Happy reading...
Usai makan malam dengan keluarga. Herza dan Giya kembali kekamar milik Herza. Dari kamarnya, Herza adalah orang yang bersih, rapi dan wangi.
"Aku baru tau kamar laki-laki seperti ini!" Ujar Giya membuat Herza menengok kearahya. "Dan pertama kalinya ada seorang hantu wanita masuk kedalam kamar laki-laki!" Balas Herza.
"Kalian selalu tidur secara terpisah seperti ini yah?" Lagi-lagi Giya mulai bertanya dan Herza hanya mengangguk.
"Aku kira rumahmu sederhana, taunya mewah juga" ujarnya tak mau berhenti.
"Kau!! Kapan kau berkeliling rumahku?" Tanya Herza sedikit geram. "Kau ini selalu emosi dan dingin, jelas-jelas pas kamu berbincang lama dengan keluargamu tadi!" Jawab Giya sedikit sedih. "Baiklah!... maaf" ujar Herza sedikit menurunkan volume suaranya dikata 'maaf' dan langsung membuang muka.
'Dasar menyebalkann' batin Giya sambil tersenyum simpul.Jam sudah menunjuk pukul 10 malam, Herza masih saja bermain game tembak-tembakan dengan serius.
"Zaa!!.. aku ngantuk!" Ucap Giya disampingnya, yang sedang memeluk bantal sambil terduduk. "Tidur saja disofa dekat jendela!" Jawabnya masih fokus ke layar TV. "Kau besok sekolah! Apa tidak kesiangan tidur jam segini!" Herza menoleh kepadanya. "Urus saja urusanmu!" Ketus Herza, Giya pun pergi menuju sofa dan langsung terlelap.
Setelah setengah jam, Herza berjalan kearah sofa dan mengambil selimut, "Maaf sudah kasar hari ini" ujarnya mengelimuti tubuh mungil Giya.🥀..
Jam sudah menunjuk pukul 6 pagi. Herza dengan sibuknya mondar-mandir, membuat Giya terbangun. "Kau mencari apa?" Tanya Giya membuat Herza berhenti lalu kembali sibuk mencari. "Baiklah!" Giya kembali terbaring dan mencoba memejamkan mata.
"Kauu.. lihat dimana handphoneku?" Tanya Herza membuat Giya tersenyum. "Kau lupa? Kemaren kau tinggal diloker sekolah" jawab Giya santai sambil tertawa pelan. "Yaaa.. aku baru ingat!" Ucap Herza sedikit malu.
Setelah sarapan pagi bersama, Herza pun kembali ke dalam kamar untuk mengambil tasnya yang tertinggal. Giya sibuk membenarkan bando bunganya. "Aku akan berangkat!" Pamit Herza membuat Giya bersemangat. "Aku akan pergi bersamamu" ucap Giya. Herza hanya tersenyum simpul dan berjalan lebih dahulu."Mah.. pah.. aku berangkat!" Pamit Herza kepada kedua orang tuanya, yang sibuk menyuci piring bersama. "Sebentar nak!" Gempi bergegas membersihkan tangannya dari sabun,
"Bekalmu lupa dibawa Nanti..." ujar Gempi terpotong. "Tidak usah mah, aku akan makan dikantin sekolah" potong Herza membuat kedua orang tuanya bingung. "Zaaa!! Papah anter ke.." ujar Galang terpotong. "Tidak usah pah, aku akan bawa motor kesekolah" potong Herza lalu meninggalkan kedua orang tuanya disana."Giya ayok!!" Panggil Herza membuat Giya menaiki motor tersebut.
Angin pagi yang sejuk membelai wajah cantik Giya dengan kasar, akibat si pengendara yang menaikan kecepatan menjadi 80km/jam.
"Jika dilihat-lihat kedua orang tuamu sangat perhatian ya" ujar Giya memecahkan keheningan bukan lebih tepatnya kembali cerewet. "Justru itu aku tak terlalu suka, mereka selalu menganggapku masih kecil" jawab Herza dingin. "Kau salah kalau selalu berfikir seperti itu! Kau seharusnya.." ujar Giya terpotong. "Sudah sampai!" Potong Herza sudah memasuki parkiran sekolah.
'Lagi-lagi herza harus mempotong pembicaraan orang' batin Giya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner
Teen FictionAku tak tahu apa ini kelebihanku atau kelemahanku. Terlahir dari keajaiban yang mungkin semua orang heran. Melihat hal-hal aneh dalam sebuah kilatan memory sekaligus melihat mereka yang tak bisa dilihat orang biasa. ... "Kenapa selama ini kau tak pe...