Untuk terakhir kalinya hari ini, Eren mengguyur dirinya dengan air dingin. Matanya terpejam erat kala air mengalir dari rambutnya. Senyum kecil terlukis di bibirnya perlahan.
"Mandi malam-malam memang nikmat," gumamnya.
Pintu dipukul keras, "Eren! Jangan menghabiskan air malam-malam. Sisakan untuk kepentingan mendadak! Keluar sekarang!"
"Ibu, aku hanya menggunakan sedikit air. Lagipula ini masih musim dingin, aku hanya mandi sekali sehari."
"Mengada, kau. Keluar!"
Dengan berat hati, Eren mengambil handuknya dan mengeringkan tubuh sebentar. Handuk tadi ia lilitkan di pinggangnya dan membuka pintu. Sosok Carla sudah menunggu dengan wajah garangnya, namun itu terganti oleh keterkejutan karena Eren hanya memakai handuk.
"Tidak sopan. Kenapa tidak membawa pakaian?"
Eren berdecak, "Ibu ini. Aku hanya lupa," lalu Eren berjalan santai ke kamarnya.
"Anak ini," Carla menggeleng dan masuk ke kamar mandi.
Eren melepas handuknya begitu pintu ditutup. Dengan malas, Eren memakai kaus lengan panjang bewarna biru dan celana panjang putih. Dia memang suka mandi malam, apa lagi dengan air dingin. Sensasi dingin selalu membuatnya nyaman dan tenang.
"Ah," Eren menjatuhkan dirinya ke kasur dan memeluk satu bantalnya. Ia buka ponsel yang sedang ia isi daya dan melihat banyak sekali notifikasi dari sosial medianya. Ia sudah terbiasa dari dulu, dia terkenal du berbagai kalangan murid di SMAnya dulu, walau Eren hanya mengenal teman sekelasnya saja.
Ia buka aplikasi berlogo kamera bewarna ungu dan melihat-lihat. Di tengah hiburannya, Eren menemukan foto Petra dan Erwin ketika olimpiade bulan lalu. Tidak hanya mereka, Eren juga melihat Levi di belakang mereka. Teks di bawah gambar tersebut berkata "W/ dua sejoli"
Eren mendengus seketika. Tapi Petra juga menandai Erwin dan Levi pada fotonya. Eren sebenarnya tidak terlalu memikirkan hal ini, tapi dia malah membuka akun Levi dan melihat-lihat gambarnya. Bodoh!
Hingga Eren mencapai foto yang Levi bagikan pertama kali, ada Levi ketika masih kuliah dan ada satu lagi orang tua memakai topi koboi. Eren tidak mengerti. Ini terlihat seperti acara wisuda dan orang tua memakai topi koboi itu cukup aneh menurutnya.
Lalu Eren kembali teringat masa lalu Mikasa. Entah dorongan dari mana, Eren semakin berambisi menggali lebih dalam kejadian yang menimpa keluarga Ackerman. Eren pun berdiri dan keluar kamar. Kamar Mikasa ia buka dan mendapati Mikasa sedang tiduran di kasur sambil mendengarkan musik.
Eren mendekat. Mikasa menyadari keberadaan Eren dan mematikan musiknya, "Kenapa?"
Eren sungkan sekali bertanya. Bisa jadi Mikasa kembali mengingat masa lalunya. Eren takut, tapi rasa ingin tahunya lebih besar. Ia sodorkan ponselnya, "Kau tau pria itu?"
Mikasa mendudukkan dirinya dan mengambil ponsel Eren. Dirinya mengerutkan kening, "Ini ayah Levi."
Eren membulatkan matanya, "Ayah? Berarti itu siapamu?"
Mimasa menatapnya dan menyodorkan ponselnya kembali, "Pamanku. Kakak dari ibuku."
Eren mengangguk pelan dan kembali menatao fotonya, "Jadi kemarin kau menangis karena Levi ini?"
Mikasa tersenyum dan mengangguk cepat, "Dia menceritakan semua hal yang ia alami padaku. Aku juga. Aku senang bisa bertemu keluargaku setelah sekian lama."
Demi apapun, Eren merasa tidak enak. Berarti kemarin dia telah menuduh Levi sembarangan dan memisahkan kedua orang ini.
"Aku minta maaf," Eren menunduk. Kenapa rasa benci ini mengubah hidupnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Fanfiction"Yang aku tahu, guru pun membuat kesalahan yang lebih besar dariku." Eren Yeager, seorang murid pindahan yang mulai menyukai gurunya di hari pertama sekolah dan menginginkannya sejak surat peringatan pertamanya turun. Shingeki no Kyojin by Hajime Is...