, mengamati Nattan yang tidak jauh dari dirinya berdiri. Sedang cowok itu, dalam kesalnya, dia memandang jauh ke arah gerbang sekolah yang sudah tertutup. Sambil kedua siku tangannya menekuk, menyandarkan di pembatas pinggiran gedung sembari tubuhnya agak condong ke depan karena pembatas yang lebih rendah dari bahunya.
“Gue nggak salah!” belum sempat Nattan memulai pembicaraan, Sinus sudah membela diri membuat cowok itu melirikkan matanya sekilas pada gadis yang kini berjalan mendekatinya. Sinus ikut memposisikan diri sama seperti Nattan.
“Mau lo apa sih sebenernya?” Tanya Nattan. Kini dia menatap Sinus, begitupun juga dengan lawan bicara.
“Emang gue kenapa? Gue nggak ngelakuin apa-apa ke elo. Tapi lo tiba-tiba buang tas gue!” pembelaan Sinus terus berlanjut. Dia sudah berhenti meminum susu Milo nya.
Nattan mengulum bibir. Sejenak kemudian, “Terus maksud lo apa tadi pagi ngusir gue jadi temen sebangku?” ujar Nattan yang membuat gadis di depannya diam. “Hah? Kenapa lo diem?” Nattan menagih jawaban. “Jangan-jangan lo naksir gue?”
Sinus membulatkan kedua matanya. “Dih! Nggak ada hubungannya bangkai kucing!!”
“Kalo gitu jawab kenapa lo ngusir gue?” Nattan mendesak. “Oh! Gue tau!” dia menjeda kalimatnya. “Lo pasti udah naksir gue diam-diam, jadinya lo nggak kuat sebangku sama gue dan liat gue terus-menerus ya kan?”
“HAH? Sialan! Mana ada ceritanya seorang Sinus naksir cowok kayak lo, Nattan!”
“Cowok kayak gue? Maksud lo?”
Manik mata Sinus melirik ke segala arah, bingung mencari jawaban. “Ya, gitu,” dan, itulah yang mampu dia ucapkan.
Nattan senyum mengejek, “Ternyata lo anaknya emang suka cari perhatian.”
“Eh! Jaga ya omongan lo!”
“Mau dijaga kayak apa? Dikasih satpam di dua ujung bibir?”
“Capek ngomong sama buah-buahan!”
“Anjir lo bilang gue apa? Buah-buahan? Bangkai kucing?” Nattan menatap Sinus serius, kemudian mendekatkan wajahnya pada gadis itu lekat-lekat. “Kayaknya lo musti ganti kacamata, minus lo nambah! Yakali cowok kayak gue dibilang bangkai kucing!”
“Emangnya lo apa? Anjing?” Sinus sama sekali tidak mau dikalahkan dalam percakapan itu. “Udahlah, mau lo apa manggil gue ke sini?”
“Lo harus minta maaf!”
“Minta maaf? Ke siapa?”
“Cowok paling ganteng di bumi!”
Sinus mengerutkan kening, curiga dengan siapa yang disebut Nattan dengan julukan itu. “Lo nggak bakal bilang kalo itu—”
Nattan mendekatkan wajahnya pada telinga Sinus. Dan ucapnya berbisik, “Na—ttann!” kemudian kembali tegak sambil tersenyum puas.
Sinus langsung memicingkan mata. “Kampret! Nggak akan!!” dia memalingkan muka.
“Yaudah kalo nggak mau, video lo nangis di futsal center kemarin gue share di grup kelas.” Tanpa persetujuan Sinus, Nattan merogoh ponsel di saku celananya.
“Bodo amat!” sekarang, Sinus memalingkan seluruh badannya tanpa menghadap Nattan sambil bersedekap.
“Okay.. grup kelas XI Bahasa 1..” gumam Nattan sambil men-scroll layar ponselnya.
“Nattan..” Sinus capek berdebat, dipanggilnya Nattan lirih.
Cowok itu mendongak, “Apa sayang?” ujarnya memasang wajah polos.
Sinus mendengus kesal. “Balikin hp lo ke saku celana!”
“Okay..” ditaruhnya kembali ponsel itu.
“Gue minta maaf!”
Nattan senyum, “Tapi video lo udah kekirim.”
Mimik wajah Sinus berubah seketika. Matanya membulat. Keningnya berkerut marah. Kedua alisnya hampir bertautan. Dia pukuli Nattan sejadinya dengan tangan sekuat yang dia bisa. Dan di balik pukulan-pukulan yang tak seberapa itu, Nattan tertawa keras. Sambil dengan tawanya yang nyaring, mata Nattan melihat Sinus menjadi begitu lucu ketika kesal.
“Lo kenapa sih usil banget jadi cowok??” Tanya Sinus setengah berteriak.
Nattan masih senyum, kedua tangannya memegang tangan Sinus supaya tidak memukulinya lebih lanjut. Sinus ingin memberontak, tapi ternyata tenaganya tidak sekuat itu.
Di sela dia menghindari pukulan, Nattan mengacak-acak rambut Sinus, “Soalnya lo lucu!” dan dia berlalu begitu saja, turun dari rooftop, meninggalkan Sinus yang mungkin sesampainya di kelas nanti tidak tahu harus seberapa besar menanggung malu.
Ah, Nattaaannnnnnnnn!!!!
*
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS : Sin (cos) Tan
Teen FictionPRANKKKK!!!!! Bola basket mendarat hebat mengenai kaca kelas yang sedang berlangsung pelajaran. "Sin!! Lo nggak papa?" Seluruh murid langsung cemas usai melihat bola tersebut menghantam kepala seorang gadis yang tengah menyesuaikan nada senar gitarn...