-Hati lo pernah di masukin ke dalam kulkas ya? dingin banget-
Pintu gerbang SMA Cendrawasih di buka paksa. Satpam yang di tugaskan untuk menjaga murid-murid yang terlambat kini sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Suara motor besar yang memekakan telinga mulai terdengar jelas hingga ke lapangan utama.
Suasana upacara yang awalnya hening kini berubah menjadi gaduh. semua orang mengalihkan perhatian mereka pada cowok yang baru saja memarkirkan motor besar nya itu.
Dengan seragam sekolah yang berantakan, tanpa menggunakan dasi ataupun ikat pinggang. Cowok itu berjalan santai menuju lapangan upacara. Mengabaikan tatapan tajam yang di berikan oleh guru-guru yang ada disana.
"FARESTA IMANUEL ATALA, maju ke depan sekarang!" teriakan dari kepala sekolah terdengar sangat menakutkan bagi seluruh murid. Tapi itu tidak berlaku untuk Faresta. Cowok itu maju ke depan dengan tatapan datarnya.
"Kamu selalu terlambat masuk sekolah Faresta," ujar kepala sekolah berusaha menahan amarah. "mau jadi apa kamu nantinya kalau begini terus."
"Saya gak mau jadi apa-apa" balas Faresta cuek.
"Kamu mau melawan saya!" kata kepala sekolah dengan nada membentak.
"Tadi kan bapak yang tanya. Ya saya cuma jawab sesuai keinginan saya terus letak salahnya dimana. " kata Faresta malas.
"Kamu sekarang juga lari keliling lapangan upacara 10 kali, setelah itu hormat di tiang bendera sampai bel pelajaran pertama." ucap Kepala Sekolah.
Faresta tidak menjawab dan langsung berlari mengelilingi lapangan upacara. Hal ini sudah terlalu biasa baginya, hukuman seperti ini tidak akan pernah bisa membuatnya berhenti untuk datang terlambat dan membolos.
---
Faresta kini tengah duduk di kantin sambil menikmati tiap tegukan es teh yang terasa sangat menyegarkan di cuaca panas seperti ini. Hingga tepukan di pundaknya membuat Faresta menoleh. Dan mendapati teman-temannya.
"Pare jahat banget gak ngajak-ngajak kita ke kantin. Musuhan ajalah gue ama lo." kata Anta pura-pura kesal.
"Yaudah musuhan aja. Besok siapin barang-barang lo terus pindah dari rumah gue." ucap Faresta datar.
"Bahaha mampus lo Nta. Ntar jadi gembel dong kalau di usir Pare." ujar Narmada sambil tertawa.
"Lah jangan gitu dong anjir. Gue mau tidur dimana kalau lo usir gue. Jahat banget lo sama sepupu sendiri." kata Anta memelas.
"Tadi kan lo sendiri yang bilang mau musuhan sama gue." ucap Faresta.
"Gue bercanda doang. Mana mungkin gue beneran mau musuhan ama lo. Ntar kalau gue beneran lo usir. Gue pasti si suruh balik ke rumah mama sama papa. Lo tau sendiri kan gimana keadaan gue disana. Gak di kasi keluar malam. Gak boleh pulang telat. Gak bebas banget." kata Anta panjang lebar.
"GOBLOK ANTA GUE NGAKAK. KENAPA ADA ORANG SE-TOLOL LO HAHAHAHAHA." kata Deta sambil tertawa terbahak-bahak.
"Lo antara polos sama keterlaluan bego Nta. Sumpah muka lo kayak orang ketakutan parah. Sampe keringetan gitu." kata Narmada
"Mana mungkin Pare ngusir lo cuma karena hal sepele kayak gini. Walaupun Pare songong parah. Tapi dia gak bakalan ninggalin keluarganya lah. Kita semua kan keluarga." kata Armanta mendadak bijak.
"Tumben bener otak lo Ar. Biasanya mana pernah. Abis kepentok apaan?" tanya Deta.
"Sialan, pala lo sini gue pentokin ke tembok. Biar nambah miring tuh otak." ucap Armanta sadis.
"Jangan dong Ar, kasian." kata Narmada.
"Emang cuma lo yang baik ke gue Nar. Ntar gue bayarin deh. Lo pesen aja apa yang lo mau. " ujar Deta.
"Oke ntar gue pesen. Tapi sebenarnya gue belum selesai ngomong. Maksud gue tadi itu. Lo jangan pentokin si Deta ke tembok. Kasian temboknya gak salah apa-apa. Maksud gue gitu." Kata Narmada menjelaskan.
"Brengsek, gak jadi gue traktir lo." kata Deta kesal.
Terdengar suara tawa dari lima laki-laki berbadan tegap itu. Ya terkecuali Deta yang masih kesal karena ulah sahabat-sahabatnya.
"Gue gak ngerti lagi. Kenapa Deta kalau lagi ngembek gitu keliatan lucu banget sih." kata Aprila sambil terus menatap Deta dari jauh.
"Gantengan juga Anta. Senyumnya bikin diabetes." ucap Lonita.
"Gue sih tetep milih Narmada. Anaknya asik terus suka bikin orang ketawa lagi. Pokoknya tipe jodoh idaman gue banget" kata Gandiwa heboh.
"Kalau lo lebih suka siapa Re?" tanya Lonita.
"Gak usah di tanya lagi itu mah. Rehana pasti sukanya cuma sama Faresta Imanuel Atala." kata Gandiwa.
Pipi Rehana memerah, malu. Semua hal tentang Faresta adalah bagian kesukaannya. Faresta yang dingin dan angkuh itu nyatanya berhasil membuat Rehana jatuh cinta sangat dalam.
"Tuh kan pipinya merah. Faresta ganteng ya Re. Lo suka banget ya sama dia." kata Aprila menggoda sahabatnya itu.
"Lo semua apa-apaan sih. Jangan gitu dong. Gue jadi malu nih." ucap Rehana menutup mukanya dengan dua telapak tangan.
"Eh tapi ya, menurut gue Faresta harusnya di lempar ke gunung berapi." ucap Lonita.
"Dih ngapain Faresta di lempar ke gunung berapi. Lo mau jadiin dia tumbal hahaha." Aprila terkekeh pelan.
"Bukan gitu, gue cuma ngasi saran doang. Siapa tau abis di lempar ke gunung berapi sifat dingin Faresta jadi ilang." kata Lonita polos.
"Lo emang cocok banget sama Anta. Sama-sama keterlaluan polos yang mengarah ke bego." ucap Gandiwa kesal.
"Eh tapi gue beneran cocok sama Anta?" tanya Lonita.
"Lon mending lo diem. Dari pada nih garpu melayang ke muka lo." kata Aprila datar.
Dan Rehana hanya bisa tertawa melihat pertengkaran sahabat-sahabatnya itu. Bagi Rehana mereka sangat berharga. Mereka adalah tempat Rehana untuk berbagi cerita di saat ia tidak lagi mampu bertahan.
----
Matahari bersinar dengan sangat terik. Rehana berjalan tergesa-gesa menuju pintu gerbang SMA Cendrawasih. Berharap masih ada angkot yang lewat.
"Yah kok udah sepi, gue pulangnya gimana dong?" Rehana bergumam lirih.
Sebuah motor besar berhenti di belakang Rehana. Pemilik motor itu membunyikan klaksonnya. Dengan helm full face dan jaket kulit hitam. Rehana tau pasti siapa pemilik motor besar itu.
"Faresta..." kata Rehana ketika ia membalikan badan. Faresta yang selalu ia dambakan kini ada di depannya membuat Rehana terpaku.
Faresta membuka helm nya. Kemudian menyugar rambutnya yang berantakan ke belakang. Matanya menatap tajam ke arah Rehana.
"Minggir!" hanya itu yang di ucapkan Faresta. Singkat, padat dan jelas. Tidak perlu basa-basi.
"Hah? kenapa?" kata Rehana tersadar dari lamunannya.
"M I N G G I R!" Faresta memberi penekanan di tiap kata yang di ucapkannya.
"Oh iya, maaf aku gak tau kalau kamu mau lewat. " kata Rehana sambil menepi dari depan pintu gerbang.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, Faresta memasang kembali helm nya. Kemudian melajukan motornya meninggalkan Rehana.
Rehana tetap diam di tempatnya. Menatap Faresta yang mulai menghilang dari pandangannya. Boleh kah ia berharap pada cowok itu?
"Kamu mungkin gak akan pernah tau. Kalau kamu adalah alasan dari senyum seseorang. Makasih karena udah ada di hidup aku Faresta Imanuel Atala." ujar Rehana tersenyum tulus.
Terimakasih sudah membaca ❤
Jangan lupa vote dulu sebelum baca dan komen setelahnya okey
Salam hangat dari Rehana Dan
Salam Dingin dari Faresta
KAMU SEDANG MEMBACA
FARESTA
RomanceNamanya Faresta Imanuel Atala. Dia pemimpin Andrea yang amat di takuti. Tidak ada seorang pun yang boleh membantah perintahnya. Faresta kejam, angkuh, dan sangat mengerikan. Semua siswi di SMA Cendrawasih jatuh hati padanya. Tapi Faresta tidak perna...