[ * * * * * ]

1.9K 135 32
                                    



"Tunggu dulu! siapa namamu?" Teriak seorang gadis cantik bernama Lea.

"Aku Dita." Dita menjawabnya dengan menatapnya acuh.

Dita melangkahkan kaki nya pergi dari kedai milik Lea dengan angkuh kala itu. Dia masih sangat ingat saat dia bertemu denga Lea, seorang pemilik kedai roti gandum dipinggir jalan.

"Lea! aku ingin tambah satu lagi." Ucap Dita dengan teriakan khas nya.

"Tidak! Kau masih ada hutang padaku. Seharusnya kau membayar dulu yang kemarin. Bisa-bisa aku bangkrut karenamu." Lea menjawab Dita dengan tatapan yang begitu mematikan.

"Berikan saja dia satu. Kau tidak akan bangkrut walau hanya memberikan dia satu potong roti gandum, berbagi itu indah." Jinny, pegawai Lea berkata sambil terkekeh.

Dita yang mendengar ucapan Jinny langsung mengangkat jempol nya tinggi-tinngi sambil berkata "Jinny saja mengerti tentang hal itu. Lagi pula, kalau aku tidak ada saat kau sedang pingsan kala itu ... kau tidak akan bisa mempertahankan kedai rotimu ini."

Lea memutarkan bola matanya malas "Selalu saja membahas masa lalu. Iya! aku sangat berterima kasih kepadamu!"

Lea melemparkan satu potong roti panas kearah Dita. Namun sayang, lemparannya meleset mengenai seorang gadis berkacamata.

"Aww" Gadis itu terperanjat kaget karena satu potong roti panas mengenai wajahnya.

"Oh tidak! maafkan aku.." Lea berkata sambil berlari menghampiri gadis itu.

Lea menyodorkan kacamata milik nya sambil mengatakan penyesalan "Ini kacamata mu. Maaf, gara-gara aku kacamata mu jatuh."

Jinny dan Dita yang melihat Lea hanya saling bertukar pandang lalu menahan tawa.

"Tidak apa, lain kali hati-hati. Aku kesini untuk membeli roti, bukan untuk mendapatkan tinjuan roti panasmu." Gadis itu menjawab sambil tersenyum. Namun akhir katanya membuat Lea sedikit kesal.

"Bagaimana kalau diskon? Aku akn memberikanmu diskon, dan kau harus memaafkan ku."

"Tidak usah. Aku masih mampu untuk membeli Sepotong roti gandum itu."

Sudah tidak tahan. Jinny dan Dita menertawakan Lea.

"Ini semua gara-gara kau!" Lea berkata sambil menunjuk ke arah Dita.

Dita menunjuk dirinya "Aku? siapa aku?"

Jinny kembali tertawa karena tingkah laku Dita. Tertawa Jinny terhenti seketika saat melihat pelanggan yang baru saja terkena tinjuan roti panas menghampirinya.

"Aku ingin 2 potong roti gandum. Oh ya apa boleh aku meminta butter tambahan?" Katanya sambil memberikan dua lembar uang kepada Jinny.

Lea menahannya "Gratis. Hanya untukmu. D - e - n - i - s - e" ucap Lea diakhir kata sambil mengeja name tag yang wanita itu kenakan.

Denise hanya mengangkat bahunya "Ya sudah kalau begitu."

"Ini" Jinny memberikan satu paper bag berisi 2 potong roti hangat dan butter tambahan yang diminta Denise.

"Apa kau Lea si pemilik kedai roti ini?" Denise bertanya sambil memasukkan kembali uang nya kedalam dompet.

Lea mengangguk sebagai jawabannya.

"Oke, terimakasih Lea. Dan, lain kali kau harus lebih berhati-hati." Denise berkata sambil pergi dari hadapan Lea.

"Aku sepertinya pernah melihat dia, tapi dimana ya?" ucap Dita saat melihat Denise sudah keluar dari kedai roti milik temannya, Lea.

"Jinny! apa kau mengingat wajah gadis lugu yang dulu sering datang untuk meminta sisa remahan roti?" Dita melanjutkan ucapannya sambil menautkan kedua halisnya.

Jinny menimang-nimang perkataan Dita "Yaa! sepertinya dia! wah aku tidak percaya kalau seandainya itu memang dia."

Dia tersenyum puas "Syukurlah kalau memang dia sudah berubah. Berarti keadaan nya saat ini sudah lebih baik."

"Hmm iya, tapi aku masih merasa kasihan. Sepertinya dia memang hidup sendirian." Jawab Jinny dengan wajah sedihnya.

Lea dari tadi hanya memperhatikan mereka berdua. Melihat ke arah Dita, lalu Jinny. Merasa bingung dan sepertinya kehadiran Lea di hiraukan oleh mereka berdua.

"Apa yang kalian bicara- duh" Lea mengaduh saat ada seseorang yang mendorongnya dari belakang.

"Kalau ada yang mencari ku, katakan tidak ada." Orang itu lari ke arah Dita, dan bersembunyi dibawah meja Dita.

Dia yang melihat kelakuan orang itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Permisi Nona, apa kalian melihat seorang gadis muda berbaju biru? akh lihat dia lari kearah sini."

"Gadis? baju biru? dia?" Kata Lea menunjuk ke arah Jinny.

"Ah bukan Nona, maaf mungkin aku salah orang. Terimakasih.."

"Dia sudah pergi. Bangunlah!" Dita berucap dengan kepalanya yang di miringkan ke kolong meja.

"Huft... terimakasih." Dia langsung duduk dipinggir Dita.

"Ada bayarannya. Kalau tidak, aku akan memanggil mereka untuk kembali kesini dan membawamu pergi.." Dita berbicara sambil tersenyum.

"Soodam?!" ucap Denise yang berada diambang pintu.

"Kau kembali? apa kau akan menuntutku karena tinjuan roti yang tadi?" Lea menatap malas ke arah Denise.

Denise acuh, dia langsung menghampiri perempuan yang baru saja dipanggil dengan sebutan Soodam.

"Kau baik-baik saja? apa kau terluka? tadi aku melihat orang suruhan Ayah mu masuk ke kedai milik Lea."

Jinny, Dita dan Lea kebingungan.

Apalagi Lea, dia sampai berkata "Ada apa dengan hari ini? sepertinya hari ini aku sangat sial dan dipenuhi dengan tanda tanya."

[ * * * * * ]

bagaimana dengan part pertama ini?

SECRET NUMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang