18.

567 30 4
                                    

Dalam keadaan motor yang belum berhenti benar, Alana turun dari boncengan dengan melompat begitu saja. Beruntung, ia bisa mendarat dengan sempurna atau ingin tulangnya patah. Fathur melepas helm yang menutupi wajah menganga tidak percayanya. Gadis ini memang sulit ditebak, nekat!

Belum sempat Fathur membuka mulut untuk memarahi gadis sinting ini, ia sudah ditinggal menghampiri gerombolan remaja yang memenuhi jalanan. Sekali sentakan ia menarik Alana ke hadapannya, alisnya terangkat memberi tanya.

"Mau kemana? Pulang!" Fathur melirik sekilas pada anak seusia mereka, pindai matanya jelas menunjuk ketidaksukaan. Alana mengerlingkan mata dengan tangan yang berusaha lepas dari cekalan. Apa-apaan dia?

"Lo tau kan gue suk-"

"Balapan liar." Fathur mempererat tangannya membuat Alana sedikit meringis, ia pun sadar dengan apa yang dilakukan dan bergerak kaku melepaskan, "ayo pulang."

"Gak! Gue udah janji sama temen, malulah kalo gue batalin." Alana melotot hingga matanya seolah ingin keluar.

"Temen lo gak baik!" tegas Fathur membuat Alana tertawa kecil.

"Disana juga ada temen lo kali, perlu gue bilang hal yang sama?"

"Tapi lo cewek Alana! Mikir gak sih gimana orang tua lo pas mereka tau lo begini? Mereka mau berubah sedangkan lo tetap sama. Seenggaknya instrospeksi sebelum menasehati. Lo bilang sama mereka buat mikirin lo tapi lo gak mikirin mereka, sekarang terserah lo." Fathur melepas tangan Alana bebas di udara. Sepasang sepatu Converse yang ia kenakan menjadi pelarian, untuk menatap Fathur terlalu menyeramkan sekarang, atau tak ingin dipojokkan lagi sebagai si egois. Fathur ada benarnya.

Perlahan Alana mengangkat kepala, mendongak mencari tatapan yang penuh kesembunyian. Tapi sayangnya, ia terlanjur terjebak untuk keluar dari zona nyaman. Ia mengerjap untuk mengembalikan kesadaran.

Hey kenapa matanya menghipnotis!  dan jaket hitam itu, kenapa ia terlihat tampan bingit! Damn Alana lu mikir apaan?! Tapi dia benar-benar mirip, ya! Dia mirip calon imam masa depan gue hua.

Fathur mengibaskan tangan di depan wajah Alana karena sedari tadi dia terlihat datar dan melamun. Sampai Alana menggelengkan kepala untuk mengusir hal-hal aneh yang seenaknya mundur-mandir di pikirannya.

"Lo kenapa sih?"

"Eh gak, enggggak kok gak ada apa-apa," ucap Alana cengengesan sambil melambaikan tangan, "ya udah ayo pulang."

Alana terlihat santai dan menggandeng Fathur ke motor mereka, berbeda dengan darahnya yang berdesir ketika itu. Ia melempar helm yang Fathur tangkap dengan baik, tapi disritmia jantungnya ini tidak sehat. Mereka sudah bersiap pergi sebelum sebuah panggilan tertangkap pendengaran Alana.

"Lan, kok lo gak kesana sih? Udah dicariin anak-anak, mau mulai nih." tunjuk Galang.

"Sorry ya gue gak bisa, gue mau pulang aja." Alana merasa tidak enak karena sudah mengiyakan Galang tadi, harusnya ia memberitahu Fathur dulu tujuannya, atau malah tidak usah mengajaknya. Tapi kalau begitu, hari ini tidak akan ada perubahan untuk Alana.

"Loh, lo gak jadi? Kok gak bilang gue?"

"Gue lupa, sorry ya bilangin sama yang nantang gue, gue udah gak ikut ginian lagi," ucap Alana menyatukan tangan untuk berucap maaf. Fathur tersenyum tipis mendengarnya.

"Parah-parah, lo kesambet apaan? Pasti gara-gara si Fathur nih, ck." Suara decakan lolos dari mulut Galang, tangannya sudah mendarat di bahu Fathur.

"Udah ah, gue mau pulang," ucap Alana menyentuh pundak Fathur, memberi isyarat untuk menjalankan kuda besinya.

"Eh tunggu!" seru Galang, "taruhannya Lamborghini, lo yakin pulang gitu aja?"

My Crazy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang