'Aku berusaha untuk tetap mencintaimu dalam keadaan apapun.'
- Elvaretta
•
•
•
•
•Flashback On
"Haruskah kita menjodohkan Elvy dengannya? Lelaki-" Dengan cepat wanita itu menggeleng meralatnya. "Pria yang sama sekali Elvy belum kenal? Bahkan namanya saja ia tak tau. Kamu gak lagi bercanda kan?"
Helaan napas panjang pun terdengar seperti sudah menyerah?
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Membantah orang yang keras kepala pun percuma. Ini perintah atasanku."
"Elvy pasti membenci kita setelah tau dia akan dijodohkan. Aku akan menyetujui apapun alasannya nanti. Aku tidak bisa memaksanya. Dia berhak untuk memilih."
"Apapun pilihannya, aku akan tetap mendukungnya. Meski harus dipecat oleh atasanku."
Elvaretta yang sedari tadi menguping dan mengintip celah pintu kamar kedua orang tuanya hanya bisa menatap lantai dengan pandangan kosong. Tak lama kemudian, setetes air mata berhasil turun.
Apakah dirinya boleh mengatakan bahwa ia tidak mau, tidak menyetujui perjodohan itu? Tidak! Dia tidak boleh egois!
Jika ayahnya dipecat, dimana lagi ayahnya bisa mencari uang untuk bertahan hidup, memenuhi kebutuhan primernya? Meski Elvaretta diam-diam bekerja di salah satu supermarket dengan alasan mengunjungi sahabatnya ataupun bermain bersama sahabat-sahabatnya, itu juga tidak cukup. Biaya hidup sangat mahal.
Gajiannya mungkin hanya mencukupi kebutuhan pangannya saja. Uang untuk membeli bensin? Membeli keperluan lain? Apakah itu akan cukup? Belum lagi membayar sekolah Elvaro, adik laki-lakinya yang masih kelas 12.
Terkadang Elvaretta masuk ke dalam kamar Elvaro hanya sekedar ingin bercerita dan memberitahu hal itu. Gadis itu juga menyuruh Elvaro agar tidak meminta sesuatu ke ayah ataupun bundanya. Bahkah ia juga mengatakan, "Pura-pura lupa dengan biaya sekolahmu dan jawab sudah ayah bayar, ketika ayah memberimu uang sekolah. Karena aku yang akan membayarnya. Jika perlu sesuatu, jangan sungkan meminta kepadaku."
Elvaretta berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai. Ia yang awalnya berniat ke dapur untuk membuat teh hangat, malah mendengar yang seharusnya tak ia dengar. Mungkin Tuhan sengaja melakukan ini agar ia bisa memikirkan jawaban yang cocok nanti.
Elvaretta adalah seorang gadis yang tangguh. Gadis yang sekarang menginjak umur 23 tahun. Pikirannya yang dewasa membuat dirinya mempunyai tekad untuk mencoba mencari pekerjaan sendiri di umurnya yang ke 17. Bahkan hingga saat ini, bertahun-tahun lamanya, ayah dan ibunya tidak pernah mengetahui hal itu.
"Ya, Tuhan, aku tidak ingin egois. Jika ini adalah yang terbaik buat aku, aku akan menerimanya, apapun resikonya."
Setelah mengucapkan itu, Elvaretta tertidur menyelami mimpinya.
~~~
Suara sendok dan garpu yang berdentingan piring, memenuhi ruang makan. Saat ini jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dan yap! Ini waktunya sarapan.
"Elvy" panggil sang ayah.
Inilah waktunya, batinnya.
"Iya, yah?"
"Bersiap-siaplah nanti sebelum waktu makan malam tiba."
Aslinya, ia ingin pasrah sambil berkata "Baiklah", tapi bisa-bisa ia dicurigai telah menguping pembicaraan mereka kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [One Shoot]
Short StoryKumpulan cerita one shoot Genre : Short Story, Romance, Teen Fiction Jangan lupa follow, vote, dan komen! . . . Ok, terima kasih :) Instagram @icyvanila