His Dad

10.6K 655 22
                                    

Happy Reading.

*

Semua tidak pernah bertanya siapa ayah Julian lagi, Aliya memilih tutup mulut dan semua diam. Julian jadi cucu kesayangan disini, bocah itu semakin dimanja dan semakin angkuh. Aliya harus ekstra menahan sang ibu untuk memanjakan Julian. Batasan Julian masih berjalan, Aliya tidak mau Julian jadi anak yang tidak bisa diatur. Tidak akan.

"J sudah Mama bilang diam dan makan. Mama buang semua PSP mu jika kau terus main" Aliya masih suka marah pada Julian, walaupun semua orang melarang, begini cara Aliya  mendidik Julian, karena Aliya terlampau mengerti Karakter Jimin dan Aliya tidak mau Julian menuruni sikap Jimin. Tidak mau.

"Mama berisik" tangan Aliya meraih PSP Julian dan membuangnya, tidak peduli ekspresi keras yang ditunjukkan sang anak. Marah jelas tapi Aliya jauh lebih marah. "Makan atau Mama kurung kau dikamar" bocah itu menatap tajam Aliya, tidak takut sama sekali. Hingga akhirnya menunduk dan akhirnya makan.

"Nak jangan kasar-kasar pada Julian"

"Tidak Eomma. Julian perlu dididik, dan aku tidak mau dia seenaknya sendiri. Dan aku mohon berhenti memanjakan dia. Dia akan semakin angkuh dan arogan aku tidak suka"

"Dia menuruni sikap Ayahnya. Percuma kau melarang" Aliya menatap tajam Taehyung. Apa-apaan laki-laki ini.

"Taehyung benar"

*

"Mama marah?" Aliya menggeleng dan memangku Julian, laki-laki kesayangannya jadi bayi lagi. Tidak mau lepas dari pangkuan Aliya. Sibuk bertanya apa Aliya marah karena insiden PSP tadi, Julian akan membujuk Aliya.

"Mama J mau main disini"

"Jangan keluar dari ruangan Mama dan ingat tidak ada kerusuhan apapun. Faham" Julian mengangguk faham. Tidak mau ditinggal dirumah dan ngeyel ikut ke kantor dengan Aliya. Bocah ini terlampau Aktif.

"Siap"

*

Julian bosan, tidak ada yang menarik dari mainan yanh dibawa pamannya kemari. Membosankan, Aliya meeting dan Julian ditinggal, salah Julian karena tidak mau ditemani siapapun.  Jika seperti ini lebih baik keluar saja. Aliya tidak akan marah hanya karena dirinya jalan-jalan sebentar. Tidak akan.

Kaki kecil Julian menyusuri koridor, melihat-lihat seperti menilai kantor sang Kakek. Langkahnya angkuh dan arogan. Kebiasaan.

"Aduh" pantat berisi Julian mencium lantai. Jelas karena ada yang menabraknya. Siapa sih yang tidak melihat dirinya? Dasar tidak punya mata.

"Hei kau baik-baik saja" wajah Julian sudah merah. Jelas marah pada yang menabraknya. Seorang perempuan lagi. " Ya ini sakit"

Teriakan Julian melengking membuat wanita itu terkejut, Julian membentak. "Dasar Bibi ceroboh" Julian bangkit dengan sudah payah,  mengusap pantatnya yanh sakit dan berjalan kembali keruangan sang ibu. Sial sekali.

*

"Kenapa J?"

"Pantat J sakit Ma. Jatuh tadi"

"Kok bisa"

"J jalan-jalan dan ada seseorang yang menabrak J. Sakit Ma" Aliya menggeleng pelan, begini jika Julian merasakan sakit. Mengeluh nomor satu dan terus minta disuap.  Astaga.

"Ma sakit" Aliya ikut mengusap pantat sang anak. Risi juga mendengar Julian merengek.

"Uh sakit"

"Ya Tuhan anak Park Jimin"

"Siapa Park Jimin Ma?" Dan Aliya menutup mulutnya spontan, astaga bagaimana bisa Aliya keceplosan. Ya Tuhan! "Jadi Papa namanya Park Jimin?"

Aliya memilih mengabaikan Julian, terus saja mengusap pantat Julian. Tau jika Julian mengerti akan ucapannya, Aliya bodoh.

*

Julian semakin ikut ke kantor, jika Aliya tidak mau mengajak maka Taehyung  dan Jin yang diekori. Bocah itu punya cara agar selalu dapat apa yang diinginkan. Otak Julian terlampau cerdas. Mendengar Nama sang ayah Julian ingin tau. Jika Mama nya tidak mau memberitahu maka Julian cari saja sendiri.

"J?"

"Hem?"

"Kenapa Kau ingin ikut ke kantor"

"Ingin. Uncle ada kenalan seseorang yang bernama Park Jimin?" Mulut Julian gatal ingin bertanya. Siapa tau Taehyung tau.

"Park Jimin? Banyak J, wanita apa Pria? Memang kenapa?"

"Pria. Dia menabrak J kemarin, J tidak sengaja melihat namanya. Makanya J tanya paman"

"Oh ada satu teman kerja Paman. Park Jimin namanya. Dia sering ke kantor"

"Bawa J bertemu dia. J mau minta tanggung jawab"

"Tentang?"

"Pantat J Sakit gara-gara dia tabrak"

"Ah baiklah"

*

Aliya kalang kabut saat Taehyung memberi kabar jika membawa Julian bertemu Park Jimin. Menyetir dengan kecepatan diatas maksimum untuk sampai ditempat yang Taehyung maksud. Julian benar-benar pintar dan memanfaatkan segala cara. Salah Aliya yang keceplosan. Ya Tuhan apa yang akan terjadi jika benar itu Jimin. Aliya rasa dunianya akan berakhir.

"Nona~~~" dan Aliya masa bodoh saat dihalangi resepsionis karena menerobos. Terus berlari menuju ruang yang Taehyung maksud.

Lelah, Aliya lelah berlari. Hanya tinggal membuka dan memastikan jika bukan Jimin yang ditemui anaknya. Semoga saja.

"Ayo Aliya~~~"

"Maaf Nona mau apa anda masuk kesana?" dan Aliya rasa dunianya runtuh seketika saat tau wanita itu. Istri Park Jimin, ya Tuhan.

"J Mama mohon" dengan sisa kesadarannya Aliya membuka pintu itu. Lutut Aliya seketika lemas melihat pemandangan yang terjadi didepanya.

"Ma..." itu Julian, langsung berlari kearahnya. Memeluk kakinya dengan erat. Aliya memejamkan matanya menyerah.

"Ayo ikut Mama Pulang. Kau seharusnya tidak sejauh ini J" Aliya menunduk dan membawa Julian kedalam gendongannya. Bocah itu tidak protes, tau jika dirinya salah. " Maaf Ma. J janji ini yang terakhir, tidak akan kesini lagi" Aliya tersenyum dan mengangguk.

"Maaf menganggu waktu anda Presdir Park" Aliya dan Julian meninggalkan ruangan Jimin. Benar saja karena Jimin yang Julian tuju.

"Nona..."

"Maaf masuk kerungan suami anda Nyonya.  Permisi"

Langkah Aliya terus membelah koridor, diam sambil menggendong Julian. "Kau mengerti kenapa Mama tidak pernah membawa mu bertemu Papa?"

"Hem. Karena Papa punya keluarga sendiri"

"J apa kasih sayang Mama kurang selama ini?"

"Tidak Ma. J hanya ingin tau seperti apa Papa, J sudah tau dan tidak akan mencari sesuatu lagi. Cukup disini Ma"

"Promise"

"Iam Promise"

*

Los Angeles, Aliya memutuskan pindah dengan Julian dan kedua orang tuanya kesini. Aliya tidak mau di Seoul lagi dan semua setuju. Tau jika yang berhubungan dengan Aliya adalah Jimin, mereka menyerah. Jimin sudah punya istri dan anak. Aliya hanya bayangan masa lalu. Taehyung dan Jin masih disana. Aliya pindah hanya ber 4.

"J berjanjilah kau tidak akan melakukan apapun lagi untuk mencari Daddy" jelas Aliya was-was jika Julian kembali berulah. Anak ini kelewat cerdas dan Aliya kewalahan sendiri.

"Iya Ma. Janji" Aliya memeluk tubuh Julian dengan sayang. Anaknya luar biasa.

"Ma boleh J jujur" cetus Julian tiba-tiba.

"Apa itu?" Tanya Aliya aneh, tumben Julian serius.

"Ada foto Mama di meja kerja Papa" jawab Julian polos.

"Lupakan J. Kita sepakat tidak membahas ini" kesal Aliya karena topiknya berubah jadi Jimin.

"Ah Sorry. Hanya ingin jujur" cetus Julian dengan senyum manis. Dasar.

Tbc.

Story My Bitch✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang