HAPPY READING
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK
HOPE YOU LIKE IT.
****
Kejarlah, jika kau kuat berlari.
Berhenti jika kau lelah. Karna semua, butuh proses. Yang kau inginkan butuh keikhlasan, bukan paksaan.****
Pria jangkung itu segera menegakkan badannya dari kasur ketika terjaga dari tidurnya. Sekarang jam berapa? Ia menggapai ponselnya yang tergeletak di samping bantalnya karena kemarin ia langsung terlelap setelah bermain game dengan saudaranya.
04.56 PM.
"Baru jam 5 ternyata..." Desisnya lalu hendak melanjutkan tidurnya kembali. Namun, sejurus kemudian ia membelalakkan matanya karna sekarang ia baru menyadari bahwa ia terlambat.
"ASTAGA! JAM 5?!! GUE TELAT!"
Lelaki itu langsung menuju kamar mandi dan melepas bajunya. Pagi ini cukup dingin. Hal ini dibuktikan ketika air mengguyur tubuhnya.
Brrrrrrr... Benar-benar dingin.
Ia mempercepat ritual mandinya, karena tak ingin berlama-lama disana, bisa-bisa masuk angin.
Sekarang, lelaki itu sudah siap dengan pakaian sekolahnya. Logo SMA GUNTARA terpampang jelas di lambang baju bagian kanannya. Arka memang terbiasa sekolah pagi-pagi, makanya bagi Arka jam lima sudah telat. Biasanya ia akan terbangun pukul empat untuk sholat subuh, kadang juga kalau setan baiknya muncul ia akan sholat tahajud. Anak itu memang cerminan pria baik yang dibentuk keluarga. sangat berbeda dengan kembarannya.
Setelah sekian lama ia jarang di rumah, baru-baru ini ia bisa pulang dan langsung diajak bermain game oleh adiknya hingga tengah malam. Arka tidak bisa jika kurang tidur.
Selama ini, pria dengan mata coklat terang itu selalu memilih untuk tinggal di rumah neneknya yang meninggal empat tahun yang lalu. Lebih dekat dengan sekolah yang pasti. Namun, karna permintaan mamanya, ia terpaksa pindah dan sekarang, ia harus menggunakan mobil untuk bisa sampai disekolah itu. Dan membayangkan macet karna jam setengah 7 adalah jam orang pergi bekerja, Arka bergidik. Bisa-bisa ia meninggalkan mobilnya saja di jalanan dan memilih berlari menuju sekolah.
Dug dug dug!
"ARKAINO GERALBI ADIGRAA! SHOLAT NAK!" Suara nyaring dari luar membuatnya menoleh kearah pintu.
"Udah ma, nanti aku turun!"
"Mama tunggu dibawah Arka!"
"IYAA!"
Selalu saja begitu. Teriak pagi-pagi dan membangunkan anak-anak nya adalah kerjaan terhebat mama Arka.
Ya, dia Arka. Arkaino Geralbi Adigra.
Pria tampan pemilik tubuh atletis, kulit putih dengan mata coklat terang dan lengan yang kekar.
Sepuluh tahun yang lalu, neneknya membeli sebuah rumah di dekat sekolahnya. Rumah ini tak begitu besar, tidak bertingkat namun memiliki halaman yang luas. Setelah kepergian nenek, Arka memilih untuk menjadikan rumah nenek itu sebagai tempat tinggalnya. Selain alasan ia bisa pergi lebih cepat untuk bisa kesekolah, rumah itu nyaman ia tempati. Ia tak menyukai kebisingan dan keramaian. Lagipun tidak ada yang menghuni. Jadi Arka secara cuma-cuma dan dengan senang hati menempatinya. Awalnya Serina-mama Arka tidak setuju, tapi karna kehebatan kolaborasi antara si pintar dan papanya Geral akhirnya mamanya menyetujui dengan alasan belajar mandiri.