Chapter 1

30 2 0
                                    

Bismillah

Bangunan berwarna serba hijau berdiri tegak dengan eloknya. Tidak besar, tidak pula kecil, baru beberapa hari bangunan ini terselesaikan, catnya pun masih tercium baunya. Bangunan tersebut adalah rumah sederhana milik seorang duda dengan satu putrinya yang baru saja pindah dari kota lain.

Halaman depan rumah tersebut berisi banyak tumbuhan hijau dan bunga-bunga yang diberikan aura kecantikan oleh kuasa Tuhan. Semuanya tertata rapi. Pemilik rumah sepertinya sengaja memberikan kehidupan pada makhluk selain manusia, menghormati segala ciptaan-Nya.

Didalamnya terdapat kamar dengan warna senada. Dikamar tersebut terdapat seorang gadis mengenakan baju gamis berwarna merah yang sedang bercermin. Tangan kirinya memegang bedak serta tangan kanannya memberi taburan bedak tipis pada wajahnya, setelah dirasa cukup gadis itu lalu membenarkan hijabnya. Melebarkan bagian depan kerudungnya guna menutupi bagian dada dari pandangan orang-orang.

Ia berdiri menatap pantulan dirinya di cermin. Sesekali memiringkan badannya untuk memastikan baju gamisnya sudah rapi atau belum. Perfect! Ia tersenyum melihat dirinya yang dirasa sudah cantik.

Dia seorang putri yang memiliki seorang ayah bernama Imran Rasyid, dan ibu bernama Habiba. Namun sang ibu sudah terlebih dahulu meninggal dunia satu tahun lalu. Dia hanya seorang gadis berparas ayu, berhati cantik dengan segala kesederhanaan yang menyelimuti dirinya. Dia hanya seorang wanita yang memiliki satu kekayaan, yaitu iman. Imannya kepada Allah adalah sebuah harta yang tidak ada nilainya.

Sementara disebelah kamar gadis itu terdapat ruangan yang juga dipakai sebagai kamar. Warnanya senada dengan warna rumah sederhana ini. Pemilik kamarnya adalah seorang pria paruh baya yang sedang duduk ditepi ranjang, mata teduhnya sedang menatap foto seorang wanita yang mengenakan baju dan hijab yang berwarna biru muda. Fotonya ia genggam erat dikedua tangannya, wanita didalam foto tersebut tersenyum manis. Wajahnya mirip dengan gadis yang tadi sedang bercermin.

Gadis itu adalah anaknya yang bernama Humaira Mishary Rasyid. Rara adalah sapaan akrabnya. dan foto digenggamannya adalah Almarhumah istrinya. Ia membalik bingkai foto istrinya dan membaca tulisan yang ada disana 'HABIBA MISHARY, pelengkap iman'. Kemudian Imran menaruh foto istrinya di meja dekat tempat tidurnya. Ia tersenyum, senyum yang diberikan untuk kehidupannya saat ini.

Pria itu kemudian keluar kamarnya, saat baru saja menutup pintunya, matanya tertuju pada sepotong papan berwarna biru yang tertempel pada pintu kamarnya. Papan tersebut bertuliskan 'Ghurfatun Naum Abi Imran'

Ia kembali tersenyum melihat benda tersebut, putrinya begitu rajin sampai-sampai kamar saja diberi nama. Ia lalu melihat pintu kamar anak gadisnya yang berada tepat di sebelahnya, disana juga terdapat papan yang berwarna biru juga bertuliskan 'Ghurfatun Naum Humaira'. Itu adalah tulisan tangan anaknya, ia menulisnya dengan spidol berwarna hitam.

Ah iya, Ghurfatun Naum adalah bahasa arab yang artinya kamar tidur.

"Rara, cepat nak" panggil sang pria pemilik rumah pada putrinya.

Gadis yang ada didalam kamar melebarkan matanya, terkejut mendengar panggilan ayahnya. Cepat-cepat ia meninggalkan cermin yang masih ditatapnya dan keluar kamar untuk memenuhi panggilan ayahnya.

Lalu terlihatlah gadis manis yang sedang menutup pintunya pelan-pelan sekali, ia tidak ingin ada suara gebrakan pintu yang membuat ayahnya tersinggung. Setelah pintu tertutup sempurna tanpa menimbulkan suara, ia membalikkan badannya dan menatap ayahnya.

"Assalamualaikum, Abi. Selamat pagi" ucapnya dengan tersenyum.

Seseorang yang dipanggil Abi oleh putrinya itu tersenyum, menjawab salam sang putri. Ia mengelus kepala putrinya yang terbalut hijab. Putrinya sudah bukan anak kecil lagi, tapi dimatanya putrinya akan selalu menjadi gadis kecil yang akan dicurahkan kasih sayang sepenuh jiwanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HUMAIRA | Tasbih dan SalibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang