Chapter 1

1.8K 98 54
                                    

An Ereri fanfiction by Angely_Luciana 101
Character from Shingeki no Kyojin by Hajime Isayama
Special thanks to Rin_Ackerman_Jaeger

꧁༺༻꧂


Tirai kamar di buka. Laki-laki jakung merenggangkan kedua lengannya dan menguap lebar. Laki-laki itu membuka jendela kamarnya dan mengirup udara perdesaan yang sangat segar.

"Ah, nikmat sekali," suara khas remaja baru dewasa meluncur mulus dari bibirnya. Pupil hijaunya berbinar kala melihat bukit menjulang tidak jauh dari rumah yang ditinggalinya.

"Eren, ayo sarapan, Sayang!" Satu suara lagi terdengar, kali ini lebih lembut dan halus.

"Iya, Bu!" Eren pun segera keluar kamar dan membasuh dirinya di kamar mandi. Selesai dengan urusan pribadinya, Eren keluar kamar mandi, berjalan santai di lorong yang mana ada dua kamar di setiap sisi dan satu kamar mandi di ujung lorongnya.

"Selamat pagi!" Eren mendekati ibunya dan nengecup pipinya.

"Selamat pagi, Sayang," suara lembut ibunya kembali terdengar. Ibu Eren ini bernama Carla Yeager, seorang ibu rumah tangga namun juga asisten dari suaminya.

"Selamat pagi, Nak," dan suara berat ini merupakan suara ayah dari Eren, Grisha Yeager, dokter tua bangka (kata Eren) yang memilih pindah ke perdesaan untuk membantu warga desa yang kesusahan dalam bidang kesehatan. Jadi, bisa dibilang bahwa ayah Eren ini merupakan sekarelawan dari kota. Walaupun Eren baru sampai di sini tadi malam, dia sudah sangat menyukai tempat tinggal barunya.

"Ayah, Ayah," Eren mengguncang bahu Grisha yang sedang membaca koran sambil minum kopi hitam pemberian warga desa. Dia sudah sangat lama membantu desa ini, hingga akhirnya memutuskan untuk pindah.

"Apa, Nak?" Grisha tidak memutar bola matanya hanya untuk melihat putra sulungnya ini.

"Ada bukit, nanti aku mau berlari ke sana, boleh?" Eren menatap berharap.

Grisha meminum kopinya, "Siapa yang akan membereskan kotak-kotak itu?" Grisha menunjuk kardus hasil mereka pindah di ruang tamu sampai ruang keluarga.

"Tentu saja Ayah!" Eren tersenyum lebar. Untuk diperbolehkan ke luar, Eren memijat pundak Grisha, "Ini kupijat, berarti bisa membereskan kotak-kotak itu, kan?"

Carla tertawa mendengarnya, "Astaga," dia menyeka air mata yang keluar dari sudut bibirnya.

Sementara Carla tertawa, Grisha mendengus, "Dasar, anak Ayah."

Eren ikut tertawa mendengar kedua orang tuanya sampai dia mendengar langkah kaki dari ruang keluarga, ada gadis pucat cantik berwajah suram yang sedang mengusap wajahnya. Gadis itu terus mendekat hingga sampai di sebelah Eren.

"Pagi, Mikasa," Eren menepuk rambut Mikasa.

Kedua orang tuanya menyadari keberadaan Mikasa, "Pagi, Sayang," sapa keduanya.

Mikasa bergumam pelan, ia masih menutup matanya, mungkin masih mengantuk. Eren gemas sekali melihatnya, "Duduk saja," Eren menarik kursi di samping Grisha dan mendudukkan Mikasa di sana. Seketika Mikasa tertidur di meja makan. Grisha mengelus rambutnya.

"Dia bekerja keras semalam, kau hanya tidur," tatapan datar dilayangkan dari Grisha pada Eren.

"Tapi semalam aku ikut menurunkan kotak-kotak itu," Eren tidak terima.

"Hah, kalian ini," Carla mengangkat panci kecil dari kompor dan meletakkannya di atas meja makan, "Ayo makan. Mikasa, bangun, Nak," Carla mengelus rambut Mikasa, sesekali pundaknya ditepuk sampai Mikasa bangun.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang