part 19

10 1 0
                                    

Vote sebelum baca

💖🌹Perhatian Rasulullah SAW Kepada Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah Prof. Dr. As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki.💖🌹

Telah disabdakan oleh Rasulullah SAW:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ حَدَّثَنِي ابْنُ الْهَادِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَأَى الْحَقَّ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَكَوَّنُنِي

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits telah menceritakan kepadaku Ibnul Al Had dari Abdullah bin Khabbab dari Abu Sa’id Al Khudzri, ia mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa melihatku, berarti ia telah melihat yang sebenarnya, sebab setan tak bisa menjelma sepertiku.”. (HR. Bukhari No.6482)

Menurut kesaksian murid-murid beliau, Abuya Prof. Dr. As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani menjalin hubungan yang sangat dekat dengan datuknya, Rasulullah SAW. Kedekatan itu diantaranya, setiap beliau akan mengangkat murid baru di ribathnya, beliau akan konsultasikan terlebih dahulu kepada Rasulullah SAW. Ini bukan hal yang aneh, sebab beliau menyatakan bahwa Mudir Aam Ribath beliau di Rushoifah adalah Rasulullah SAW. Sehingga segala hal yang berkaitan dengannya, patutlah kiranya selalu melalui izin dari Rasulullah SAW.

Di lain kesempatan, beliau sering bertemu secara langsung dengan Rasulullah SAW, baik dalam mimpi maupun dalam keadaan terjaga. Berikut ini diantara sekian banyak kisah karomah beliau yang diriwayatkan oleh murid-murid beliau. Selamat membaca…

Diantara karomah Abuya as-Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki adalah banyak murid dan pecinta beliau yang bermimpi jumpa Rasulullah Saw. ternyata sosoknya nyaris sama dengan sosok Abuya al-Maliki. Ini merupakan bukti nyata adanya i’tina’ khashshah (perhatian khusus) dari Rasulullah Saw. untuk beliau. Seperti dikisahkan oleh salah satu murid beliau, KH. Luthfi Bashori Singosari Malang.

Ketika beliau baru datang dari Indonesia, beliau dengan teman-temannya ditempatkan di ‘Utaibiyyah, Makkah. Setelah satu bulan mereka dipindah oleh Abuya ke Madinah.

Ketika tiba di Kota Madinah, sebelum berziarah kepada Rasulullah Saw., mereka menempati syuqqah Babul ‘Awali hingga esok hari. Di malam hari,beliau bermimpi. Dalam mimpinya ia bersama teman-temannya pergi berziarah ke makam Rasulullah Saw. Sesampainya di depan makam, ternyata sudah banyak orang-orang yang menanti dan mengitari makam tersebut seakan-akan mereka menunggu seseorang yang akan keluar dari dalam makam. Murid itu pun ikut serta bergerombol bersama mereka.

Tiba-tiba dari arah belakang terjadi keributan kecil, dan orang-orang semua melongokkan kepala untuk menyaksikan apa yang terjadi. Ternyata di sana telah berdiri seseorang yang sosoknya nyaris sama dengan Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki. Sosok itu dikitari kerumunan orang yang berteriak-teriak ramah lantaran memanggil-manggil: “Rasulullah… Rasulullah… Rasulullah…”

Entah mengapa, seketika itu juga beliau meyakini bahwa yang datang tiada lain adalah perawakan Abuya, dengan segala bentuk pakaian yang biasa melekat pada diri Abuya. Secara spontan pula murid itu mendekati dan merangkul Rasulullah Saw.

Setelah terjaga dari tidur, beliau duduk termenung memikirkan apa yang baru saja dialaminya dalam mimpi yang relativ singkat itu. Ia tidak berani bercerita kepada siapapun, sebab takut salah. Hanya saja mimpi itu terus terbayang dalam benaknya. Hingga suatu ketika ia bertanya kepada salah seorang teman seniornya:

“Apakah ada diantara murid-murid Abuya yang pernah mimpi bertemu Rasulullah Saw.?”

Pada akhirnya beliau mendapat keterangan, ternyata banyak juga yang mengalaminya. Dan diantara mereka yang mengalami itu juga menyatakan bahwa sosok Rasulullah Saw. yang sering muncul dalam mimpi mereka nyaris sama dengan sosok Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani.

Sebelum kewafatannya, Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz al-Maliki al-Hasani berdoa 3 hal:
1. Ingin meninggal di antara murid-murid dan kitab-kitabnya.
2. Yang menshalatkan di Masjidil Haram adalah imam yang cinta kepada beliau, bukan yang benci atau memusuhinya.
3. Dan meminta agar jenazahnya sebelum dikebumikan di Ma’la bisa masuk di makam Sayyidah Khadijah al-Kubra Ra., istri Rasulullah Saw.

Pada kenyataannya semua yang beliau harapkan itu terwujud atas izin Allah Swt. Demikianlah salah satu bukti kecintaan Allah Swt. kepada beliau. Walaupun sempat masuk rumah sakit karena sakit yang datang tiba-tiba, tetapi ketika akan wafat beliau meminta agar dibawa pulang. Dan akhirnya beliau wafat di antara murid-murid dan kitab-kitabnya.

Ketika akan dishalati di Masjidil Haram, saat itu imamnya adalah orang yang tidak beliau sukai. Tetapi ajaibnya, ketika jenazah dimasukkan ke dalam masjid, si imam tadi seakan tidak bisa mengeluarkan suara sehingga dia mundur dan digantikan oleh iman lain yaitu Syaikh Muhammad Abdullah Subayyil, seorang imam yang dekat dan cinta dengan beliau.

Ketika puluhan ribu manusia mengiringi kepergiannya, keranda diusung dari Masjidil Haram menuju komplek pemakaman Ma’la. Lautan manusia meliputi jalan-jalan saat itu bergema tahlil dan dzikir. Subhanallah, ketika dekat dengan makam Sayyidah Khadijah Ra. tiba-tiba pintu yang menutup makam Sayyidah Khadijah terbuka. Sehingga jenazah beliau pun dapat memasukinya. Baru kemudian dikeluarkan kembali untuk dibawa ke Ma’la.

Beliau adalah seorang yang kasyaf, artinya Allah membuka untuk beliau sesuatu yang tertutup untuk orang lain sehingga sesuatu itu begitu tampak jelas baginya. Bahkan perbuatan manusia pun tampak di hadapannya. Hal ini kurang beliau sukai sehingga seringkali beliau meminta kepada Allah agar menghilangkan kasyaf tersebut.

Beliau pernah berkata kepada salah satu muridnya, al-Habib Shaleh bin Ahmad Alaydrus: “Wahai Shaleh, sesungguhnya perumpamaan maqam kasyaf dan jadzab dibandingkan dengan maqam yang di atasnya seperti anak perempuan kecil yang senang dengan bonekanya. Dia akan merasa cukup dengan boneka itu daripada sesuatu yang lebih berharga dan lebih mahal.”

Beliau memang sudah meninggalkan dunia yang fana ini tetapi tetap hidup di hati para pecintanya. Bahkan para ulama dan auliya’ mereka tidaklah mati begitu saja. Mereka tetap hidup di sisi Allah dan tetap memperoleh rizki dariNya. Ruh mereka bebas berjalan ke mana mereka inginkan sama ketika mereka masih hidup di dunia. Sebab ruh para kekasih Allah tidak dibelenggu atau diikat.

Hubungan beliau dengan para murid dan pecintanya terus bersambung sekalipun sudah berpindah alam. Banyak diantara murid beliau yang bermimpi mendapatkan petunjuk dan arahan dari beliau. Ketika mereka mendapatkan suatu masalah, beliau datang dalam mimpi untuk membantu memberikan solusi. Demikianlah para auliya’ yang tidak pernah putus mendapat rahmat Allah sekalipun sudah memasuki alam barzakh. Mudah-mudahan Allah mengumpulkan kita bersama beliau dan para auliya’ dalam keadaan ridha dan diridhai oleh Allah Swt. Aamiin.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

(Disadur dari buku “Mutiara Ahlul Bait dari Tanah Haram, Biografi Prof. DR. As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani” halaman 61-73).

Sumber fb Alwi Sungkar

Kisah Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki Al-Hasani❤Where stories live. Discover now