🌱Season 9🌱

32 2 0
                                    

Mendua|Ost. Season 9
By: Astrid


Author POV

Shayla langsung menolak saat ayahnya meminta dia untuk berkunjung. Bukan tanpa alasan, tapi semua keputusan Shayla mengenai keluarganya harus melalui persetujuan Kakaknya terlebih dahulu.

Namun, sang ayah tak gentar. Dia tetap meminta Shayla untuk datang ke rumahnya barang sebentar.

"Ay, ayolah. Sebentar aja ke rumah Papa nak," bujuk sang ayah.

"Pa, Ayla kan udah bilang kalo Ay belum ijin sama Bang Rasya Ay gak mau." Jawab Shayla.

Tiba-tiba sang Kakak yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Hal itu membuat Shayla senang, dan langsung menghampirinya. Lalu mengadukan semua yang tadi dibicarakan dia dan ayahnya.

Raut muka Rasya berubah datar. Dia kini sedang menimbang-nimbang baik buruknya, hingga dia pun akhirnya mendapatkan satu kesimpulan.

"Boleh, tapi Papa harus janji! Jangan Papa tinggalin adik Rasya!" Pesan Rasya, mewanti-wanti ayahnya.

"Ok, Papa janji. Papa akan temenin Ayla." Jawab sang ayah.

Akhirnya Shayla bersedia untuk ikut pulang bersama ayahnya. Ya, walaupun dalam hatinya ia tetap merasa akan ada masalah nantinya. Tapi Shayla tetap senang bisa berjumpa lagi dengan sang ayah.

"Ma, ini Shayla anakku. Sekarang anakmu juga kok." Kata Sang ayah, sesampainya mereka di rumah.

"Oh, selamat datang ya." Shayla hanya bisa menjawab dengan mengangguk. Dia tidak mau banyak omong.

Shayla memandang ke sekeliling. Dalam hati ia berkata, rumah Papa bagus tapi sayang... Papa gak tinggal bareng sama gue, Bang Rasya, sama Mama kayak dulu lagi. Ada sedikit rasa sesak di dalam dada Shayla, namun rasa itu hilang karena ibu sambungnya kembali memanggil.

"Ada apa ya Bu?" Tanya Shayla, berusaha sopan kepada ibu sambungnya.

"Tolong jagain Ayla sebentar ya, inget! Jangan sampai Ayla makan eskrim di atas meja. Ibu mau pergi dulu." Kata sang ibu sambung dengan senyuman misterius yang ia sunggingkan setelahnya.

Shayla pun mengambil alih gendongan Ayla, sang adik. Dalam hati dia merasa agak tidak enak dengan yang akan dia lakukan ini. Apalagi mengingat sang ayah telah pergi menuju kantornya. Hanya tersisa dirinya dan kedua adiknya di rumah besar ini sekarang.

"Apa yang mungkin terjadi sama gue nanti?" Gumam Shayla.

Kemudian Shayla mengetikkan bahunya dan berpaling ke wajah Ayla. Wajah imut Ayla sangat mirip dengan wajah Shayla dimasa kecil, nama keduanya juga beraliran sama yaitu Ayla. Entah apa alasan sang ayah memberikan nama yang sama.

Perlahan Ayla kecil mengusap pipi Shayla dengan menggunakan telapak tangannya. Shayla hanya bisa terdiam sambil terus menatap ke arah sang adik yang kini sudah melepas tanganya.

"Ka! Aku mau pipis, tolong anterin dong." Panggil anak laki-laki yang lebih tua dari Ayla. Atau bisa dikatakan Kakaknya.

"Yaelah, Tomket. Timbang pipis aja pake minta anter. Sekalian aja minta cebokin!" Omel Shayla, bingung harus memilih mengurus Ayla atau Tom.

Tapi karena tidak bisa menolak rengekan sang adik yang dia juluki Tomket itu, Shayla pun terpaksa meninggalkan Ayla kecil di karpet dengan bantal dan benteng mainan yang mengelilinginya. Dengan benda-benda itu Shayla berharap Ayla kecil tidak akan kemana-mana untuk sementara.

"Yuk ah! Dasar Tomket." Shayla segera menggandeng Tom, membawanya ke kamar mandi.

Sepeninggal Shayla dan Tom, Ayla kecil mulai merangkak menuju meja makan. Dia mencoba memanjat kursi, lalu meraih semangkok besar eskrim yang sengaja ditaruh disana oleh sang ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

D O R M A N S ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang