Si mulut pedas!

11 3 1
                                    

Karena hati tak pandai berbohong seperti lisan.
~Diandra putri ayu~

Karena pada dasarnya hati itu tak dapat di bohongi walau kadang lisan yang selalu berucap dusta tapi hati akan meronta mengatakan kebenaran.
Dan hal ini pun sedang terjadi pada pemuda yang sedang memghandle bola basket dengan tangan kanannya, tapi lain dengan matanya yang hanya menatap ke arah satu titik dimana gadis yang kemarin baru saja dia tolong sedang mengobrol mesra dengan teman prianya, dan sialnya pria itu yang melemparkan bola basket sampai mengenai kepala sang gadis.

'Centil banget tuh bocah, ngapain pake senyum so manis segala..'

'Apaan sih tatap-tatapan, katro!'

'What..minta di tampol si maemunah, pake acara ngelus rambut si kribo lagi..

..gak bisa di biarin!'

Dan setelahnya dia melemparkan bola basket itu secara asal dan menghampiri sumber biang kerok yang menjadi penyebab kenapa hatinya serasa panas.

"Gue minta maaf sekali lagi ya Di, Gue gak sengaja suer deh," jelas pria berambut ikal yang menampilkan senyum dua jari dan tak lupa jari telunjuk dan jari tengahnya ikut berpose di depan wajah oriental miliknya.

"Ya, gak pa-pa kali Ka, itu kan gak sengaja, lagian gak pusing-pusing amat," ujar Dian dengan senyum manis.

"Lo jangan senyum dong Di.."

"Kenapa?" Potong Dian dengan menampilkan wajah polosnya.

"Pait, nanti Gue kena Asam urat lagi karena liat seyum gak menawan lo itu," jawab satu suara yang berasal dari belakang Dian dan dengan seenak jidat dia mengambil tempat kosong di tengah-tengah mereka.

"Nyamber ae lo Ndra," ucap Kribo sambil menonjok pelan lengan Andra.

"Ya emang bener kan Gue, pait gak ada manis-manisnya jadi gak usah senyum jelek," jelas Andra dengan mata yang menatap tajam gadis yang berada di depannya ini.

'Mama, ko hati Dian sesak yah'

"Ya gak usah di liatin kalo gak manis, biar gak kena asam urat!" tekan Dian sembari berlalu pergi dari sana, waktu istirahat nya jadi terbuang karena meladeni kaka kelas yang melemparkan bola padanya dan kata pedas yang dilayangkan oleh pemuda
Yang dicintainya.

'Ko dia yang sewot'

--

Demi apapun Dian ingin mengumpat sekarang, bagaimana bisa dia melupakan kalau hari ini ada ulangan matematika dan sialnya semalan dia malah asik menghayal Andra bukannya belajar.

'Ah sial'

"Oke anak-anak waktunya tinggal 5 menit lagi," ujar guru yang berada di balik meja besar itu.

'Cap cip cup aja deh'

Karena dia bukan murid yang pandai dan tak mempunyai teman pintar ditambah waktu yang mepet sementara dia belum mengerjakan satu soal pun maka pilihan terbaik yaitu menghitung kancing baju.

--

"Gue yakin lo bakal di remed, secara Gue liat jawabannya ngambil dari kancing baju," ucap gadis dengan kaca mata bulat yang bertengger di hidung visualnya.

"Serius?" tanya Gadis berkepang dua dengan wajah terkejut.

"Ya gak ada pilihan," jawabnya dengan wajah lesu.

"Hebat, Gue baru tau kancing baju bisa buat jawaban," ejek gadis berkaca mata tadi dengan kekehan devilnya.

Sedangkan si tersangka hanya bisa memanyunkan bibirnya dan mulai menyedot sedotannya dengan kasar, padahal yang mengejeknya pun tak tau dia akan dapat nilai bagus ataukah remedial nanti. 'Dasar, menghujat saja bisanya'

Di tengah obrolan mereka yang ngalor ngidul tiba-tiba seisi kantin jadi diam saat seorang gadis tak senganya menabrak pria yang kini pakaiannya sudah basah kuyup akibat minuman yang di bawa gadis tadi.

"Ma-maaf ka, aku nggak sengaja, tadi aku gak liat kaka soalnya," ungkapnnya dengan menundukan kepala, betapa malunya dia saat ini menjadi tontonan seisi kantin hanya gara-gara menabrak pentolan sekolah yang terkenal dengan mulut pedasnya.

"Badan Gue sekecil apa sampai lo gak liat, mata tuh di pake yang bener jangan taro di dengkul, makannya gak bisa liat," Ujar Andra dengan nada dingin.

"I-iya kak, maaf,"

"Maaf lo gak bisa balikin baju Gue yang basah jadi kering,"

"Yaudah sini aku bersihin," katanya sembari mendekati pria itu tapi langsung di tepis dengan cepat oleh Andra.

"Tangan lo kotor, gak cocok sama baju Gue yang mahal!" tekannya, sembari meninggalkan kantin, tak lupa para antek-anteknya mulai mengikuti dari belakang, sedangkan Gadis tadi berlari menjauh dari kantin karena sudah tak tahan dengan cemoohan para siswa.

'Mulut ko tajem banget kayak pedang, untung hati aku sekuat baja jadi gak mudah kegores,



Tbc.

Asalamu'alaikum
Haiiiii semuanya ini cerita pertama ku, Mohon kritik dan sarannya.

Dan baca terus cerita DIANDRA ini ya, karena masih banyak bab-bab menarik yang belum muncul:)

Jangan lupa Vote dan komennya ya,:))

Salam manis _ Aarimbi07




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang