Bagi Dian tak ada yang lebih menyenakan dari memandangi Andra dan tak ada yang lebih menyedihkan jika tak bisa melihat wajah Andra,sebucin itu memang, tapi Dian tak peduli pokoknya Andra itu malaikat tak bersayap yang dikirimkan tuhan hanya untuknya,camkan!.
"Ko bisa ya ka Andra nambah ganteng tiap harinya,"gadis manis dengan kuncir kuda yang kini sedang duduk di kursi taman dan dengan anggunnya dia menumpukan satu tangannya pada dagu runcing miliknya, tak lupa dengan tatapan memuja yang dia layangkan pada pemuda yang sedang asik main basket tanpa tahu ada penguntit kecil yang memandangnya sejak tadi.
"AWAS... WOY!"
"Aduh.."
Seketika lapangan yang tadinya ramai oleh sorakan para siswa kini mendadak hening saat tanpa sengaja salah satu pemain basket tadi melemparkan bolanya ke arah ring yang naasnya malah terlewat dan mengenai gadis manis yang kini sedang memegangi kepalanya yang entah mengapa serasa pusing.
"Shit,"
Tanpa memperdulikan permainan yang akan berlangsung lagi dan teriakan temannya, pemuda dengan nomor kaos tujuh itu berlari menghampiri gadis yang menjadi penyebab kacaunya permainan.
"Ko lo bego banget sih,bukannya ngehindar malah diem di tempat!"well kalian salah jika berharap pemuda tersebut akan menanyakan seperti orang kebanyakan misalnya 'lo gak pa-pa' atau 'pala lo pusing' dalam kamusnya tak ada kata seperti itu untuk gadis di depannya ini.
"Aku korbannya loh ka,ko aku yang di marahin,harusnya di sayang dong,pala aku sakit nih,"dengan sedikit jengkel gadis itu mulai mengeluarkan suaranya yang sempat hilang tadi karena merasa nyawanya di bawa pergi dan tak percaya pemuda yang dia pandangi sejak tadi menghampirinya dan berharap menanyakan keadaannya tapi naasnya malah mengomel.
'Oh ayolah,berharap tapi gak kejadian itu sakit tau gak kak'
"Lo nya aja yang lemah segini aja sakit,naik!"tanpa menghiraukan racauan gadis manis itu, dan dengan sedikit membungkuk kan tubuhnya dia menyuruh gadis itu untuk naik ke punggungnya tapi emang dasar nya 'lola' gadis manis yang masih memegangi kepalanya itu hanya melongo dengan wajah minta di manjanya.
"Kaka ngapain jongkok kayak kodok gitu mau ngehibur?, udah gak usah malu tau di liatin orang,"dan dengan wajah watadosnya yang malah di buat malu-malu dia berkata dengan nada manja yang di buat-buat.
'Sialan emang nih bocah'
"Lo itu oon apa pura-pura oon,gue nyuruh lo naik ogeb,bukan main kodok-kodok an,naik cepet!"dengan posisi yang masih sama, pemuda itu menaikan satu oktaf nada suaranya agar gadis itu mendengar dan berharap tak ada ke'lola'an lagi yang di buat-buat.
Karena merasa orang yang di depannya ini sudah mulai jengkel dengan malu-malu dia mulai menaiki punggung pemuda itu yang sialnya malah harum parfumnya tercium oleh hidung cantik gadis manis itu.
'Aaah aku meleleh bang'
--
Dan disinilah mereka berada di ruangan yang biasanya di jadikan tempat pelarian jika ada orang yang sakit,dimana lagi kalo bukan di UKS sekolahnya. padahal tadi dia sudah bilang pada Andra bahwa kepalanya sudah tak sakit lagi tapi dengan seenak jidat Andra berkata"Banyak bacot lo,kalo tiba-tiba lo pingsan di jalan terus di kirain lo mati giamana,kan ngerepotin orang,"
Sakit memang jika orang yang kita cintai berbicara dengan nada se-ketus itu pada kita,tapi lain dengan Dian yang malah senyum-senyum sendiri mendengar penuturan Andra yang menurutnya perkataan pemuda itu mengkhawatirkan durinya,'bucin mah emang beda'.Dari tadi tak ada satupun dari mereka yang memulai perbincangan, Dian yang masih baper karena perkataan Andra waktu menggendong nya tadi dan Andra yang merasa canggung jika hanya berdua dengan Dian. "Ekhem,ka motif kaka nolongin aku apa?"entah apa yang di pikirkan oleh otak cantik gadis manis itu tapi yang jelas Andra merasa aneh dengan pertanyaan nya barusan 'segitu oon nya kah' dan sedikit berdehem canggung Andra menjawab dengan jawaban yang membuat Dian melongo.
"Gue takut lo mati,nanti repot,"
Ujar Andra dengan nada santai
dan wajah menyebalkan tapi sayangnya masih saja tetap tampan."Ko kaka dari tadi nyumpahin aku mati sih,emang kaka mau aku mati, emang kaka rela aku mati,segitu benci nya kah?" lirih gadis itu dengan menampilkan raut menyedihkannya yang malah terlihat imut di mata Andra.
Dan dengan membuang muka Andra menjawab yang membuat jantungnya berhenti berdetak.
"Gue cuma takut lo pergi Di,ntar gak ada lagi yang bikin Gue kesel," oh ayolah ia yakin wajahnya kini sudah memerah karena malu'mulut sialan' ia mengumpati mulutnya yang dengan licinnya mengatakan hal yang memalukan baginya."A-aku gak bakal ninggalin kaka kok, gak usah takut aku bakal pergi, aku bakal terus gangguin kaka ko kalo itu mau kaka,asalkan nanti kaka mau buka hati kaka buat aku,"dengan senyum manis nya Dian mengatakan itu sembari membalikan wajah Andra yang tadi menghadap jendela sekarang sudah menghadap ke arahnya dan dengan jelas dia dapat melihat semburat merah yang menghiasi pipi putih Andra yang malah membuatnya khawatir.
"Kaka sakit, ko pipinya merah?"
'Shit,pipi sialan' dan salahkan Dian yang telah membuatnya banyak mengumpat hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANDRA
Teen FictionPROLOG "Ka kalo aku jadi bulan kaka mau gak jadi bintang?" "Gak!" "Ko gitu, kenapa?" "Karena bintang itu gak selalu ada buat bulan, dan kadang bulan sendiri di kegelapan malam," Jawabnya sambil memandang ke arah langit. "Terus kaka mau jadi apa dong...