part 9

12 1 0
                                    

Vote sebelum baca

ABUYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI SANGAT SEMANGAT DALAM MENUNTUT ILMU

Abuya Sayyid Muhammad adalah sosok guru yang pantas dipuji, disanjung dan di idolakan. Tidak berlebihan kiranya jika para murid-muridnya mengatakan beliau seorang yang sempurna dalam menuntut ilmu, sempurna dalam berteman, sempurna dalam berbakti kepada orang tua dan gurunya, sempurna dalam bermu'amalat, sempurna dalam mengajar dan mendidik, dan sebagainya.

Ini semua tidak bermaksud merendahkan guru-guru yang lain.
Abuya Sayyid Muhammad sendiri pernah berkata:
"Jika kita memuji seseorang yang kita idolakan bukan berarti kita meremehkan yang lain, selama kita tidak merendahkan".
Terkait hal ini beliau pernah menuturkan pepatah arab yang populer:
كلُّ فَتاةٍ بأَبيهاَ مُعجَبَة
"Setiap anak pasti mengidolakan ayahnya"
begitu juga halnya al-faqir (Al-Habib Mustofa) yang senantiasa mengidolakan beliau.

Hal menarik yang perlu di sebutkan disini ialah ketika beliau melanjutkan studi formalnya di Univetsitas "al-Azhar" Cairo-Mesir, beliau juga menyempatkan diri memperdalam ilmu non formalnya kepada para masyayikh di negri yang kaya dengan para masyayikh dan auliya' itu.

Demi menuntut ilmu dan mencari barokah dari mereka, beliau rela mengorbankan waktu, harta dan tenaganya dengan bermukim di plosok desa. Salah satunya beliau berguru kepada as-Syekh Muhammad bin Abdullah al-'Aquri yang di karuniai usia panjang oleh Allah,

sebab beliau adalah murid dari as-Syekh Ibrahim al-Bajuri, pengarang kitab "TUHFATUL MURID" syarah nadhom "JAUHAROTUT TAUHID" karya as-Syekh Ibrahim al-Laqqoni.

Abuya Sayyid Muhammad mendatangi as-Syekh al-'Aquri ini di pedalaman Mesir, sebuah desa bernama "ash-sha'id". Untuk sampai ke desa tersebut, beliau harus gonta-ganti kendaraan, mulai dari kendaraan bermotor hingga delman.

Semua itu beliau lakukan demi mencari sanad hadits yang tinggi. Dan setelah memperolehnya, beliau memberitahukannya kepada ayahanda-nya di Makkah. Sang ayah pun sangat mendukungnya dan senang mendengarnya.
Bahkan, tak jarang sang ayah meminta sanad melalui putranya (Abuya).

Jadi, jika as-Sayyid Alawi meriwayatkan sebuah hadits atau kitab dari as-Syekh al-'Aquri atau as-Syekh Ibrahim al-Bajuri, pasti beliau meriwayatkan melalui putranya (Abuya) terlebih dahulu.

Itulah contoh nyata dari semangat Abuya as-Sayyid Muhammad saat menuntut ilmu, beliau pernah berkata: "Aku merasa sedih dan gelisah pada hari dimana aku tidak mengajar. Dan sebaliknya, aku merasa senang dan tenang pada hari dimana aku mengajar".

Beliau juga pernah berkata: "Semua hidupku untuk ilmu dan orang yang berilmu".
Itulah sosok murabbi yang pantas diteladani.

*Dikutip dari kitab "Al-Injaz Fi Karomati Fakhri al-Hijaz.
*Karya Al-Habib Mustofa bin Husein al-Jufri.

Sumber : @al.hoed.15

Kisah Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki Al-Hasani❤Where stories live. Discover now