4. ARGARON

113 19 24
                                    

"Kalau nyatanya gue gabakal ngelepas Retta gimana?"
- Aron Garandra -

Jangan lupa vote ! eNJOY

Arga bangun dari tidurnya. Retta masih tidur dirangkulannya. Posisi mereka tidak berubah sejak semalam, Arga takut jika ia berpindah Retta terbangun dan tidak bisa tidur lagi.

Arga memindahkan posisi tidur Retta menjadi terbaring sepenuhnya dikasur dengan perlahan. Arga turun dari tempat tidur dan merenggangkan badannya, karena tidur dengan posisi yang kurang nyaman semalaman membuat badan Arga sakit.

Arga menoleh pada Retta yang masih tertidur pulas. Sekarang pukul setengah 9, biasanya jika sedang libur Arga bangun siang hari. Arga bergegas turun kebawah, dilihatnya dari atas bi Ningsih yang sedang menyiapkan sarapan dimeja makan. Arga menuruni tangga dan menghampiri bi Ningsih.

"Pagi bi," Sapa Arga. Bi Ningsih menoleh dan tersenyum pada Arga "Pagi juga, den" Bi Ningsih masih menata piring piring di atas meja, "Non Retta belum bangun, den?" Tanya bi Ningsih "Belum, gausah dibangunin sekarang bi, nanti saya aja yang bangunin dia," Ujar Arga sambil menarik kursi didepannya untuk duduk, bi Ningsih hanya tersenyum menjawabnya. Arga mengambil handphonenya dari kantong celananya dan mengeceknya. Ada notif WhatsApp dari nomor tidak dikenal

Unknown: Halo Arga, lama gaketemu. Inget gue?

Arga menyiritkan keningnya. Foto profil nomer tersebut hanya hitam. Ia mencoba melihat profil tersebut. Rahang Arga mengeras saat melihat nama pemilik nomer tersebut.

Aron Garandra

"Bangsat" Bisik Arga. Arga memencet tombol telepon untuk menghubungi nomer Aron. Tidak menunggu lama, panggilan tersebut dijawab

"Apa mau lo?" Tanya Arga to the point, Ia terlihat sangat gusar.

"Naza. Gue mau Naza gue balik ke gue" Arga mengepalkan tangannya. Berani beraninya.

"Ga akan pernah. Bajingan kayak lo dilarang nyentuh Retta" Arga langsung mematikan panggilan tersebut. Dadanya naik turun menandakan ia sedang marah sekarang. Ia mengambil gelas berisi air didepannya dan meminumnya sampai habis. Ia tidak habis pikir, masih bisa bisanya Aron mengatakan Naza gue pada Rettanya. Ia masih menyesuaikan emosinya.

Retta turun dari tangga untuk menemui Arga. Dilihatnya Arga sedang duduk mengarah membelakanginya di bangku meja makan. Retta menebak pasti Arga tidak pulang semalam. Mata Retta masih membengkak, melihat wajahnya sebentar saja sudah terlihat kalau ia sedang tidak baik baik saja. Retta memegang pundak Arga saat sudah dekat dengan tempat Arga duduk. Arga menoleh kaget, Retta langsung duduk dibangku sebelah Arga.

"Lo udah bangun, ayo makan dulu!" Retta menggeleng menjawabnya. Perutnya sedang tidak baik, kepalanya juga pusing mungkin efek dari menangis semalam. Arga mengerutkan kening, lalu memegang dahi Retta dengan tangannya, suhu tubuh Retta sedikit tinggi.

"Lo demam Ta," Ujar Arga. Retta menggeleng, "Gue gapapa, cuma pusing dikit. Lo aja makan ya, kemarin lo belom makan kan?" Tanya Retta. Memang benar, Arga belum makan dari semalam. "Lo makan dulu, gue mau ke toilet," Ujar Retta sambil bangkit dari duduknya. Arga memperhatikan Retta, wajahnya cukup pucat, matanya sembab tapi bibirnya tetap tersenyum. Retta selalu pintar menyembunyikan rasa sakit, takut dan kalutnya dengan senyum manisnya.

Arga mengambil nasi goreng dari mangkuk besar dan menaruhnya dipiring putih didepannya. Perutnya sangat lapar. Pikirannya tetap tertuju pada Aron, Arga harus cepat cepat menemuinya. Baru saja ingin menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya, teriakan bi Ningsih dibelakang membuat Arga menoleh, "YAAMPUN NON, DEN TOLONG DEN" Arga buru buru menuju sumber suara bi Ningsih. Jantung nya berdetak kencang melihat Retta yang tergeletak didepan pintu kamar mandi. Arga langsung menggendong Retta dan membawanya kekamar perempuan itu dengan bi Ningsih yang mengikuti dari belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAZARETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang