Chapter 3

676 77 35
                                    

"Du... Dududu..."

"Kumohon hentikan!"

Eren segera berbalik dan memegang kedua bahu Mikasa yang sudah terlihat kesal, "Mikasa, tidakkah kau merasakan kebahagiaanku? Ibu tidak memberiku uang saku dan bekal, tapi Levi menyuapiku dengan bekalnya. Sungguh istri idaman, ya?"

Mikasa memutar bola matanya jengah. Tangan Eren ditepis dan ia berlalu. Eren tidak peduli dengan kelakuan gadis itu, yang jelas, Eren makan dengan cintanya. Eren pun berlari menghampiri Mikasa dan menggendongnya di bahu. Dengan kecepatan kuda, Eren berlari sampai mereka tiba di rumah. Mikasa merasakan pusing.

"Maaf, aku hanya tidak sabar sampai di rumah," dengan tanpa perasaan betsalah, Eren melepaskan sepatunya dan masuk ke rumah, "Tadaima."

Mikasa memejamkan matanya erat, berusaha menghilangkan kunang-kunang dari pengelihatannya. Pusing sekali dia. Dengan menjaga keseimbangan tubuhnya, Mikasa melepas sepatu dan masuk ke rumah serta merapikan rak sepatu, "Tadaima."

"Okaeri," Carla segera keluar dari dapur.

Eren mengabaikan Carla dan berlari ke kamarnya. Tentu saja Carla bingung. Mikasa selesai merapikan rak sepatu dan masuk ke ruang keluarga, kemudian mengecup pipi Carla, "Ibu, Eren sedang jatuh cinta."

"Ha?" Carla memekik nyaring.

꧁༺༻꧂

Makan malam tiba. Eren melipat pakaiannya dan membuka lemari, dimasukannya pakaian tersebut ke dalam lemari. Menutup lemari, Eren menghela nafas dan kembali tersenyum. Dia berjalan ke jendela kamarnya yang masih terbuka dan duduk di bingkai jendela tersebut. Memikirkan kembali kejadian siang tadi membuatnya berbunga-bunga. Levi sungguh menggemaskan.

"Levi," gumam Eren pelan.

Pintu kamarnya diketuk perlahan. Eren segera berlari dan membuka pintu kamarnya, menampakkan sosok Carla dengan senyumnya. Eren balas tersenyum. Tiba-tiba, senyum Carla berubah mengerikan. Eren mendadak ketakutan.

"I-ibu? Kenapa?"

"Mulai berani mengabaikan Ibu, ya? Sudah menjadi pembangkang sekarang," Carla berkacak pinggang.

"He? Kenapa Ibu berbicara seperti itu?"

Telinga Eren ditarik pelan oleh Carla, "Hmm... Baguslah kau bertanya. Siang tadi tidak mengecup pipi ibu, lalu tadi, Ibu berteriak memanggilmu untuk makan, bahkan sampai membuat Ibu mengeluarkan suara dalam, pun, kau tetap tidak mendengarnya," tarikan di telinga semakin kuat.

Eren meringis kesakitan, "Aduh, iya, maaf. Aku memang tidak mendengar, maaf sekali! Minta ampun, Bu," Eren ikut tertarik.

Tarikan dilepas. Eren mengusap telinganya dan mengerucutkan bibirnya, "Sakit sekali."

Carla mendengus, "Ayo makan malam."

"Iya," dengan lesu, Eren mengikuti Carla ke meja makan.

꧁༺༻꧂

K

eesokan harinya, entah kebetulan atau tidak, Eren dan Mikasa bertemu Levi dan Erwin di gerbang sekolah. Eren merasa sangat panas saat Erwin mengecup sekilas kening Levi dan masuk ke sekolah, meninggalkan Levi di gerbang.

"Levi sensei!"

Mikasa memalingkan mukanya, "Aku ke kelas dulu."

Eren mengangguk cepat, "Aku mengurus bagian dari masa depanku dulu," lalu Eren segera mendekati Levi yang berbalik.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang