Cahaya matahari menerobos jendela kamar seseorang yang tengah tertidur lelap. Ruangan kubus dengan ukuran 6 x 6 meter berkeramik putih dan bercat cokelat, dindingnya dipenuhi coretan spidol. Pengap dan berantakan. Kabel-kabel berserakan diatas lantai, bergelantungan di lemari dan bergulung gulung di pojokan kamar. Suara mesin CPU yang masih mendesing serta layar komputer yang berpendar pendar ditinggal begitu saja oleh pemiliknya.
Suara klakson truk pengangkut sampah memecah gendang telinganya. Lelaki itu terbangun dengan mata merah serta rambut kusut persis seperti gembel dipinggir jalan. Bukan karena apa dilihat dari kondisinya Ia habis lembur semalam penuh.Menyampirkan handuk di bahu lantas menyikat gigi serta mencuci mukanya. Mandi? Pantang bagi pemuda seperti dia mandi di rumah sepagi ini pula. Berwudu dilanjutkan sholat subuh. Jika dilihat tampangnya memang seperti itu, tapi kalian tahu dia tidak pernah meninggalkan sholat. sosok Ibu adalah alasan utamanya. Elok mengambil laptop serta beberapa kertas di meja, memakai jaket sambil menatap cermin. " huft.......berantakan" keluhnya dalam hati, tidak begitu peduli dengan penampilannya Ia langsung menuruni anak tangga kayu dengan sekantong plastik penuh sampah.
" Telat lagi kak ? " suara lembut itu menghentikan langkahnya "iya Bu.... ada tugas dari kantor, jadi semalam Elok harus lembur" jawabnya santai sambil mengunyah tempe goreng yang masih mengepul. "Kerja kok tiap hari .....apa ngga capek kak? Cobalah ambil cuti sehari saja..." wajahnya menatap Elok penuh perhatian. " nggak bisa Bu ..... El belum bisa buat ambil cuti. Kantor sedang banyak pesanan. Mau nggak mau El harus sering lembur"
Suara klakson truk itu berbunyi ketiga kalinya " berangkat dulu Bu" Elok berpamitan kepada Ibunya. " nggak makan dulu kak?" "Nanti aja dikantor" Elok terburu buru memakai sepatu hingga lupa kantong sampahnya Ia tinggal di ruang makan. "Mmmmm.......bau apa ini. Elok tidak mandi tapi baunya tidak sebusuk ini" Ibu terlihat bingung " ouh.....anak ini lupa membuang sampah SEBENTAR PAK INI SAMPAHNYA " Ibu El berteriak menghentikan truk yang hampir jalan.
Pradangga Loka. Pemuda berumur 20 tahun itu kerap dipanggil El alias Elok. Bekerja di sebuah perusahaan " percetakan buku " gedung lima lantai di pinggiran kota. Dua puluh menit Ia sampai disana. Mengguanakan bola lintas. Bola lintas adalah sejenis angkotan kota 50 tahun yang lalu. Bentuknya saja yang berbeda tapi tujuannya sama. Transportasi umum milik negara. Prinsip seorang Elok, tak apalah berdesak desakan yang penting kantong tidak bekurang. Istilah lama yang masih sering digunakan. Walaupun alat pembayaran sekarang tidak menggunakan uang, melainkan benda kecil berbentuk koin. Hampir sama dengan kartu ATM tapi koin ini lebih simpel. kalian tempelkan saja di baju atau kantong dan splasshh..... koin itu akan menghilang. Dan jika ingin mengambilnya kalian hanya perlu mengetikan kode di tangan dan splaasshh.....koin itu muncul lagi. Pembayarannya sangat mudah dilakukan, setiap orang memiliki kotak koin. Disitulah koin diletakan. Mode suara dinyalakan dan secara otomatis nilai dalam koin tersebut berpindah. Jadi akan berkurang pencurian uang di negara ini.
kartu namanya tertulis sebagai salah satu staf disana, dengan penampilan sederhana Ia menuruni bola lintas, berjalan melewati jembatan kota kemudian sampai di halaman gedung. Tidak perlu berseragam cukup membawa kartu nama serta ransel berisi laptop.
Seorang penjaga bebadan tinggi dan besar menghampiri Elok "siapa kau Nak?" Sepertinya Dia penjaga baru disini pantas saja tidak mengenali Elok. "Saya staf disini Pak, bukankah seharusnya saya yang bertanya, siapa Bapak ?" Elok berkata santai. Dengan penampilan seperti orang di wilayah luar, pantas saja penjaga itu tidak mempercayainya. Beberapa menit terjadi pertikaian ringan hingga membuat pemimpinnya turun tangan. "Terima kasih sir...." Elok melambaikan tangannya. "Lain kali gunakan gajimu untuk membeli pakaian Nak, jika terus terusan seperti ini kau akan diusir" gurau sang pimpinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elok
AdventurePerjuangan seseorang untuk mengembalikan kenangan lama di tengah kekacauan dunia yang begitu besar