Bidadari Gazebo💙

15 4 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد

Happy reading kawan😉

***

"Gimana hasilnya, kamu nggak salahkan?" tanya Ira saat Eca datang dari kantor.

Diamnya Eca bisa kutebak, semua tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Ca?" tanyaku saat Eca hanya diam saja.

"Nggak ada bukti yang bikin aku nggak bersalah semua udah jelas kalau aku yang salah."

Pasti ada yang salah. Mana bisa dia ngambil uangnya padahal seharian ini kita nggak ada yang pisah.

"Besok habis istirahat pertama hukumannya." katanya dengan tatapan lurus kedepan.

"Mbak yang sabar ya, kita semua yakin kalau mbak nggak bersalah." ucap Naina.

"Aku nggak tau harus gimana nanti kalau ibu sama bapak tau masalah ini, aku nggak mungkin bohong."

"Kita pasti bantu kamu Ca, kamu tenang aja." kata Ira.

"Ra, temenin mbak ke kamar mandi yuk." ajaku pada Ira sambil berdiri.

"Ya Allah mbak, kenapa? Mbak nggak papa?" Teriakan Eca berhasil membuatku sadar kembali setelah tiba-tiba hilang keseimbangan.

"Nggak papa kok, udah biasa ini." ucapku berusaha menenangkan mereka.

"Beneran nggak papa mbak?"

Kata Naina yang hanya ku balas dengan senyuman. "Udah, ayok Ra."

Memang akhir-akhir ini aku merasakan bahwa tubuhku rasanya lemah sekali, sering capek dan pusing padahal aku hanya melakukan pekerjaan yang masih bisa dikatakan normal.

"Nggak kasihan kamu sama temen kamu?" tanya Maya saat aku baru saja keluar dari salah satu bilik kamar mandi.

"Maksud kamu apa ya, aku nggak ngerti." aku pun menatapnya.

Bukannya menjawab Maya malah melenggang pergi. Aku terus menatapnya sampai diluar toilet.

"Dia kenapa lagi Ki?"

Pertanyaan Ira membuat ku menatapnya dengan heran "Emang kenapa Ra,"

"Nggak papa, cuma tadi aku nyapa eh dia malah sinis, berasa nyapa musuh."

Maksud ucapan Maya tadi apa, siapa yang nggak kasihan kalau temennya sendiri kena musibah.

"Ki, ada jadwal piket dapur nggak hari ini?" pertanyaan Ira membuatku berpikir sejenak.

"Ada, nanti ba'da dhuhur. Eh kamu juga kan?"

"Iya sih, tapi aku males hari ini. Mau izin boleh ya." jawabnya sambil cengengesan.

"Ih, mana boleh, pokoknya nanti tetep ke dapur enak aja mau izin, aku kan nggak berani berangkat sendiri."

"Berapa lama sih kamu ada disini, udah lama juga masa nggak berani sendiri."

Aku menghentikan pergerakan ku untuk mengambil sandal yang akan ku simpan di rak depan kamar. "Gimana ya, rasanya nggak biasa aja gitu." cicit ku yang dibalas gelengan oleh Ira.

"Iya-iya nggak jadi izin. Puas kamu." jawabnya agak jengkel.

Ira itu unik. Kadang manggil pakek embel-embel mbak kadang langsung nama kayak tadi. Tapi itu ndak masalah buatku.

Siang ini panas matahari cukup terik, Alhamdulillah kalau gini jemuran cepet kering.

"Mbak Kiya, beli es yuk." Naina yang baru kembali dari kamar mandi menghampiriku.

Kisah Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang