Begins

52 6 2
                                    

Win seorang cewek supel tapi takluk di buat diam oleh sosok Esa,  dia bingung untuk mendekati sosok Esa.

Sampai akhirnya dia mengerahkan semua rasa percaya dirinya untuk memulai mendekati Esa.

Yah ternyata memulai berbica dengan sosok Esa memang sulit, harus perlahan tapi pasti

Win : "Halo Esa!" kalimat pertama yang aku lontarkan untuk memulai pembicaraan.
Esa : "Oh hai win, ada apa?"
Win : "Eh kamu tau namaku?"
dengan bodohnya kalimat itu terucap
Esa : "Jelas aku tau namamu kita kan sekelas,apa jangan-jangan kamu yang baru tau namaku?"
Win : "Hehe iyaa aku baru tau namamu seminggu yang lalu ketika pelajaran olahraga"

Yups selama 2 bulan kita satu kelas, seminggu lalu aku mengetahui namanya dan baru hari ini aku pertama kali berbincang dengannya. Perbincangan singkat namun berarti bagiku..

Setelah percakapan itu aku tidak berani berbicara pada Esa lagi, bukan karna tidak mau..sesungguhnya sangat ingin terus berbincang dengannya. Namun aku malu, aku bingung memikirkan topik pembicaraan apa yang aku ingin bahas dengannya..

Setiap pembagian kelompok di kelas aku sangat berharap untuk bisa satu kelompok dengannya,  namun apa daya bukan jodohnya kali..

Tapi aku tak menyerah begitu saja, aku terus mendekatinya dalam diam..  Setiap pelajaran sekolah aku selalu menaruh minuman untuknya di bawah meja.. Seperti penggemar rahasia saja kan??

Ya memang sudah hampir sebulan aku melalukan ini untuknya, sampai disaat mungkin ia mengetahui hal itu, dia mulai selalu tersenyum padaku saat kita bertemu, hingga suatu saat kita tak sengaja bertemu di kantin dan dia mengajakku berbicara..

Esa : "Win, kamu ya yang suka simpen minuman di bawah mejaku?"
Win : "Enggak kok bukan aku" aku mengelak karna malu
Esa : "Yah aku kira itu kamu, padahal aku udah seneng loh" sambil berlalu pergi diiringi dengan senyuman manisnya..

Jangan tanya perasaanku bagaimana sulit di gambarkan dengan kata-kata..
Rasanya jantungku berdegup kecang hingga ingin meledak rasanya.

~•~

Hari demi hari berjalan seperti biasa, dan mungkin perasaanku pada Esa juga tidak terlalu gencar lagi,  tidak tau kenapa mungkin karna aku sudah kehilangan cara untuk mendekatinya.. Biarlah tuhan yang yang mengatur jika memang bisa bersama pasti akan di persatukan, begitu pikirku.

Mulai saat itu aku memang tidak terlalu fokus pada Esa karna aku sendiri sibuk mengurus organisasiku..
Oh iya aku adalah seorang anggota dari ekskul PMR. Dan ya kini aku lebih sibuk di organisasi daripada memikirkan Esa.

Hingga suatu hari dan lagi-lagi pada pelajaran olahraga, kebetulan juga hari itu kita olahraga futsal. Aku mulai tepana lagi akan sososk Esa, ingin melihat bagaimana hebatnya dia bermain futsal. Yang lambat aku sadari aku lupa bahwa Esa bukanlah seorang yang handal dalam memaikan bola futsal (ini informasi yang aku dapat dari teman dekat nya Esa) Ya disitu aku mulai khawatir akan keadaannya..

Lucu sekali mengkhawatirkan seseorang tanpa ada sebuah status, ya status kita hanya sebatas teman sekelas saja.. Namun yang aku khawatirkan adalah dia tanding futsal  melawan Maul yang dikenal sangat handal namun kasar dalam permainan bola apapun..

Permainan futsal pun dimulai,  tentu saja team Maul unggul dari pada team Esa.. Ketika aku ingin pergi ke kelas meninggalkan lapangan padahal pertandingan masih berlangsung aku terkejut ketika Esa menjadi penghalang untuk melindungi gawang sedang berhadapan dengan Maul.. Maul yang bermaksud ingin menendang bola ke gawang namun apa daya malah sepatunya yang terlepas dari kaki kanya menuju hidung Esa.. Ya tentu saja Esa kesakitan dan dia segera menju kamar mandi,  tentu saja aku khawatir, aku takut terjafi sesuatu yang tidak diinginkan..

Ketika aku mengikutinya bersama teman dekatnya, ternyata dugaanku benar dia mengalami mimisan.. Aku bingung harus melakukan apa padanya..

Yang aku hanya bisa ucapkan padanya adalah "kamu gapapa?"
tak sepatutnya aku bertanya seperti itu karna sudah jelas darah mengalir dari hidungnya..
Namun tetap saja dia berasa kuat dan bilang "Aku gapapa kok, kamu ke kelas aja"
Saat itu aku tak tau harus bagaimana hanya menuruti perintahnya saja.. Ketika aku ingin meninggalkan nya pergi ke kelas, dia ambruk pingsan tak sadarkan diri.

Makinlah bingung aku dibuatnya, alhasil aku meminta beberapa orang cowok untuk mengangkatnya ke ruang UKS. Ternyata disana tidak ada yang menjaga.. Aku meminta Ivanka untuk mengobati Esa namun ia menolak,  dan meminta untuk aku merawat Esa.. Jelas saja aku yang merawat Esa setelah mengalami perdebatan panjang dengan Ivanka.

Ntah mengapa aku selalu gugup jika berhadapan dengan Esa, namun aku berusa menutup rasa gugupku dan menunggu dia tersadar..

Setelah 10 menit berlalu akhirnya Esa sadar, dan bertanya mengapa dia ada di UKS. Disitulah perbincanganku dengan Esa di mulai kembali. Setelah aku ceritakan semuanya pada Esa,  dia ingin kembali ke kelas. Aku melarang Esa kembali ke kelas karna kondisi tubuhnya yang masih lemas, namun dia memaksa ingin ke kelas. Apa yang bisa aku perbuat jika berhadapan dengan Esa aku hanya menuruti kemauannya. Tapi sebelum ke kelas dia memintaku le kelas terlebih dahulu untuk mengambil seragamnya karna baju olahraganya penuh dengan darah mimisannya.

Aku pun pergi ke kelas namun di perjalanan aku bingung,  bagaimana cara aku mengambil baju seragamnya,  dengan mengumpulkan semua kekuatanku aku meminta temannya untuk mengambilkan seragamnya, ketika aku masuk kelas dan meminta tolong teman dekatnya mengambilkan seragam,  semua teman sekelas ku malah terseyum meledek ku.

Sepertinya sekelas mengetahui bahwa aku menyukia Esa. Sungguh memalukan sekali, rasanya ingin pergi kedalam bumi dan tak ingin muncul ke permukaan lagi..

Setelah mendapat seragam Esa aku segera kembali ke UKS untuk memberikannya kepada Esa.  Karna sebentar lagi juga pelajaran dimulai. Esa sangat menyukai pelajaran TIK, karna itu dia memaksa untuk kembali ke kelas karna tidak ingin ketinggalan materi..

Saat kita ingin ke kelas lagi-lagi aku bingung harus bagaimana,  memapahnya kah atau bagaimana,  aku tidak ingin membuatnya tidak nyaman.. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan di belakangnya,  siapa tau nanti dia jatuh aku bisa menangkapnya.

Sesampainya di kelas teman-teman mulai menggoda kami lagi. Godaan mereka berhenti ketika guru TIK memasuki kelas.

Pelajaran TIK hari itu adalah membuat projek perkelompok, dan tau tidak aku sekelompok dengam Esa. Senang sekali rasanya.

InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang