1. BOLOS

218 40 36
                                    

Sekarang pukul setengah 7. Retta sedang duduk didepan terasnya sambil menunggu Arga, sahabat sekaligus supir permanennya.

Sekolah dimulai jam 7, terlebih sekarang hari senin, biasanya bel akan dibunyikan lebih dulu. Arga belum juga datang, padahal Retta sudah menunggu hampir 15 menit.

Sudah berulang kali ia misscall ke nomor Arga tapi tidak ada jawaban, ia mulai cemas. Ia berniat untuk masuk kedalam untuk mengambil motornya dan pergi kesekolah sendiri.

Baru ia ingin berjalan, suara klakson motor bersuara nyaring terdengar dari luar pagar. Sontak Retta langsung bergegas pergi keluar pagar. Mama dan papanya sedang dinas keluar kota, jadi ia hanya bersama bi Ningsih dirumah, sudah biasa.

Dengan wajah dongkol, ia membuka pagar hitam rumahnya. Dilihatnya sang sahabat dimotor ninja hitam sambil nyengir memperlihatkan deretan gigi bersihnya.

"Lo kemana aja si" ujar Retta sambil menerima helm pemberian Arga, "Yamaap, semalam gue abis main ps bareng bokap ampe larut, jadinya telat bangun deh" jawab Arga.

Retta langsung naik ke motor, dan mereka bergegas pergi.

Retta melihat jam tangan toscanya, 6:15. Panik bukan main, 15 menit lagi bel sedangkan mereka masih berada di lampu merah dekat komplek.

Ia mencoba menelepon teman sekelasnya, Yocca atau biasa dipanggil Caca, chairmate nya. Tapi nihil, tidak diangkat. Caca biasanya selalu aktif.

Ia mencoba menchat Caca.

Nazaretta Galilea: CAAAA, YOCAAA
Nazaretta Galilea: UDAH BEL BELOM CA

Retta menatap ponselnya dengan cemas, apa jangan jangan udah bel lagi makanya Caca gamegang hp

Ia menaruh dagunya di pundak Arga, sebenarnya ia masih kesal dengan Arga, tapi tetap saja ia tidak bisa kesal dengan Arga.

"Kenapa Ta?" tanya Arga sambil menoleh ke kiri sedikit, lalu melihat Retta dari kaca spion. "Kita kayanya telat, Ga" Ujar Retta "Gimana dong" Arga bisa melihat wajah pucat Retta, pasti karena panik. Ia mengelus pelan pipi Retta menenangkan, kalau masalah sekolah Retta pasti bisa sepanik ini.

Arga melirik ke jam tangan hitamnya, benar saja kurang dari 5 menit lagi bel sekolah akan bunyi, atau mungkin sudah. Arga merasa menyesal, mau gimanapun ini semua karena Arga, ia yakin Retta pasti sudah siap dari jam 6. Ia menepikan motornya dipinggir jalan. Menyerongkan badan sambil melihat Retta, Retta yang dilihat seperti itupun bingung.

"Gimana kalau kita bolos aja" Retta membelakkan matanya, sumpah ide gila macam apa. "Lo gila ya, masa bolos" Walaupun orangtua Retta jarang dirumah mereka tetap menanyakan kabar Retta, dan pastinya sekolah akan menelepon ke mama atau papanya kalau Retta tidak masuk sekolah tanpa izin. "Yagapapa, kan udah telat juga" Serius, sebenarnya Arga sudah malas sekolah dari pagi tadi, tapi mengingat Retta selalu pergi bersamanya ia harus kesekolah.

Retta berpikir sejenak, ia sangat takut dengan papanya. Walaupun tidak terlalu galak tapi papanya amat tegas. Arga tau apa yang ditakuti Retta saat ini, ia bergegas mengambil ponsel dikantong celana nya dan menghubungi mama Retta. "Halo tante, ini Arga. Mmm, tan, jadi tadi itu Arga telat jemput Retta terus sekarang kami telat tan. Boleh engga kalau Arga bawa Retta jalan tan?" Retta menatap Arga dengan kaget, Arga memang sudah dekat dengan kedua orangtuanya. Arga menutup telepon dengan senyum merekah, Retta bisa menebak pasti mamanya mengizinkannya. Mamanya memang sangat percaya dengan Arga. "Boleh dong Taaa!" Ujar Arga dengan sumringah, Rettapun ikut tersenyum. Tapi senyumnya hilang tibatiba "Tapi papa gimana?" Tanya Retta "Kata tante Sarah nanti dia yang ngomong ke om Anton" Senyum kembali menghiasi wajah Retta, kalau sudah dapat izin seperti ini ia tenang.

NAZARETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang