KATA JIEZA O1

1.2K 211 223
                                    

Jieza melangkahkan kakinya menyusuri gang yang sempit dan kumuh, ia masih mengingat jalan menuju rumah lamanya walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.

Dia menghentikan langkahnya di salah satu rumah yang keadaan nya cukup memprihatinkan.

Itu adalah rumahnya, walaupun sudah bertahun tahun tidak ditempati rumah lamanya masih bagus dan layak untuk di tempati, hanya saja sebagian barang di rumahnya sudah terlihat usang dan juga sebagian sudah rusak. Ia merebahkan dirinya di sofa tua milik keluarganya.

"Hahhhh..."

Jieza menghela nafas berat, hidup sebatang kara dengan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk menopang hidupnya memang sangat menyusahkan.

Ia memejamkan matanya dan kembali mengingat kejadian dimana keuda orang tuanya harus pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Dulu saat masih ada orang tuanya kehidupan keluarganya sangat amat tercukupi, namun entah nasib apa yang menimpa Jieza sehingga ia harus kehilangan kedua orang tuanya saat berumur 8 tahun.

Orang tua nya meninggal dengan keadaan yang mengenaskan, mobil orang tuanya menghantam truk kontainer yang berhenti dadakan.

Jasad ayah nya ditemukan dalam keadaan tangan kiri yang terpisah dari badannya, dan jasad ibu nya ditemukan dengan pecahan kaca di mukanya dan juga badannya.

Jieza kecil pun dengan terpaksa harus meninggalkan rumahnya dan diurus oleh kakek neneknya di Yogyakarta.

Kenangan kenangan indah bersama keluarga kecilnya membuat perasaan Jieza campur aduk.

"Kenapa kalian enggak bawa aku sama kalian, kenapa kalian tega biarin aku hidup sebatang kara seperti ini, aku kangen kalian",  ucap Jieza yang sudah tidak kuat menahan tangisnya.

Semua yang terjadi terlalu berat baginya.

Jieza mengusap air mata yang berada di ujung pelupuk matanya, lalu ia mengambil kertas yang dia temukan di dinding dekat rumahnya.

Kertas itu tentang lowongan kerja Kasir Minimarket.

"Besok aku mau mencoba melamar kerja, doain ya pah mah", ujar Jieza sambil memandang foto kedua orang tuanya yang terpajang di dinding rumahnya.

Hari ini Jieza bangun lebih cepat, dia sangat bersemangat untuk sekolah barunya, terlebih lagi dia masuk sekolah dengan jalur prestasi dan mendapat beasiswa.

"Mama papa doain jie yaa, hari ini hari pertama Jieza di kelas 11, oh iya Jie juga masuk ke sekolah lewat jalur prestasi"

"Papa sama mamah pasti bangga kan disana", lanjut Jisung berbicara di depan foto kedua orang tuanya.

"Ah iya, hari ini Jie juga mau ngelamar kerja jadi kasir di minimarket, kalian jangan lupa doain dari sana ya", dia tersenyum pedih menatap foto itu.

Entah mengapa dirinya yakin orang tuanya pasti mendengar apa yang ia ucapkan.

Di perjalanan Jieza tersenyum melihat beberapa perubahan yang terjadi di Jakarta. Ia sungguh merindukan kota kelahirannya ini.

Sesampainya disekolah, Jieza benar-benar dibuat terkejut dengan penampilan sekolahnya. Sangat mewah dan megah itulah tanggapannya.

"Oi jangan berhenti di tengah jalan dong, ngehalangin jalan aja. Nanti gue telat ngelihat kak Sabiru", teriak seseorang dibelakangnya.

Sabiru ? Tanya Jieza di pikirannya...

Jieza berjalan menyusuri lorong kelas sambil membaca papan nama kelas yang terpajang di pintunya. "Kelas beasiswa dibagian mana ya"

Hingga akhirnya dia menemukan kelasnya dibagian ujung. Betapa kagetnya Jieza saat melihat kelasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kata Jieza ─ JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang