08|pergi

9 3 1
                                    

"Hanya diam saja dan menuruti semua itu terasa begitu menyedihkan."

......

    Semua urusan sudah di selesaikan, termasuk mengurus surat perpindahan Ana. Segala urusan lainnya sudah di urus oleh Nando, Ana hanya tinggal membereskan barang-barang yang ada di kamarnya saja. Menurut Ana, sepertinya Nando ayahnya ini memang sudah menyiapkan perpindahan dirinya sejak lama, dari awal Ana sudah mengetahui jika Nando memang sengaja menyudutkan Ana agar mau mengikuti apa yang ada di pikiran Nando.

Entahlah rencana gila apa lagi yang ada di pikiran Nando.

Ana menatap kamarnya yang kosong, semua barang-barang yang ada di kamarnya sudah dibawa oleh mobil pick-up dan sudah di pindahkan tadi siang. Sekarang Ana hanya membawa pakaian yang sekiranya diperlukan disana—rumah barunya. Dengan pakaian casual dan koper mini Ana terlihat sangat manis, saat ini Ana terbilang  sudah cukup siap untuk pergi ke Bandara.

"Ana, segera ke Bandara." Ucap Nando yang sedari tadi pagi hanya duduk di sofa sambil sibuk dengan Laptopnya.

"Ayah sama yang lain gak mau nganter Ana?." Pertanyaan konyol, mana mungkin keluarganya yang sibuk ini mampu untuk meluangkan waktu mereka demi mengantar Ana.

Nando menghela napas kasar, mengalihkan pandangan dari Laptopnya dan menatap Ana dengan malas.

"Ana, kamu juga bisa lihat kan kalau Ayah sibuk. Bunda kamu juga lagi gak ada di Indonesia, Kakakmu Anin juga gak boleh kamu ganggu dan Ayah gak izinkan kamu untuk ganggu kegiatan Anin dan untuk Elang, ya kamu tahu dimana  dia sekarang."

Ana hanya menganggukkan kepalanya dua kali.

Ana menggeret Koper mininya dan berjalan menuju pintu keluar, Ana dapat melihat supir pribadi Ayahnya yang sudah menunggu di depan pintu. Tanpa pikir panjang Ana segera pamit dan mengucap salam, Nando hanya mengangguk singkat.

"Neng Ana mau duduk depan atau belakang?." Tanya Pak Anton—Supir pribadi Nando

Sebenarnya tak perlu di tanya lagi, Ana dari dulu sudah terbiasa duduk di depan, persis di sebelah supir. Pak Anton juga sudah bekerja di rumahnya dari Ana masih menginjak umur 4 tahun dan terbiasa mengantar-jemput Ana saat TK.

"Seperti tahun-tahun lalu Pak, Ana sukanya di depan. Ana duluan masuk ya pak." Ucap Ana sambil berjalan menuju mobil terlebih dahulu, dan Pak Anton hanya dapat menganggukkan kepalanya.

Ana yang sudah berada di mobil menunggu Pak Anton yang sedang memasukkan koper milik Ana di bagasi belakang. Ana menunggu sambil memainkan Handphonenya, menghapus semua akun yang berhubungan dengan dirinya, seperti Instagram, Twitter, Line, WA, dan bahkan Facebook yang sudah di milikinya dari dulu.

Pak Anton masuk ke dalam mobil dengan wajah hangatnya, masih sama seperti dulu. Walau sekarang kulit wajahnya sudah terlihat berkeriput karna termakan usia. Bagi Ana, Pak Anton sudah seperti  Ayahnya sendiri, karna dari kecil Ana memang sering menghabiskan waktu dengan Pak Anton setiap harinya.

"Neng Ana kalau ngantuk boleh tidur, masih lama soalnya untuk sampai Bandara. Nanti kalau sudah sampai bapak bangunin." Ucap Pak Anton sambil melajukan mobil keluar gerbang.

Ana hanya mengangguk singkat dan menutup rapat matanya.

"Jangan lupa baca do'a ya Neng nanti pas di pesawat." Ucap Pak Anton yang sekarang masih setia fokus menatap jalan raya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sunshine'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang