Langkah Awal💙

45 8 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد

Happy reading kawan😉

***

Hari ini hari pelepasan siswa kelas XII setelah menjalani serangkaian ujian yang cukup membuat para siswa frustasi termasuk diriku. Baru saja kemarin merasakan masa orientasi sekarang udah berada di hari wisuda. Canda tawa dan kejadian selama tiga tahun terakhir akan segera menjadi kenangan indah di masa putih abu-abu, masa pencarian jati diri bagi remaja. Dan dengan berakhirnya masa itu, akan menjadi pertanda bahwa gerbang kehidupan yang sebenarnya akan segera dimulai.

Aku sekarang berada didepan cermin kelasku, mengingat semua kegiatan yang aku jalani disini.

"Udah jangan sedih entar bedaknya luntur."

"Ah, temanku ini tau aja." sambil memeluk Diyan dari samping "Diyan habis ini jangan kangen ya sama Kiya kalau Kiya udah mondok."

"Siapa juga yang kangen sama kamu." aku pun mengerucutkan bibirku pura-pura merajuk.

"Ndak usah gitu orang lihat bukannya pengen nyubit pipimu malah pengen nampil." siapa lagi ini kalau bukan Nawa yang cueknya minta ampun.

"Udah ah. Yuk kedepan acaranya mau mulai." ucapan Diyan membuatku kembali ke ekspresi senyum dan segera merangkul kedua sahabat tersayang ku.

Dari sini aku mulai berfikir apa aku bisa berpisah dengan mereka. Perhatian, manja, dan semuanya bakal menjadi setitik rindu kala nanti. Susah senangnya kita pasti akan selalu teringat dimana pun itu. Akan ku kemas semuanya dengan rapi dan meletakkannya disudut paling dalam hati ini.

Setelah melewati serangkaian acara perpisahan kini aku sedang perjalanan menuju ke rumah tentunya bersama kedua orang tuaku. Sampai sekarang aku masih belum bisa percaya bahwa aku bisa menjadi salah satu dari tiga siswa pemilik nilai terbaik ujian Nasional, semua ini berkat kerja keras dan restu dari orang tuaku. Benar apa kata mereka bahwa usaha tidak mengkhianati hasil.

"Nduk Kiya, kamu kan sudah lulus yakin to sama keputusan buat mondok?"

Aku yang semula duduk di kursi tunggal pindah duduk simpuh didepan Abah dan menggenggam tangan beliau. "Abah, Kiya sudah yakin sama keputusan yang Kiya ambil. Meskipun berat karena jauh dari Abah dan Ummah ini harus tetap Kiya jalani karena Kiya mau menjadi putri yang bisa membuat Abah dan Ummah bangga."

"Kalau Kiya sudah yakin Abah sama Ummah cuma bisa memberikan restu kami, semoga ilmu apapun yang kamu peroleh dari sana bisa barokah dan bermanfaat bagi  semua orang." kata Ummah.

"Pokoknya yang Kiya butuhkan sekarang cuma ridho dan ikhlas nya Abah dan Ummah untuk pergi menuntut ilmu agama yang lebih baik."

"Pergilah nduk kami merestui langkah baik yang kamu ambil, kami meridhoi kepergian mu semoga keinginanmu mencari ilmu barokah dapat terlaksana."

Setelah Ummah menyelesaikan kalimatnya aku langsung memeluk keduanya. Tak terasa air mataku jatuh. Ya Allah aku pasti rindu suasana seperti ini. Kehangatan yang tidak ada duanya dan hanya bisa didapatkan di tengah-tengah keluarga. Sejak libur hanya satu minggu waktu awal-awal ujian mas Aziz sudah kembali ke pesantrennya dan aku belum pernah ketemu karena tiap kali Abah sama Ummah nyambang beliau tidak pernah mengajakku, jadi rasa rinduku semakin menjadi saat suasana-suasana seperti ini.

Kisah Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang