Part 2[ KEGIGIHAN SEORANG ZENA ]

122 15 0
                                    

[JANGAN LUPA VOTMENT NYA GUYS! TERUS DUKUNG AUTHOR YA!]

                    ♡HAPPY READING

2. KEGIGIHAN SEORANG ZENA.

Suara siulan gadis itu mendandakan bahwa ia sedang bahagia. Gadis itu menggunakan pita kuning untuk dijadikan bandu. Karna tak sadar, ia menabrak seseorang dan membuat barang yang dibawa orang itu berserakan.

"Eh! Maaf-maaf, Zena gak sengaja," ucapnya merasa bersalah. Laki-laki itu mendongak. Dia Alvano Aditama. Salah satu Osis.

"Gapapa," balasnya sebari tersenyum manis. Jika di hati Zena tak ada Zino, maka Zena pasti langsung jatuh hati!

Zena membantu Alvano memunguti kertas-kertas yang berserakan.

"Makasih Zena," ucap Alvano sebari terdenyum, Zena membalas senyum itu.

"Sama-sama kak Vano,"

Alvano memang manaruh hati pada adik kelas nya ini. Sedikit informasi, kalau Zena dan Zino beda satu tahun. Zena kelas 10 dan Zino kelas 11. Tapi pada Zino, Zena tidak memanggil Zino dengan embel-embel 'kakak'.

Zino, Gino, dan Aldi baru memasuki lorong, mata elang milik Zino sudah tau bahwa gadis yang sedang membelakanginya adalah Zena.

Aldino Erlano, sahabat mereka berdua. Terkenal dengan sifat dinginya, tampan, ketus, dan tegas. Dia adalah Bendahara laki-laki Osis di SMA Delta Saranaya. Laki-laki itu tengah memegang buku dengan isi rumus di dalamnya. Memang kodrat untuk anak Jenius.

"Aduh, ada bau-bau cembokur nih," sindir Gino membuat Zino mendelik.

"Diem lo," langkah Zino semakin mendekati mereka.

"Ekhm!" kedua sejoli yang sedari tadi asik mengobrol itu menoleh, mata Zena otomatis berbinar melihat sang pujaan hati.

"Selamat pagi, Zino!" pekik kegirangan itu langsung menyambut kuping laki-laki berseragam rapih dengan nametag Zino Aladrick.

Gadis itu dengan segera mengeluarkan sebuah kotak nasi berwarna biru toska. Perlahan nasi kotak itu di dorong untuk di serahkan kepada sang penerima.

"Ini ada mie goreng rasa kasih sayang buat Zino, dari Zen--,"

"Gue gak mau," potong Zino ketus. Dino dan Gino bingung sendiri, sedari tadi Zino biasa saja, entah kenapa mereka berfikir, bahwa Zino sekarang sedang bad mood.

"Loh? Kenapa? Kan biasa nya di terima, Zino pms ya?"

Pertanyaan Zena membuat Zino semakin bad mood.

"Gino, Zino nih kenapa sih?" tanya Zena pada Gino.

"Gatau, mending makanan nya kasih gue. Nanti, gue yang makan," ujar Gino sebari menaik turunkan alisnya.

"Oh yaudah, nih buat Gin--,"

Ucapan Zena terpotong, dikala kotak nasi yang dia pegang terserobot oleh sebuah tangan. Zino, itu tangan Zino.

"Gue laper, makasih," setelah berucap demikian, Zino pergi tanpa pamit dengan raut wajah nya yang tak berdosa.

"So-soan gak pengen. Plin-plan lo jadi cowok!" ledek Gino kesal. "Kutu kupret, tunggu!"

Gino dan Dino pergi menyusul Zino setelah Gino berpamitan pada Zena dan Vano.

"Oh ya Kak. Sekali lagi maaf ya, Zena duluan. Bye bye!"

Alvano memutar tubuhnya, masih menetap di tempatnya sedari tadi berdiri, menatap punggung Zena yang kini kian menghilang, tertelan belokan lorong.

Senyuman terlukis di wajah laki-laki tampan itu.

'Lo emang terus liat depan Zen, dan gue ada di belakang lo. Suatu saat, lo harus liat belakang Zen, disini ada gue,'

                                   ***

"Udah bro. Cemburu si cemburu aja," ucap Dino tiba-tiba.

Melihat Zino melahap makanan dari Zena tadi, seolah takut jika ada orang lain yang merebutnya, Gino terbahak-bahak.

Zino mendelik malas mendengar ucapan
Dino barusan. "Terserah,"

"Nih bro, kalo suka ya suka aja, jadi laki tuh jangan plin-plan, jangan seakan-akan lo kasih dia harapan, tapi lo buang dia pada saat yang bersamaan," ucap Gino, tumben otak bolot nya lancar hari ini.

"Perasaan cuaca hari ini ngga mendung deh," Dino melirik kaca jendela kelas memastikan.

"Emang kenapa?" tanya Gino polos.

"Tumben otak lo bagus hari ini?"

"Tiap hari juga bagus otak gue kali,"

Zino tak menggubris keduanya. Ia menatap kosong papan tulis di hadapannya, mie goreng dari Zena sudah habis ia lahap tadi. Entah apa yang di pikirkannya.

"Lagi mikirin Zena kan lo?" tanya Gino sebari menyenggol lengan Zino.

"So tau! Udahlah, bentar lagi rapat, kita ke ruang Osis!" tukas Zino mengalihkan pembicaraan, ia bangkit dan pergi dari kelas ke Ruang Osis. Bukan hanya semata-mata mengalihkan pembicaraan, tapi memang adanya, mereka akan mengadakan rapat untuk 17-san.

"Heleh, ngelak aja lo," sahut Gino dan mengikuti langkah Zino.

                                     ***

"Selamat pagi Zino, mau kemana? Sengaja lewat buat liat Zena ya?"

"Ke Ruang Osis," ketus nya.

"Mau ngapain?"

"Rapat,"

"Oh...ka--,"

"Gak usah banyak nanya, gue lagi pusing!" ujarnya lalu pergi dari hadapan Zena.

"JANGAN LUPA MAKAN OBAT ZINO! ZENA GAK MAU ZINO SAKIT!" teriaknya memenuhi lorong.

'Gadis gila,'

                                     ***
______________________________________________

KOMEN 'NEXT' DI KOLOM KOMENTAR UNTUK PART SELANJUTNYA!

ADA YANG SEGIGIH ZENA GAK?

MAU NGOMONG APA SAMA AUTHOR?
______________________________________________

Follow Instagram;
@seok_riskaaaaa♥

ZINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang