Daisy masih saja terbaring lemas dan bibinya yang terlihat merapikan selimutnya, menunggu Daisy terbangun agar dapat sarapan pagi, semangkuk bubur, telur rebus dan sayur sup olahan rumah sakit akan Daisy nikmati pagi ini. Daisy membuka matanya perlahan melihat bibinya dan langit-langit kamar ruangan hampa, yang ia nantikan kekasihnya belum juga datang menjenguknya.
"Nak Daisy sudah bangun, kita sarapan dulu yah.." ucap bibinya
Daisy hanya terdiam mengangguk pelan, suap demi suap Daisy mencoba menelan makanan yang begitu hambar rasanya sambil memikirkan keberadaan Andreas, entah di saat ia membutuhkannya mengapa ia tak ada. Daisy hanya berharap Andreas datang di saat-saat seperti ini.
"Daisy, Bibi mau keluar sebentar ya.."
Lagi-lagi Daisy hanya mengangguk, dan Daisy pun sendiri di ruangan sambil menatap langit-langit kamar, kesunyian, tiba-tiba pintu terketuk.
"Iya masuk" dengan lemas Daisy mencoba bersuara keras.
Seorang lelaki berkulit putih, tinggi, berparas tampan namun bergaya sederhana berdiri di depan pintu kamar Daisy, mereka saling menatap sejenak, kemudian lelaki itu menanyakan Bibi.
"Ibu Arnita ada?" tanya lelaki tersebut, sambil berjalan memasuki ruangan tersebut.
"Bibi sedang keluar sebentar" dengan nada yang agak parau Daisy menjawabnya
"Oh iya, kalau begitu aku tunggu saja" Lelaki itu kemudian mendekati Daisy, dengan perasaan sedikit takut Daisy hanya bisa menatap wajah lelaki itu.
"Assalaamu'alaikum" Bibi akhirnya datang, membawa beberapa camilan dan makanan untuk ia makan.
"Wa'alaikumussalaam" Jawab mereka.
"Oh, nak Tio sudah datang, maaf ya nak jadi harus menunggu bibi."
"Daisy ini perkenalkan ini Tio, anaknya Ibu Intan tetangga kita." jelas Bibi,
Daisy hanya tersenyum tipis, karena Daisy jarang bersosialisasi di lingkungannya, dan pikiran Daisy yang masih memikirkan Andreas. Tak lama kemudian Dokter pun datang untuk memeriksa kondisi Daisy.
3 hari berlalu dan Daisy sudah bisa pulang ke rumah, Daisy pulang bersama bibinya dan Tio turut mengantar mereka pulang. Di perjalanan Daisy hanya masih penasaran ke mana Andreas, mengapa ia tak datang menjenguknya padahal Daisy sudah memberi tahu jika ia kecelakaan.
"Nak Tio, terima kasih sudah mengantar Daisy dan bibi ya.." akhirnya mereka sampai di rumah, dan Tio pun berpamitan
"Iya bu tidak apa-apa, oh iya Daisy lekas sembuh ya.." ucap Tio
"Iya makasih ya.." jawab Daisy.
Daisy pun masuk dan segera ke kamarnya, Daisy terus menerus memikirkan Andreas hingga akhirnya dia menelpon Andreas tetapi nomornya tidak aktif. Sambil mengganti pakaian Daisy mencoba mengirimkan pesan kepada Andreas dan Daisy berharap Andreas membacanya. Memandangi langit kamarnya seolah terlihat bintang-bintang yang ingin dia gapai tetapi terlalu tinggi dan perlahan khayalan itu menghilang hingga Daisy pun tertidur.
Dalam tidurnya Daisy bermimpi bertemu ibunya, mereka kembali ke masa kecil Daisy yang bermain yang hanya menangis jika terjatuh karena berlari, bukan menangis sebab terjatuh karena cinta, selepas bermain ibu Daisy pergi bersama Ayahnya kemudian Daisy tertinggal dan mereka hanya tersenyum lalu pergi. Mimpi tersebut membangunkan Daisy, ia kemudian duduk bersandar di dinding kamarnya menghela napas dan berpikir ingin ke makam orang tuanya. Daisy pun menghampiri Bibi Arnita meminta agar menemani Daisy ke makam.
"Bi..Bibi..." Daisy memanggil Bibinya
"Iya Daisy, Bibi di dapur"
Daisy pun menghampiri Bibi. "Bi.. aku mau ke makam orang tuaku" ucap Daisy
Bibi sejenak terdiam mendengarkan permintaan Daisy, yang selama ini sebagai anak yang bisa dikatakan cuek terhadap masa kecil apa lagi menyangkut hal tentang orang tuanya, Daisy selalu bertingkah menghindari pembahasan tersebut.
"Kenapa tiba-tiba nak Daisy ingin ke makam?" tanya Bibi
"Soalnya Daisy mimpi ibu dan ayah Bi.. Daisy jadi rindu" dengan kedua mata yang berkaca-kaca seolah ingin menumpahkan kesedihan dan kerinduannya, Bibi pun memeluk Daisy dan akhirnya Daisy menangis di pelukan Bibi Arnita.
Sore hari, Daisy dan bibi pun berangkat menuju makam yang tak jauh dari rumah Daisy, di perjalanan Daisy masih memikirkan di mana Andreas, tiba-tiba kehilangan kabarnya, namun, saat di perjalanan depan restaurant langganan Daisy dan Andreas, Daisy melihat Andreas berdiri bersama seorang wanita yang ia tidak kenal, Daisy pun menelpon Andreas, lagi dan lagi nomor Andreas sedang tidak aktif. Pikiran Daisy sangat bercampur aduk tetapi ia berusaha menenangkan diri dan berpikir positif, bila yang dilihatnya itu hanya client Andreas atau teman sekantornya. Sesampai di makam Daisy tak hentinya mengurai air mata dan sambil memanjatkan doa, bibi turut prihatin kepada Daisy yang mesti kehilangan kedua orang tuanya, maka dari itu bibi sangat memegang amanah dari Renita ibu Daisy, agar Daisy selalu bahagia dan terjaga. Setelah Daisy menumpahkan segala kerinduan terhadap orang tuanya, Daisy dan bibi pun pulang ke rumah.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
Ficción GeneralSebuah Novel Fiksi tentang perjalanan Daisy dalam menjalani kehidupannya bersama orang yang telah ditetapkan bersamanya, membuatnya terjebak dengan konflik yang harus ia hadapi, serta keikhlasan, kesabaran yang menjadi pelajaran untuknya. Selamat...