▫ ᴍᴇ ᴀғᴛᴇʀ ʏᴏᴜ ▫
“Aku pulang,” ucap Yuna sayup-sayup.
Yuna menahan napasnya. Ia sungguh amat takut jika ibunya murka akibat dirinya yang pulang terlambat malam ini. Ia melangkah dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang gaduh.
Dan betapa cemasnya Yuna ketika melihat ibunya berdiri di belakang pintu sembari memegang sabuk kulit milik ayahnya. Sudah tertebak apa yang akan dilakukan ibunya pada Yuna. Ia akan menghukum Yuna dengan cara mencambuk perempuan itu.
“Pulang sama siapa kamu?” tatapan ibu Yuna begitu dingin, tanda jika ia tengah diselimuti amarah.
Yuna menundukkan pandangan, ketakutan menatap ibunya yang sudah naik pitam. Tuhan, tolong selamatkan Yuna malam ini.
“S—sama Jisung bu...” jawab Yuna lirih.
CTAK!
Cambukan kencang mendarat di punggung Yuna, menyebabkan perempuan itu jatuh terjerembab menyentuh lantai.
“Kamu itu maunya apa?! Udahlah pulang telat, diantar cowok lain, mau belajar jadi anak pembangkang kamu?!” bentak ibunya tepat di depan wajah Yuna.
CTAK! CTAK! CTAK!
“Kenapa kamu nggak pulang sama Hueningkai? Pasti kamu kan yang nggak mau sama dia? Kamu itu nurut aja bisa nggak sih? Dia tuh cowok baik-baik, rela ngelakuin apa aja buat ngelindungin kamu. Kamu bakalan nyesel kalau menyia-nyiakan dia!” ujar ibunya sambil melayangkan cambukan.
Tubuh Yuna benar-benar merasa amat sakit akibat menerima cambukan beberapa kali tanpa henti dari ibunya. Namun ia sama sekali tak merasa menyesal karena sudah mengiyakan ajakan Jisung dan menyuruh Hueningkai untuk pulang sendirian.
Yuna rela dicambuk berkali-kali demi bisa bersama Jisung lagi. Menikmati semangkuk ramyeon di malam hari sambil bercanda riang. Sebuah kebahagiaan sederhana yang tak pernah ia dapatkan saat bersama Hueningkai.
CTAK!
“Coba kalau diantar Hueningkai, pasti pulangmu tidak akan seterlambat ini.” ibu Yuna masih melanjutkan omelannya.
Yuna tak bergeming. Ia terdiam menahan rasa perih dan nyeri yang menjalari punggungnya.
Lalu ibunya menendang perut Yuna. “Buruan berdiri! Siap-siap tidur sana,”
Yuna mengangguk patuh, segera bangkit dari posisinya meskipun sekujur tubuhnya sudah sempoyongan dan merasakan sakit yang teramat sangat. Ia lalu berjalan menuju kamarnya dan menghubungi Hueningkai.
Ya, biasanya jika Yuna disiksa ibunya, maka dia akan menyuruh Hueningkai untuk mengobati lukanya serta membelikannya makanan. Yuna akui jika Hueningkai adalah lelaki yang dapat diandalkan sebagai bodyguard, bukan sebagai kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You
Short Story"Perihal menyembunyikan rasa sakit hati, siapa yang paling lihai disini?" - Yuna Hari itu, kala malam di musim dingin yang menyelimuti bumi dengan kebekuan, semuanya berakhir. Yuna berhenti untuk menjadi pusat semesta bagi Hueningkai. Yuna memilih u...