Chapter 3

666 3 0
                                    

Aku menjalankan mobilku keluar dari pekarangan rumah kami, tak lupa ku menbunyikan klakson kepada istriku tanda aku akan pergi.

Aku sangat menyayangi Eva, kenapa? Karena dia sangat mirip dengan mendiang istriku Ellena.

Titt Titt Titt

Ponselku berdering, aku mengangkatnya dan kulihat nama yang tertera masih nama yang sama.

"Hallo?" sapaku pada seseorang diujung telpon sana.

"Halo? Pak Adi?"

"Iya? Pak ada apa?" tanyaku sambil terus menatap lurus kedepan.

"Bapak sudah dimana?"

"Saya masih dijalan pak!" jawabku padanya.

"Oh kalau begitu cepat ya pak!"

"Siap!"

"Selamat siang!"

"Siang!" ucapku lalu kumatikan telpon sepihak.

Aku memasukan ponselku kedalam saku celanaku lagi, ku mulai melanjutkan apa yang kupikirkan tadi.

Yah Ellena!

Ellena Joan, Seorang dokter spesialis paru paru yang kunikahi tiga tahun lalu, awalnya hidup kami bahagia saja setelah menjalani 6 bulan pernikahan, walaupun tidak dikarunia anak, aku tetapbahagia bersamanya.

Pagi itu adalah pagi yang kami anggap menyenangkan, namun tanpa disangka itulah hari terahkir kebersamaan kami.

Rencana liburan kini hancur pasalnya kecelakaan tunggal itu menbuatku dan Eva harus berpisah jauh dan semua terasa bahwa ini hanya mimpi, di sela kehangatan kebersamaan kami tiba tiba saja ada seseorang yang menembak ban mobil kami sehingga mobil yang kami naiki terguling ke jurang.

Sungguh tragis memang tapi aku mencoba ikhlas dengan semuanya.

Kini mobilku memasuki halaman kantorku yang terbilang cukup besar dikota ini, kuparkirkan mobilku kemudian turun dan memasuki kantor dan sudah disambut dengan senyum hangat orang yang ada disitu.

"Selamat pagi, Pak Adi!" sapa seorang karyawan padaku.

Aku hanya menbalas dengan senyum simpul tanpa arti.

Aku memang terkenal dengan keramahanku dan keteladananku tapi itu sebelum Ellena meninggalkanku.

Aku menjadi orang yang sangat dingin walaupun masih menjadi anggpta yang tetap teladan.

"Pak Adi?" Pak Samuel mengagetkanku.

"Eh ... Pak Sam, katanya ada yang mau dibicarakan?" ucapku berbasa basi.

"Ikut ke ruangan saya pak!" ucapnya lalu pergi ke ruangannya.

Aku mengikutinya lalu masuk keruang kerja Pak Samuel, yang dimana disana sudah menunggu 4 orang temanku yang sangat tidak asing bagiku.

"Silahkan duduk, Pak!" tawar Pak Samuel padaku.

Aku hanya mengangguk lalu duduk dikursi depan Pak Samuel.

"Jadi begini Pak Adi, menurut kabar dari kepolisian pagi ini markas anggota mafia dan penyelundupan obat obatan terlarang sudah ditemukan, jadi saya harap Pak Adi ingin mendampingin ke empat anggota ini untuk menyergap mereka."

"Hmm ... Baiklah Pak! Saya siap!" ucapku tegas.

"Baiklah Pak! Saya akan kirim alamatnya kr ponsel Bapak, kalau begitu kendaraan untuk misi ini akan sudah saya siapkan jadi silahkan untuk menjalankan misi!"

Aku bersama ke empat anggota ini bernagkat ke tempat yang dimaksud itu, aku sempat mengatur rencana agar misi ini berjalan lancar.

Sekitar setengah jam kami berada di perjalanan sampai akhirnya kita sampai ditempat yang dimaksud.

Kawasan yang sepi dan seperti tidak ada kegiatan apapun cuma kawasan perumahan terbengakalai

Tapi tunggu! Dinding besar ini sepertinya menutupi sebuah rumah.

"Edo! Coba kamu cek kedalam tembok ini."  perintahku pada salah satu Anggota.

"Siap pak!" ucapnya lalu memanjat keatas tembok itu.

Cukup lama ia diatas lalu terdengar bunyi tembakan.

Brukkk.

Edo terjatuh dari atas dengan keadaan penuh darah akibat terkena tembakan tadi.

"Riz dan Amri cepat bawah Edo ke mobil!!" perintahku yang melihat Edo terluka parah.

"Dan kau Danny, ayo ikuti saya!" ucapku lalu berjalan mengendap endap menuju rumah itu.

Aku dan Danny memasuki rumah itu lewat pintu belakang dengan keadaan pistol kami yang diacungkan agar bisa berjaga jaga.

Cukup mudah kami masuk karena memang mereka semua menuju dan mencari kami ditempat dimana Edo ditembak, pasti mereka sudah pusing mencari keberadaan kami.

Aku melihat para anak buah bersenjata sedang berjaga di pintu utama

Kutembakan peluru ke arah mereka semua hingga mereka terjatuh satu persatu.

Brukk.

Aku melihat Danny jatuh disampingku akibat ada seseorang yang menembaknya.

Aku berlari tanpa arah mencari tempat persembunyian, kulihat orang yang menembak Danny tadi mencariku setelah kulihat dia lengah dan akhirnya aku melepaskan tembakan tepat dikepalanya.

Setelah kupikir semua penjaga sudah dilumpuhkan aku menelpon Amri dan Riz kemari dan untungnya mereka cepat sampai.

Kulihat polisi mulai berdatangan aku pun keluar dari tempat persembunyianku, dari dalam sana di seretnya bos dari semua kejahatan ini.

Aku pun diajak oleh tim medis diperuliksa dan aku sempat menolak karena memang aku tidak apa apa namun mereka tetap kekeh ingin memeriksaku.

"Selamat siang, Pak!" ucap Pak Samuel mendatangiku.

"Siang!" balasku.

"Selamat pak kasus ini telah berhasil menyelesaikan misi ini."

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan pak Samuel.

"Tapi pak! Sayangnya kita akan kehilangan dua anggota kita, Edo dan Danny sudah dinyatakan meninggal!"

"Innalilahi wa innailahi rajiun" ucapku setelah mendengar kata kata pak Samuel .

Aku sangat menyesal tidak bisa menjaga Anggotaku dalam menjalankan misi sampai terdengar ponselku berbunyi.

"Maaf dengan suaminya Bu Eva?"

"Iya saya sendiri!"

"Maaf pak, Bu Eva sudah ditemukan meninggal dunia dikediaman bapak!"

"Apa!"

Happy Reading!

Detektif HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang