last Spoiler!

23 1 0
                                    

Setibanya di kampus. Louis menyunggingkan senyum jahil sambil memandang ke arah Alea yang tengah sibuk menatapnya dengan tatapan sadis andalannya. Kepala Louis pun bergeleng saat melihat tatapan Alea kepadanya.

"Kenapa gitu?" Tanya Louis sambil mengelus kepala Alea.

"Kok berhenti disini?" Alea pun bertanya sambil terus menatap Louis.

"Memang mau berhenti dimana?"

"Di daam lah. Kan kampus gue disana kak. "

Louis menatap jauh ke wajah Alea. Dia sadar sebagai seorang kakak dia masih belum bisa menjaga adiknya dengan baik. Anggukan pun nampak saat ia melihat Alea menunjukkan arah yang seharunya ia ikuti. Tapi untuk kali ini. Bukanlah saat terbaik untuk menuruti keinginan Alea. Waktu lah yang harus membuatnya mau tak mau harus mninggalkan Alea dengan segala macam bentuk kejengkelannya.

"Gini ok! Dengerin kakak. Bukan kakak nggak mau anter. Masalahnya gue juga harus kerja dan waktu gue sudah sangat-sangat mep..."

"Lo bener-bener! Awas aja ntar gue aduin lo ke Papa."

"Bye! Belajar yang bener ya dek."

"Bodo!"

BLAMMM!!! Suara keraspun terdengar selepas Alea turun dari mobil Louis. Setelah berhasil mengatur emosinya. Seperti biasa senyum cantik pun sudah bisa dia ukir. Meski sejatiny hatinya masih meredam emosi. Setelah mobil Louis hilang dari pandangannya. Alea memutuskan untuk melanjutkan langkahnya. Namun sayang, sepertinya pagi ini tak begitu bersahabat dengannya. Baru saja dia membalikkan badan. Felix sudah berdiri tepat di belakangnya.

"Pacar?" Tanya Felix langsung tanpa basa-basi.

"Kakak gue." Jawab Alea singkat sambil meninggalkan Felix.

Meski ini bukan pertama kalinya pertemuan mereka. Entah kenapa tersirat jelas diwajah Alea akan ketidak nyamanannya berada di dekat Felix. Felix yang menyadari akan sikap Alea langsung meraih dagu Alea sambil mendekatkan wajahnya.

"Gue tahu lo nggak nyaman deket gue kan? Please! Jangan takut karena gue datang bukan untuk nyakitin lo. Gue datang karena gue ingin bisa lebih dekat sama lo."

Mata tajam Felix pun terus menghujani tatapan mata indah Alea. Mereka sama-sama hening dan setelah cukup lama saling memandang. Felix pun melepaskan tangannya dari dagu Aleana, sambil menyebutkan namanya.

"Felix Abraham.. lo bisa panggil gue Felix atau apapun.."

Alea yang risih akan perlakuan Felix. Menepis pelan tangan Felix agar menjauh dari wajahnya.

"Sorry ! Gue ada jam kuliah 5 menit lagi." Ucap Alea sambil pergi.

Tak ingin membuang kesempatan, Felix pun langsung melingkarkan lengannya di pinggang Alea. Yang Langsung membuat Alea mematung di tempat.

"Gue akan nunggu lo disini." Bisik Felix begitu lembut.

'Ini sentuhan pertama yang bikin gue nyaman.'

Alea mencoba menghilangkan sikap salah tingkahnya sambil menyingkirkan lengan Felix. Dia juga tak ingin seisi kampus heboh dengan keberadaan Felix. Tanpa sepatah katapun yang terucap. Ia lantas meninggalkan Felix yang tengah berbesar hati karena dia rasa. Usahanya mulai membuahkan hasil.

"Yah gue datang bukan ingin menyakiti lo. Tapi gue datang karena gue ingin menghancurkan lo, keluarga lo dan yang paling utama adalah menghancurkan kakak lo. LOUIS !"

Dendam yang seolah takkan pernah sirna itu. Seolah semakin bertambah setiap detiknya.

***

"Pak Louis.. pak.." Panggil sang asisten saat melihat Louis melamun saat meeting sedang berlangsung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Pink Roses! (Spoiler)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang