By Cloversia
Aku selalu dikelilingi oleh banyak orang yang menyukai diriku, tetapi banyak dari mereka hanya ingin memanfaatkan diriku hanya karena aku adik dari kepala sekolah ini. Sebenarnya aku kurang suka apabila dikelilingi dan diberi kata-kata manis oleh siswa-siswi di SMA Harapan Jaya ini. Yah, jujur aku memang lebih suka menyendiri di halaman belakang sekolah yang kebetulan dekat dengan ruangan kepala sekolah alias ruangan kakak laki-laki ku. "Hey, begitu suka dengan halaman belakang hah? Kenapa tidak masuk ke dalam ruangan ku saja?" sahut Jonathan Allendis, kakakku.
"Aku hanya tidak ingin menjadi pusat perhatian satu sekolah dengan nongkrong di ruanganmu, lagipula pasti banyak gadis-gadis sedang mengamatimu di luar ruanganmu kan?" jawabku.
Namaku Lisa Allendis anak bungsu dari keluarga Allendis sekaligus satu-satunya anak perempuan dikeluarga Allendis. Aku mempunyai dua orang kakak laki-laki, Jonathan adalah kakak tertuaku. Jonathan memiliki jarak umur 10 tahun denganku, sedangkan jarak umur dengan kakak keduaku hanya 5 tahun. Sejak dulu aku memang sangat populer dikalangan para siswa, alasannya hanya 2 yaitu karena aku memiliki wajah yang cantik dan karena aku anak keluarga Allendis yang terkenal di seluruh negeri.
Kedua kakakku juga sama halnya denganku, mereka mempunyai wajah nan rupawan, badan yang sangat atletis, kepintaran yang melebihi orang-orang pintar lainnya dan juga dengan sekali tatapan dari mereka para gadis yang melihatnya akan jatuh pingsan terpesona akan ketampanan mereka. Kami bertiga dari dulu memang sudah diajarkan disiplin, olahraga teratur, makan teratur yang menjadikan kami mempunyai badan yang bagus.
Ayahku, Jordan Allendis adalah orang yang sangat tegas pada semua orang tak terkecuali anaknya. Ayah memang tak pernah membiarkan kami hidup bebas sesuai keinginan kami masing-masing karena diaklah yang akan menentukan masa depan kami. Ayah menentukan masa depan Kak Jonathan sebagai penerusnya, yakni mengurus perusahaan yang sedang dikelolanya temasuk SMA Harapan Jaya ini. Sedangkan kakak keduaku, Joe Allendis ditentukan sebagai dokter bedah karena Ayah yakin bahwa Kak Joe cocok menjadi dokter bedah alasannya Kak Joe dari dulu memang sangat tertarik dengan dunia kedokteran. Sedangkan aku anak perempuannya ditetapkan sebagai model, disini hanya aku sendiri yang memasuki dunia industri bersama dengan ibuku yang seorang aktris.
Walaupun seorang model, nyatanya aku lebih suka menyendiri daripada berada bersama orang-orang yang hanya ingin menjilatku saja. Tetapi, pemikiranku berubah semenjak seorang murid pindahan masuk ke kelasku saat aku kelas 11. Murid pindahan itu tampak pucat, tapi dia terus saja tersenyum kepada semua orang. Orang-orang tampaknya menyukai dia yang terlihat mudah bersosialisasi.
Aku tak terlalu memperhatikan dia karena menurutku dia sama saja dengan orang-orang yang berasa disekitarku. Suatu saat dia menemukanku di halaman belakang, dia langsung menyapaku. "Halo, namaku Sunny Alvaro. Terserah kamu mau memanggilku apa, tapi siapa namamu?" ucapnya ceria.
Sunny Alvaro, itulah namanya yang sekali didengar pasti tau apa artinya. Aku hanya tersenyum kaku padanya dan berkata "Hai, Lisa Allendis," ucapku dingin padanya dan berharap dia pergi dari tempat beristirahatku. Tapi dia malah duduk bersama denganku. Dia hanya berbicara sendiri, aku bahkan tak bisa menyela kata-katanya, Sunny dia orang yang sangat menyenangkan pikirku.
Hari yang tidak bisa kulupakan saat pertama bertemu dengannya, bahkan saat pulang sekolah aku masih memikirkannya. Sunny Alvaro, Alvaro? Tunggu, tunggu dulu bukannya hanya ada satu keluarga Alvaro di Indonesia? Keluarga Alvaro yang terkenal akan kemampuan seluruh anggota keluarganya yang mahir memainkan alat musik. Karena penasaran aku tanya kepada Kak Jonathan, "Kak, kakak tau kan keluarga Alvaro?"
"um, ya. Kenapa?" kak Jonathan bertanya balik.
"apa ada anggota keluarganya yang bernama Sunny Alvaro?"
"Sunny Alvaro? Sepertinya aku tidak asing dengan namanya, ah ya! Sunny Nadine Alvaro! Dia anak bungsu dari keluarga Alvaro, kabarnya dia sedang menderita sakit kanker otak stadium akhir. Dia masuk sekolah juga karena dia ingin menghabiskan waktu terakhirnya bersama orang-orang,"
Aku sangat terkejut mendengar perkataan Kak Jonathan, kanker otak stadium akhir? Artinya jangka waktu hidupnya tidak lama bukan? "Ada apa tiba-tiba kau bertanya tentang Sunny?" tanya Kak Jonathan, "ini bukan seperti dirimu, Lisa. Seorang Lisa Allendis menanyakan tentang seseorang? Lisa Allendis yang tak peduli akan sekitarnya, tiba-tiba penasaran akan seorang Sunny Nadine Alvaro?" Kak Jonathan mulai curiga dengan tingkah anehku yang menanyakan Sunny. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku begitu penasaran dengan Sunny yang hanya seorang murid pindahan berwajah pucat itu. Setelah hari dia menemukanku di halaman belakang dia mulai sering mengunjungiku setiap waktu istirahat.
Jujur aku menikmati hal itu, tingkahku yang dulu sangat suka ketenangan mulai berubah perlahan. Sunny sering menceritakan banyak hal kepadaku, mulai itu dari kesukaannya, masa kecilnya dulu, bahkan kejahilannya. Tetapi dia tidak pernah menceritakan tentang penyakitnya kepadaku sampai dia jatuh pingsan dipelukanku.
Aku panik dan berteriak kepada Kak Jonathan melalui jendela kantornya Kak Jonathan langsung keluar sambil membopong Sunny untuk segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Aku sangat panik melihat Sunny dalam keadaan tak berdaya seperti itu, Sunny yang ceria itu tiba-tiba pingsan dihadapanku.
Aku menunggu Sunny sadar, Sunny tidak sadar cukup lama sekitar 3 hari lamanya. Saat ia pertama kali sadar keluarganya langsung menjenguknya dengan sangat khawatir. Aku bisa bernafas lega setelah mengetahui Sunny telah sadar dan aku berniat pulang dari Rumah Sakit tapi ibunya Sunny, Nadine Putri bilang bahwa Sunny ingin bertemu denganku "Lisa, kamu Lisa kan? Sunny bilang dia ingin bertemu dengan teman baiknya Lisa,"
Aku dengan ragu memasuki ruangan VIP tempat Sunny dirawat, dia masih sama dengan Sunny yang kukenal Sunny yang tersenyum dengan lebar padahal dia tau bahwa dia sedang dalam keadaan sekarat. "Lisa!" teriaknya padaku.
Dia mulai menceritakan penyakitnya, dia menderita kanker otak sejak dia berumur 10 tahun. Kanker yang dialaminya adalah keturunan dari sang Kakek, kedua orang tuanya berusaha menyembuhkannya dari kanker dengan segala cara yang ada tapi hasilnya tetap sia-sia. Kanker semakin menyebar dan membuat kondisi fisiknya mudah lelah. Namun untungnya pada kasusnya Sunny masih dapat berinteraksi dengan orang sekitar dengan mudah.
Sunny menyerah saat segala cara yang dilakukan orang tuanya tidak membuahkan hasil, permintaannya pada orang tuanya hanya satu ia ingin membahagiakan orang-orang disekitarnya sebelum Tuhan mengambil nyawanya. Orang tua Sunny menyetujui permintaan Sunny, Sunny sering memberikan bantuan pada anak-anak yatim, anak-anak yang bernasib sama dengannya. Seringkali Sunny menyanyikan lagu sambil bermain gitar untuk menghibur anak-anak yang menderita kanker atau penyakit langka lainnya juga. Sunny senang dapat membagikan kegembiraan bagi orang-orang sekitarnya termasuk membuat Lisa tersenyum. Tanpa sadar aku menangis saat mendengar ceritanya.
"dan kau tau kan Lisa, arti namaku 'Sunny' yaitu 'matahari'. Aku hanya ingin menjadi 'matahari' bagi semua orang, dan aku minta maaf sebelumnya tidak menceritakan tentang penyakitku padamu. Bolehkah aku meminta satu permintaan padamu?" ucapnya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk tanda ya padanya.
"maukah kamu melanjutkan tugasku menjadi 'matahari' bagi anak-anak di Rumah Sakit ini? Aku yakin kamu bisa, karena Lisa yang kukenal bisa menjadi apapun yang dia inginkan," pintanya padaku. "ya! Tentu saja aku akan melanjutkan tugasmu sebagai 'matahari' bagi semua orang,"
Setelah itu aku menepati janjiku pada Sunny, sebelum Sunny meninggal ia juga masih membantuku untuk menjadi 'matahari' yang dia mau. Sifatku juga berubah, seorang Lisa Allendis yang terkenal dingin menjadi ramah pada siapa saja. Aku sangat berterima kasih pada Sunny yang membuatku seperti ini.
Walaupun aku sendirian tanpa Sunny, aku akan menjadi penebar kebahagiaan bagi orang-orang. I will be the sun for everyone. And when i'm alone here i will remember you, Sunny Nadine Alvaro.
Setelah baca, biasakan vote dan share ya!! See You Next Time ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Quite Story : Cerpen
Short StoryBerbagai kisah menarik yang memiliki emosi berbeda dalam setiap kisah akan mengajakmu menikmati cerita yang seru. . . . Berikan vote dan like pada setiap kisah yang kamu sukai. Baca juga karya lainnya dari saya @cloversia dan @navyrin