Ayam berkokok begitu semangat membuat orang yang sedang tertidur merasa terganggu. Aretha membuka matanya perlahan lalu memejamkannya kembali seolah Ia masih nyaman berada di alam mimpi. Kali ini Aretha terbangun bukan karena jam bekkernya melainkan karena suara ayam yang entah milik siapa.
Aretha meraba-raba meja nakas mencari ponselnya dengan mata yang masih terpejam dan posisi masih berbaring. Merasa tidak ada, Aretha pun terbangun dan mencarinya di bawah ranjang. Benar saja ponselnya ada di bawah ranjang dengan keadaan mengenaskan, layarnya retak. Ini sudah kesekian kalinya Aretha menjatuhkan ponsel saat tidur.
"Yahh retak lagiii.." Aretha membolak-balik ponselnya.
Aretha langsung mencharger ponsel yang baterainya tersisa 15%. Ia selalu mendengarkan lagu-lagu dari ponselnya sebelum tidur karena itu bisa membantunya untuk cepat mengantuk. Lagunya otomatis akan berhenti saat berada pada daftar lagu terakhir. Itu yang membuat baterai ponselnya berkurang di pagi hari.
Atetha berjalan kembali ke tempat tidur untuk membereskan seprainya yang berantakan akibat tidurnya yang seperti jarum jam.
"Aduhh masih ngantuk banget ini," ucap Aretha lemas.
Terdengar adzan Shubuh berkumandang Aretha cepat-cepat mencuci muka dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat shubuh berjama'ah bersama keluarganya. Ia berniat akan mandi setelah selesai sholat. Guru agamanya selalu mengingatkan "Jangan pernah kita melalaikan sholat."
"Tumben bangun sendiri, biasanya bangun karena teriakan Mami," celetuk Revlia ketika selesai sholat.
Aretha langsung menghentikan kegiatan melipat mukenanya.
"Idiihhh sok tau banget sih, Kak. Biasanya juga aku bangun sendiri gak pake teriakan Mami," Aretha membalas dengan kesal "ada juga kakak yang diteriakin dulu sama mami terus baru deh bisa bangun." lanjutnya.
"Apa perlu nih kakak tanya mami?" tanya Revlia dengan pandangan seolah menantang kejujuran Aretha. "Bener kan, Mi?" lanjutnya bertanya kepada sang Mami.
Meilina hanya menatap kedua putrinya lalu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala seolah tak berniat menjawab pertanyaan Revlia.
"Udah cepet lipat mukenanya terus langsung mandi. Mami mau siapin sarapan dulu.""Iya nih kak Lia mah bikin kesel terus sama adiknya" ucap Aretha.
"Yaelahh dek gitu aja kesel dasar baperan." balas Revlia tak mau kalah membuat Aretha cemberut.
Ketiganya pun baru meninggalkan tempat sholat. Sedangkan Rendi sudah pergi duluan. Aretha dan Revlia menuju kamarnya masing-masing sedangkan Meilina menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan.
Setelah selesai memakai seragam sekolahnya, Aretha langsung menuju meja belajar untuk memeriksa kembali perlengkapan sekolah yang sudah dimasukkan ke dalam tas barangkali ada yang ketinggalan. Ia tidak mau nanti harus datang terlambat karena kembali pulang mengambil barang yang ketinggalan.
"Udah beres nih."
Terdengar bunyi getar ponsel. Aretha langsung mengambil ponselnya yang menampilkan ada pesan masuk di layarnya.
"Mau berangkat sekolah bareng gue ngga Tha?"
Itu isi pesan yang Handin kirim ke Aretha. Saat hari pertama mereka sekolah, mereka langsung cepat akrab.
"Gausah Din, gue bawa motor sendiri kok"
Aretha langsung membalasnya. Tak butuh waktu lama terdengar kembali pesan masuk.
"Gpp kali kalo mau bareng, kebetulan gue kan ngelewatin rumah lo"
Aretha memikirkan kembali tawaran Handin, bukan Ia tidak mau berangkat sekolah bersama tapi Ia tidak mau merepotkan Handin ya walaupun sudah mulai akrab tapi itu tetap saja rasa 'tidak enakan' Aretha masih ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA
Teen FictionNamanya Aretha El Briathna. Kebanyakan orang biasa memanggilnya Retha. Gadis cantik nan manis yang memiliki mata kecoklatan, alis tebal, berkulit putih, hidung mancung dan berambut hitam. Aretha terlahir dari keluarga sederhana dan harmonis. Meski d...