- setelah tiga hari dua malam -

873 93 27
                                    

"Jimm!"

Turun dari tronton panitia, Saint langsung menghampiri Koordinator K3 yang sudah bisa dengan bebas melepas imej tegasnya alias Jimmy.

"Yoo??" balas Jimmy sekilas memberikan senyum kepada para peserta yang pamit izin pulang.

Tronton mereka sudah sampai di kampus sejak pukul setengah tujuh malam. Beberapa peserta sudah kembali ke rumah masing-masing sementara yang lain menunggu jemputan. Sedangkan panitia tentunya masih sibuk dengan after party, merapikan barang yang dipakai selama jalannya proker dan membawanya satu per satu ke sekretariat HIMA.

"Lo balik gak?" tanya si ketuplak. "Bawa mobil gue yaa?? Cape banget, jir."

Jimmy mengerutkan dahi sejenak, "Gatau gue, Sup. Kayanya masih harus balikin HT dan ngecekin satu-satu." Lalu secara sengaja anak itu melirik kating yang terang-terangan sedang memerhatikan dirinya dan Saint. Ya. Siapa lagi kalau bukan Zee Pruk.

Melihat gestur Jimmy yang jelas di hadapannya, Saint langsung menepuk lengan sahabatnya itu agak keras.

"Jangan gila!" desis Saint sambil menatap Jimmy tajam.

Tapi namanya Jimmy Karn, tidak akan menuruti semudah itu.

"Rumah lo di daerah Ciledug ke sanaan dikit juga kan Bang??" tanya Jimmy rada berteriak karena jarak Zee yang memang agak lumayan dari tempatnya.

---

Akhirnya diantar dengan smirk menyebalkan Jimmy, kini Saint diantar pulang ke Tangerang oleh Zee. Berhubung anak konsum yang meminjam mobil si kakak tingkat juga bilang mau cuci mobilnya dulu sebelum dikembalikan, tanda terima kasih katanya.

"Tidur aja, Saint." Zee berkata sembari melirik adik tingkatnya di kursi penumpang sebelahnya. Tak lupa dengan senyuman dan tatapan tulus karena sedari tadi fokusnya terbagi ke jalan arteri ibu kota yang macet, dan Saint yang terus-terusan menguap.

Saint menggeleng sejenak, "Ngga ah, ga enak yaampun. Kak Zee udah mau nyetirin malah aku tinggal tidur."

Zee tertawa ringan, "Gapapa. Lagian kamu pasti kecapean banget."

"Cape sih iyaa," jujur si adik tingkat. "Tapi tadi saya kan udah tidur di tronton hehe."

Diam-diam kedua iris Saint memerhatikan bagaimana figur Zee yang kini tengah menyetir. Kedua tangannya menggenggam setir--sesekali salah satunya menarik tuas rem tangan, oh his veins. Tidak lupa bagaimana kedua matanya fokus pada jalanan macet di depannya.

Saint menggelengkan kepalanya, menghempaskan lamunan tak berujung itu.

"Yaudah tapi kalo ngantuk tidur aja yaa? Ga bakal nyasar aku ngikutin GPS-nya kok."

"Iyaa ih, mana mungkin saya salah nitikin rumah sendiri."

Tapi lama kelamaan mendengar suara bass Zee begitu menenangkan untuk seorang Saint. Membuat kantuk perlahan menghampirinya, bahkan suara klakson mobil yang berlomba-lomba di perempatan lampu merah mulai samar di telinga. Hanya suara kakak tingkatnya yang tengah bercerita entah apa itu.

Ketika Saint terlelap dalan tidurnya, Zee menoleh sekilas. Tersenyum tipis menatap figur yang telah menarik perhatiannya itu sejak dua tahun lalu.

"Sleep well, Saint," bisiknya lalu kembali fokus pada jalan.

---

zaintsee: youth - finishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang