Aku Up
Semoga Like
Yang ga like harus like
Aku maksa lo
Happy reading!
***
Perlahan, aku mulai kehilangan semuanya. Semua yang aku inginkan, semua yang aku perjuang kan dan semua yang aku pertahankan karna kamu ingin dan kamu punya segalanya.
***
Shena mengeluarkan buku dan peralatan tulisnya tatkala guru yang mempunyai rambut bak pesinden dengan kebaya berwarna ungu dan rok span hijau itu memasuki kelas. Buk Sartika, kebanyakan siswa memanggilnya dengan panggilan buk Tik, guru PPKN yang terkenal humble yang membuat para siswa senang dengannya.
Shena sibuk dengan pikirannya. Pena yang dipegangnya dicoret-coretkan ke sembarang arah di atas kertas putih yang sengaja dirobek. Sempat merasa aneh karna kenapa lelaki di sampingnya itu masih berada diposisinya, tapi buru-buru ia mengedikkan bahu tidak peduli.
Ya, ini kebiasaan Shena ketika pikirannya jenuh dan kosong. Tak peduli buk Tik sedang menjelaskan pelajaran didepan, tidak peduli bisik-bisik teman-teman sekelasnya karna ia duduk dengan lelaki di sebelahnya sekarang, atau tak peduli dengan apa yang dilakukan oleh lelaki di sampingnya ini.
"Oh iya, Anak-anak saya hampir lupa, dengarkan ibuk sebentar. Jadi kelas kalian kedatangan murid baru pindahan jurusan IPA. Hari ini dia bergabung dan sudah berada di antara kita. Silahkan, Arvin kamu maju ke depan."
Shena membulatkan matanya, lelaki ini Arvin? Memang mirip, tapi dia tidak terlihat seperti Arvin yang urakan. Atau memang ini Arvin dengan sisi yang berbeda.
"Ibuk, itumah bukan Arvin buk..."
"Arvin masih di IPA 1 buk."
"Wah ibuk nggak bisa bedain Arka sama Arvin ya Buk."
"Yaiya si dua-duanya sama-sama ganteng."
"Tapi Arka lebih karismatik."
"Tapi Arvin si handsome badboy and gorgeous." Siswa-siswi bersahutan membenarkan perkataan buk Tik.
Lelaki itu mendengus, guru lagi-lagi salah menyebutkan namanya. Ia maju ke depan santai lalu menghadap ke isi kelas. Para gadis di dalam sana tidak dapat menahan pekiknya melihat karisma Arka.
"Gue Arkaino Geralbi Adigra. Pindahan IPA 1. Gue bukan Arvin, dan gue rasa kalian cukup pinter bedain gue sama cunguk satu itu." Ia membungkukkan badannya ke arah bu Tik lalu kembali ke tempat duduknya.
"Loh, kamu bukan Arvin? Saya pikir karena masalah buk Ros kemarin Arvin yang dipindahin." Lelaki itu acuh tak acuh.
Shena kini mengerti. Jadi mereka kembar? memang jelas, kontras sekali perbedaan antara mereka. Tapi kenapa Shena tidak pernah melihat Arka, ya? Atau kenapa selama ini ia tidak mengetahui bahwa Arvin punya kembaran. Memang benar juga, saat melihat Arvin, rambutnya tebal namun sedikit kepirangan dan berantakan. Sedangkan Arka, rambut pria itu rapi berwarna hitam legam seperti miliknya. Arvin lebih pendek dari Arka dan Shena baru menyadari kalau Arka memiliki kulit yang lebih terang dari Arvin seingatnya.
Ia berusaha tak peduli. Ia harusnya memikirkan waktu istirahatnya. Biasanya, jatah tidur Shena bisa sampai 5 jam, tapi kemarin karna ketahuan oleh Ivanda ia hanya Bisa tidur 3 jam. Ditambah jam 5 pagi ia harus bangun untuk menjalankan hukuman.