#Chapter 1

3 0 0
                                    

Malang, November
Sore ini mungkin saja badai, daun daun itu bingung hendak diarak kemana oleh angin bodohnya aku tidak membawa payung, aku sibuk sendiri dalam kafe ini menulis hal yang mungkin bisa dikatakan tidak berguna. Saat itu fokusku terbagi antara seorang pelanggan yang baru masuk ke kafe  dan kata-kata yang hendak ku ketik dilaptopku, dan benar fokusku sepenuhnya tertuju padanya yang celingukan mencari kursi dan meja kosong yang bisa diduduki.
“Boleh saya duduk?” kata pertama yang dia ucapkan saat itu.
“iya silahkan.” Sempat hening sesaat setelah dia memesan makananan yang ada dalam menu hingga dia mulai bertanya-tanya padaku.
“ suka nongkrong disini?”
“ iya sering kalau ada tugas.”
“ saya rama aksara mahasiswa UB fakultas hukum.”
Mendengar dia memperkenalkan diri inginku berkata kepadanya “ maaf mas,saya nggak nanya”
Rama Aksara penampilannya antik dia punya rambut keriting tubuhnya tinggi kurus tapi tidak terlalu kurus matanya sipit senyumnya bisa dibilang mempunyai ciri khas.
“Saya suka manis daripada cantik dan kamu masuk dalam kategori manis itu berarti saya lebih suka kamu.”  Ingin rasanya aku muntah dan menampar wajahnya waktu itu pikiranku sudah berkata ah dasar laki-laki buaya, tetapi daripada pusing segera aku pergi memutuskan untuk sebaiknya tugasku dilanjutkan dirumah saja.
“maaf mas saya pergi dulu. Terimakasih atas ketidaknyamanan nya.” Dengan wajah kesal aku segera menutup laptopku memasukkannya dalam tas dan pergi meninggalkannya siapa juga yang mau berlama lama diganggu dengan cowok aneh. Masa bodo dengan hujan aku tetap pulang karena dia merusak mood-ku.






Malam itu cukup dingin diguyur hujan disore hari cukup bisa kuhirup bau tanah kota Malang yang disiram air hujan. Aku memainkan handphoneku membuka sosmed mencari kesenangan tersendiri disana. Aku terkejut saat melihat notifikasi terbaru dari instagram @siramaksaraa mulai mengikuti anda
Lalu muncul lagi notifikasi pesan dari instagram
“ maaf atas ketidaknyamanan tadi, saya hanya ingin berkenalan denganmu.”
Aku berpikir aku tidak memperkenalkan diriku padanya sore tadi lalu dia tau namaku dan instagram ku dari mana? Kuputuskan kubalas pesannya.
“ tau instagramku dari mana?”
“ ah saya hanya iseng mencari. Mau tau nggak bagaimana saya bisa tahu namamu? Saya ini peramal.”
“ bukan peramal kamu penguntit.”
“ haha terserah kamu saja Sha.”
“ namaku panggilannya Al bukan Sha.”
“ tidak apa-apa saya lebih suka memanggilmu Asha.”
“ kamu tau apa tentangku?”
“ banyak, aeleasha maheswari masih anak kelas 11 SMA si anak indie penyuka senja tapi lebih suka susu daripada kopi warna favoritnya kuning suka sekali dengan strawberry. Ngomong-ngomong followback ig saya ya dan besok saya antar ke sekolah.”
Hancur sudah moodku malam itu aku benar-benar tidak ingin diganggu oleh cowok aneh tua dan garing seperti itu. Aneh jika dia baru sekali bertemu denganku dan tau banyak hal tentangku memang benar-benar dia penguntit. Lalu aku memutuskan untuk tidur mengingat besoknya aku akan kembali sekolah karena bertemu dengan hari senin.

Pagi itu aku terlambat bangun aku hampir terlambat pergi ke sekolah hingga pada akhirnya laki-laki itu benar-benar datang menjemputku iya benar dia rama aksara aku pikir dia pesan dia malam kemarin hanya omongan belaka.
“ayo naik tuan putri.” Ucap rama sambil menyodorkan helm
Aku tidak tau mengapa tubuhku menuruti perintahnya otaku seakan berkata “sudah naik saja daripada kau nanti telat.” Di perjalanan hanya hening mungkin rama juga tidak tau harus bicara apa, sedangkan aku aku masih bergelayut dengan pikiranku memikirkan "dia" yang tiba-tiba menyampaikan kabar padaku bahwa dia sudah jadian dengan gebetannya, masih ku ingat jelas ketika "dia" menelponku kemarin malam hanya untuk menyampaikan kabar bahagianya kepadaku yang dia pikir bahagianya tidak membuatku terluka, tanpa sadar air mata menetes di pipi, aku yang kala itu sedang dibonceng laki-laki yang tidak ku kenal masih saja membiarkan air mata itu turun semakin deras tanpa suara, mungkin si Rama tau kalau aku sedang menangis tetapi kali ini dia hanya diam hingga kami tiba di depan gerbang sekolah. Buru-buru aku mengucapkan terimakasih dan segera pergi meninggalkan dia. "Semangat sekolahnya ya Sha." Rama hanya mengatakan itu setelah mengantarku ke sekolah. Dan benar hari itu aku menjadi sangat tidak fokus terhadap pelajaranku hingga jam pelajaran berakhir, pikiranku selalu tertuju kepada "dia", oh Tuhan "dia" yang selalu ku sebutkan kepadamu mengapa kini harus menjadi milik orang lain??


• hi all, it's my first time to publish my stories work
HOPE YOU GUYS ENJOY MY STORY
DON'T FORGET TO FOLLOW ME ON INSTAGRAM @punyakhila  BECAUSE I WILL POST MAYBE A LOT OF MY WRITING ALL THIS TIME, SOON :)
terimakasih atas dukungan kalian

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BENDICIONISMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang