Bucket bunga daisy yang dirangkai oleh Alitha gadis berusia 20 tahun itu tampak sangat indah terpajang di etalase Toko Bunga Daisy, sesekali iya melihat keluar jendela dengan tersenyum melihat orang-orang yang sibuk berlalu lalang. Alitha masih menjalani kuliah di salah satu Universitas di kota tempat tinggalnya yaitu di Makassar, kesehariannya hanya membantu Ibunya mengelola Toko Bunga Daisy tersebut.
"Litha.. kenapa melamun?" Ketika Ibunya menghampiri Alitha yang duduk termenung.
"Hm.. tidak Bu, toko lagi sepi yah.."
"Iya, mungkin lagi belum rezeki Nak."
"Bu.. kenapa sih tidak usaha yang lain saja?".
"Hm.. karena toko ini punya sejarah." Ia berbicara sambil mengambil sebuah buku di laci penyimpanan barang.
"Sejarah? Itu buku apa Bu..?"
"Ini buku Daisy, kamu bisa baca ini kalau kamu mau."
"Oh boleh tuh Bu.. tapi boleh Alitha ke kamar?."
"Iya tidak apa, Ibu yang jaga sendiri Alitha istirahat saja dulu, sudah dari pagi juga kan bantu Ibu di toko pasti Alitha capek."
Alitha tersenyum dengan wajahnya yang lelah dan membawa buku itu bersamanya.
Alitha hanya melihat sampulnya yang tampak mengkilap namun isinya terlihat sangat tua, melihat tahun terbitnya sudah sangat lama, 15 tahun yang lalu. Menyandarkan punggung ke dinding kamarnya duduk melantai di atas karpet bulu yang empuk membuatnya mendapatkan posisi nyaman untuk membaca.
...
Daisy Angelina, seorang gadis yang dibesarkan oleh Bibinya karena orang tua kandungnya telah meninggal akibat kecelakaan mobil ketika ia masih berusia 5 tahun, hanya dia yang dapat tertolong waktu itu dan Bibinya kemudian mengasuh Daisy sebagai amanah terakhir dari kakaknya yaitu ibu dari daisy. Daisy memeluk agama Islam ketika ia berusia 7 tahun, karena Bibinya seorang muslim. Sekarang ia telah bekerja di salah satu perusahaan besar di Kota tempat tinggalnya, Daisy memiliki kekasih bernama Andreas Julio dia bukan seorang muslim dia seorang pemeluk agama Kristen, mereka telah menjalani hubungan sejak di bangku perkuliahan, Andreas berjanji akan menikahi Daisy namun Bibinya yang telah menjadi seperti Ibu kandungnya sendiri sangat menentang hubungan tersebut dan hanya menyetujui bila Andreas ingin menyebutkan dua kalimat syahadat. Daisy sudah membicarakan hal itu kepada Andreas, tapi orang tuanya tidak merestui bila jalannya seperti itu, lalu Andreas membujuk Daisy agar ia saja yang berpindah agama tidak kata lain adalah Murtad. Ketika Daisy menyampaikan hal tersebut kepada Bibi, tentu saja Bibi marah besar dan memintanya agar segera meninggalkan Andreas. Namun yang Daisy lakukan hanya membantah kemudian pergi ke kedai milik temannya.
"Des.. kamu mau ke mana, Bibi belum selesai bicara Daisy Angelina..". Bibi meneriakkinya namun ia tetap meneruskan perjalanan.
"Bu.. sabar Bu, Daisy memang keras kita harus pelan-pelan mengajarinya". Ungkap Paman menenangkan Bibi.
"Tidak bisa begini terus Pak, dia sudah dewasa akan bahaya jika kita biarkan saja, aku hanya tidak ingin mengecewakan Renita Pak." Ucapnya dengan suara yang parau dan air mata yang mengalir di pipinya.
Suara tangis yang semakin memenuhi ruangan kecil itu, dan Paman yang hanya bisa memeluk Sang Istri untuk menenangkan. Sedangkan di luar sana Daisy tenggelam di pelukan Andreas.
"Aku kesal, kenapa kita tidak direstui." Ucap Daisy sambil mengelap air mata yang tersisa di kelopaknya.
"Kamu tenang dulu dong, pasti ada jalan keluarnya kok." dengan berusaha menenangkan Daisy.
"Iya tapi sampai kapan, aku tidak mau pisah sama kamu."
"Mending kamu pulang saja dulu, nanti kita ketemu lagi kamu perlu istirahat.."
"Tapi aku masih mau di sini Ndre."
"Aku mau ketemu client dulu soalnya Des, ini penting loh.."
"hmm..iya deh kalau begitu aku pulang."
"Nah begitu dong, jangan menangis lagi ya.."
Daisy pun pulang dengan mengendarai mobil miliknya, saat perjalanan pulang Daisy tiba-tiba mengalami sakit perut yang hebat sehingga tidak konsentrasi dalam mengemudi, mobilnya melaju seperti tak bisa membedakan arah kanan dan kiri, kemudian "Brukk". Dia mengalami kecelakaan dan menabrak seorang gadis yang ingin menyeberangi jalan. Daisy tidak sadarkan diri karena benturan di kepala yang cukup keras, hingga orang-orang pun berkerumun melihat yang terjadi lalu mereka pun dibawa ke rumah sakit terdekat.
...
Terdengar suara-suara yang bising, tangisan serta rekaman jejak masa lalu, melihat senyuman seorang ibu yang hilang bersama cahaya yang menyilaukan membuat Daisy siuman.
"Nak, kamu sudah sadar Alhamdulillah" Ucap Bibi yang begitu cemas.
Daisy hanya menoleh perlahan namun penghilatan yang masih samar-samar
"Mba, bagaimana keadaannya?." Suara asing yang melantun di telinga Daisy, ingin menoleh namun masih belum berdaya.
"Nak, ini gadis yang kamu tabrak tadi, dia ke sini mau lihat keadaan kamu beruntung dia ini anak yang baik, Bibi sudah biayai pengobatannya hanya luka ringan saja." Penjelasan Bibi tentu membuat Daisy meneteskan air mata.
"A a ku minn ta maaf." Ucap Daisy dengan terbata-bata dan terdengar lemas.
"Iya, tidak apa-apa mba, mba istirahat yah.. semoga lekas membaik." Jawab gadis itu.
"Nak, terima kasih sudah memaafkan anak Ibu, kalau kamu butuh apa-apa untuk pengobatanmu hubungin Ibu saja yah.."
"Ah, tidak Tante ini sudah lebih dari cukup, saya yang berterima kasih karena sudah membiayai pengobatan saya."
"Kalau begitu saya pulang dulu yah Tante, salam dengan anak Tante." Sambung gadis itu.
"Masyaa Allah, kamu baik sekali Nak, iya nanti aku sampaikan kalau dia sudah baikan kamu juga beristirahat dan hati-hati Nak."
"Iya Tante. Assalaamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalaam"
Daisy hanya menutup mata dan mendengarkan semua percakapan tersebut. Ia merasakan sentuhan tangan Bibinya yang menggenggam tangannya, begitu sebuah rasa hangat yang ia tidak pernah rasakan dari genggaman Andreas.
**Terima Kasih telah membaca bagian ini**
**Silahkan memberi bintang sebagai support untuk Author :)**
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
General FictionSebuah Novel Fiksi tentang perjalanan Daisy dalam menjalani kehidupannya bersama orang yang telah ditetapkan bersamanya, membuatnya terjebak dengan konflik yang harus ia hadapi, serta keikhlasan, kesabaran yang menjadi pelajaran untuknya. Selamat...