4. Yang Menyimpan Berjuta Luka

17 0 0
                                    

"Ketidak pedulian mu membuktikan semuanya. Bahwa faktanya kamu benci aku ada di dekatmu."


"Alexis bakal datang ke sekolah kita! mereka mau nyerang." Lonita berteriak heboh di depan kelas.

"Hah, seriusan Lon?!" tanya Zaza, salah satu siswi kelas X Ipa1.

"SERIUSAN ANJIR! TADI DETA UDAH NGUMPULIN SEMUA ANAK-ANAK ANDREAS DI LAPANGAN." ucapnya dengan suara lumayan keras.

Setelah mendengar ucapan Lonita barusan. Semua murid langsung berlarian keluar dari kelas. Mereka harus mencari tempat yang aman jika tidak ingin terlibat dalam urusan dua geng itu.

"Kita harus kemana sekarang? gue takut." kata Aprila gemetar.

"Gue juga bingung Pril, serangan mereka mendadak banget." ucap Gandiwa.

"Gue keluar bentar, kalian cari tempat aman buat sembunyi." ujar Rehana membuat teman-temannya menatapnya khawatir.

"Lo mau kemana lagi Re, jangan aneh-aneh. Kita lagi dalam situasi buruk, lo jangan pergi." Lonita berusaha membujuk Rehana agar menurut. Tapi gadis itu sangat keras kepala.

"Gue pasti bakal nyusul nanti. Kalian tenang aja." Lalu setelah mengatakan itu, Rehana berlari keluar dari kelas.

Rehana terus menyusuri koridor sekolah yang kini tampak sepi. Sepertinya orang-orang sudah mencari tempat untuk melindungi diri.

Langkah kaki Rehana berhenti di depan pintu kelas Faresta. Tanpa permisi gadis itu langsung masuk ke dalam. Ruangan kelas Faresta sepi. Tapi Rehana tau kemana cowok itu pergi. Jika tidak ada di kelas, maka Faresta pasti ada di rooftoop sekolah.

----

"Lo yakin mau ngelawan Daffa sendiri? gue gak ngeraguin kemampuan lo soal bela diri. Tapi Daffa itu licik, dia pasti punya rencana lain." Deta memberi peringatan pada Faresta.

Cowok itu berencana akan menghajar Daffa sendirian. Tentu Deta melarangnya, karena Daffa selalu bermain dengan cara curang.

"Kita lawan bareng-bareng aja Far, semua anak Andreas pasti bakal turun tangan buat ngelawan mereka. Lagian gue gak sabar pengen nonjok muka mereka satu-satu haha" Narmada tertawa sinis.

Pintu rooftoop tiba-tiba terbuka. Rehana berjalan menuju ke arah Faresta dan teman-temannya.

"Faresta, aku mau ikut kamu!" ucapnya dengan mantap, tidak terlihat main-main. Membuat semua yang ada di sana seketika terheran-heran dengan keinginan Rehana.

"Gak usah! ntar kalau lo kenapa-napa siapa yang mau tanggung jawab njir." seru Anta tidak terima.

"Mending lo pulang deh. Jangan minta yang macem-macem." kata Narmada.

"Aku mohon Faresta, aku harus ikut kali ini. Perasaan aku gak enak." Rehana memohon pada Faresta. Berharap cowok itu akan mengizinkannya.

"Terserah, tapi kalau lo dalam bahaya. Tanggung sendiri akibatnya."

"Makasih Fares, aku janji bakal jaga diri aku baik-baik. Kamu juga janji ya kalau kamu gak boleh kenapa-napa, gak boleg luka atau lecet sedikit aja." ujar Rehana pada Faresta.

Setelah akhirnya mendapatkan izin, Rehana pergi meninggalkan rooftoop. Ia harus bersiap-siap untuk pertempuran dengan Alexis, dan terutama Daffa.

FARESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang